Perjalanan Misioner Kedua Paulus
I. Pendahuluan
Paulus ingin melakukan perjalanan pemberitaan injil yang kedua dengan Barnabas. Namun, Barnabas ingin membawa serta Yohanes Markus bersama dengan mereka. Paulus menolak keinginan itu karena Yohanes Markus tidak tabah dalam perjalanan pemberitaan injil yang sebelumnya. Barnabas meminta dengan sangat agar Yohanes Markus diberikan kesempatan yang kedua kalinya. Menurut Barnabas, kepada seseorang yang pernah gagal perlu di berikan kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya. Sementara menurut Paulus, pekerjaan pemberitaan injil sangat penting, sehingga sulit dilakukan oleh seseorang yang penakut dan pengecut takkala menghadapi kesukaran serta sulit dipercayai dalam keadaan krisis. Karena keduanya tidak sepakat maka mereka melakukan perjalanan pemberitaan injil secara terpisah. Barnabas membawa Yohanes Markus menuju ke Siprus, sedangkan Paulus bersama Silas (nama Romawi: Silvanus) mengambil jalan yang melalui kota-kota : Derbe, Listra, Ikonium dan Antiokhia di Pisidia untuk mengunjungi kembali jemaat-jemaat yang didirikan di Galatia Selatan itu (Perjalanan pemberitaan injil yang pertama) untuk memperkuat iman mereka. Di kemudian hari, rupanya terjadi rekonsiliasi, sehingga Yohanes Markus bisa menemani Paulus di Roma.
II. Pembahasan
II.1. Perjalanan-Perjalanan Misionaris Rasul Paulus
Pada gambar di atas telah tertera rute perjalanan-perjalanan yang dilalui oleh Paulus beserta rekan-rekan seperjalannya, secara terperinci. Rute perjalanannya yang kedua ini, pada peta ditandai dengan garis berwarna ungu
Diantara perjalanan-perjalanan Paulus dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang paling penting dari semua rute perjalanan tersebut diantaranya adalah, ketika Paulus kembali ke Galatia kemudian ketika di Filipi, pada saat Paulus melakukan perjalannya dia juga sempat di penjara, kemudian ketika Paulus di Atena dan di Korintus, serta surat-suratnya kepada jemaat Tesalonika.
II.2. Kembali ke Galatia
Hal pertama yang dilakukan Paulus dalam perjalanannya yang kedua adalah mengunjungi kembali beberapa jemaat yang telah didirikannya di Galatia selatan pada perjalanan pertama. Di Listra, Paulus dan Silas bertemu dengan seorang muda yang bernama Timotius, yang rupanya telah menjadi Kristen sewaktu kunjungan Paulus yang pertama. Timotius hidup dalam keluarga Yahudi, Ia belum disunat. Karena itu, masuknya Timotius menjadi Kristen menimbulkan persoalan bagi Paulus, ia bisa dianggap tidak konsisten. Jika Timotius disunat maka pada satu pihak ia melanggar apa yang telah ia katakan, baik dalam surat-suratnya maupun di Yerusalem, bahwa orang non-Yahudi tidak perlu disunat. Tetapi, jika tidak disunat, maka ia mengasingkan Timotius dari saudara-saudaranya yang pasti menganggap Timotius sebagai seorang Yahudi. Paulus akhirnya menyuruh menyunatkan Timotius untuk menghindari tuduhan kepadanya, yaitu bahwa ia telah mengajarkan semua orang Yahudi diantara non-Yahudi untuk melawan hukum Musa (Kis. 21:21). Kemudian Paulus bersama dengan Timotius dan Silas melakukan perjalanan kembali ke Galatia. Karena para guru Kristen Yahudi telah mengunjungi orang Kristen di Galatia dan berusaha menghina Paulus dengan menuduhnya tidak memiliki otoritas rasul sepenuhnya, Paulus terpaksa membela kerasulannya. Ia menyanggah bahwa ada perbedaan pesan misi ketika mereka membandingkan misinya dengan pekerjaan misi para para rasul di Yerusalem, terutama dengan misi Petrus. Ia menekankan bahwa ia memberitakan injil yang sama seperti Yakobus, Petrus, dan Yohanes (Gal.1:1, 1:11-2:10).
Sementara guru-guru ini menasehati para petobat baru di jemaat Galatia untuk disunat dan menaati hukum taurat, Paulus mengingatkan jemaat di Galatia tentang “kebenaran Injil” (Gal. 2:5,14). Paulus berpendapat bahwa hanya Iman kepada Yesus Kristuslah, yang memberikan kebenaran, pengampunan, keselamatan, dan pengangkatan Kita sebagai anak dalam keluarga Allah dan Roh Kudus. Inilah pesan, yang berfokus pada Yesus, Mesias yang Disalibkan (band. Gal. 3:1) yang ia beritakan di Galatia dan dimana pun. Karena para Rasul di Yerusalem sudah mengakui panggilan dan khotbahnya (Gal. 2:7), sesungguhnya tidak ada “kabar baik” lain yang bisa menyelamatkan orang berdosa. Paulus menekankan bahwa ajaran musuh-musuhnya adalah “injil yang berbeda” yang harus ditolak dengan resiko apapun (Gal. 1:6-9).
II.3. Filipi
Pekerjaan misi Paulus di Filipi (Kis.16:12-40) mungkin terjadi pada Agustus dan Oktober 49 M. setelah kemenangan Agustus dalam perang Actium pada 31 SM, ia membentuk koloni Italia, termasuk Veteran Legiun ke-28 dan Veteran pengawal praetorian di kota itu. Ia mendirikan kota itu lagi pada 27 SM sebagai koloni Romawi dengan nama Colonia Iulia Augusta Philippiens. Berkaitan dengan wilayah keagamaan, pengaruh tradisi Thracian masih cukup kuat, tetapi pada abad ke-1 hanya kultus Yunani-Romawi yang terbukti ada. Identitas keagamaan penduduknya “ di pengaruhi terutama oleh agama Romawi. Penyembahan terhadap raja dan nenek moyang atau leluhur yang didewakan merupakan hal utama, disamping Pantheon tradisional Yunani-Romawi.” Penduduk filipi berkisar antara 5000-10000 jiwa. Walaupun Filipi di huni oleh, mayoritas penduduk bukan Yahudi, Paulus tetap mengikuti kebiasaannya yang pertama-tama mengunjungi orang-orang Yahudi di tempat pertemuan mereka, yang dalam hal ini, secara sederhana di sebut sebagai “tempat sembahyang Yahudi” di tepi sungai (Kis. 16:13). Begitu sedikit orang Yahudi di Filipi sehingga mereka tidak mempunyai Sinagoge sendiri.
Diantara orang-orang yang medengar Paulus di tempat sembahyang ini terdapat seorang wanita, Lidia, yang menjadi orang Kristen pertama di Filipi. Jika Paulus masih ragu tentang perubahan perjalanannya yang membawanya ke Benua Eropa dengan meninggalkan rencanya semula, maka keraguannya itu hilang dengan pertobatan Lidia. Ia berasal dari Tiatira, sebuah kota di Asia Kecil yang juga hendak di singgahi Paulus. Mungkin Lidia lah yang pertama kali membawa berita Kristen ke kota asalnya, dimana tidak lama kemudian terbentuk jemaat Kristen yang besar ( Wah. 2: 18-29 ). Lidia adalah seorang Porselit yang terkenal sebagai pedagang, dia bersama keluarganya dibaptis dan kemudian menyambut para misionaris itu ke rumahnya.
Bagaimanapun juga, iman nya kepada Yesus Kristus telah mengubah hidupnya secara Radikal. Walaupun wanita ini cukup penting, ia membuka rumahnya bagi Paulus dan teman-temannya , dan menjadikannya markas besar kegiatan-kegiatan mereka. Sekali lagi di perlihatkan bahwa iman kepada Yesus Kristus menciptakan suatu kesatuan persekutuan yang menumbangkan semua rintangan sosial dan rasial. Satu hal yang terjadi di Filipi memberikan kepada kita suatu gambaran yang baik tentang alasan-alasan mengapa agama Kristen membangkitkan sikap permusuhan di banyak wilayah kekaisaran Roma pada waktu itu.
Hal-hal yang utama dalam surat ini, dilihat bahwa bagian-bagian nasihat yang penting berkenaan dengan gagasan persatuan melalui yaitu :
1. kerendahan hati (2:1-18)
2. kedewasaan penuh dalam Kristus ( 3:1-4:1).
3. Dalam 4:2-20 gagasan yang terakhir diterapkan pada beberapa hal yang khusus.
4. Bagian-bagian yang bersifat perorangan sebagian besar berkenaan dengan Paulus sendiri (1:12-26; 3:4-14; 4:10-20)
5. Kedua rekan sekerjanya, yaitu Timotius dan Epafroditus (2:19-30)
6. Bagian ajaran yang penting adalah mengenai penjelmaan dan pemulihan Kristus (2:5-11).
II.4. Paulus di Penjara
Lama tinggalnya Paulus di Filipi dipersingkat oleh timbulnya suatu persoalan yang menyebabkan campur tangan pemerintah kota itu. Ada seorang hamba perempuan yang memiliki roh Petenung yang dimanfaatkan oleh tuan-tuannya untuk memperoleh pengahasilan yang besar. Paulus mengusir roh Petenung itu keluar dari perempuan itu sehingga para tuannya kehilangan pengahasilannya. Akibatnya, tuan dari perempuan itu menangkap Paulus dan Silas, menyeret keduanya kehadapan pemerintah kota, lalu mengucapkan berbagai tuduhan kepada Paulus dan Silas sebagai pengacau, sehingga keduanya dimasukkan kedalam penjara (Kis. 16:16-24). Akan tetapi, di dalam penjara itu, Paulus dan Silas justru berdoa dan memuji Tuhan. Tuduhan mebangkitkan kekacauan umum pasti akan menyebabkan penguasa roma bertindak. Peristiwa ini bukan pengecualian. Paulus dan silas dicambuk dan dijebloskan kedalam penjara. Mereka telah menunjukkan jalan menuju kebebasan baru dalam kristus kepada seorang hamba perempuan, namun mereka sendiri kehilangan kebebasannya. Mereka tidak khawatir mengenai hal tersebut dan mereka menghabiskan waktu pada malam hari dengan menyanyikan puji-pujian pada Allah oleh karna kebaikanNya. Pada malam itu terjadi gempa bumi hebat sehingga semua pintu penjara terbuka. Walaupun mereka mempunyai kesempatan melarikan diri, mereka memilih tetap tinggal di tempat, bersama dengan tahanan lainnya. Kepala penjara sudah siap membunuh diri karena mengira para tahanan telah lari. Tetapi ketika diperhadapkan dengan hamba-hamba kristen itu, ia menyadari bahwa mereka mempunyai suatu dinamika batin yang tidak dimilikinya. Ia segera menanyakan rahasia kuasa mereka, dan kemudian masuk kristen bersama keluarganya.
Setelah orang itu bertobat, Paulus mengetahui bahwa ia tidak perlu tinggal di penjara. Bahkan mestinya ia sama sekali tidak ditahan, sebab ia seorang warga Roma. Sebab itu Paulus menyatakan sebagai seorang warga, dan menuntut para penguasa kota agar mereka meminta maaf karena telah mengancam secara tidak sah. Kemudian ia meninggalkan kota filipi (Kis. 16:22-40). Paulus, Silas, dan timotius yang dilukiskan sebagai orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia, mengunjungi Tesalonika dan Berea, dimana terdapat masyarakat Yahudi yang besar jumlahnya. Di kedua kota tersebut banyak orang bertobat dan juga timbul perlawanan hebat dari orang-orang Yahudi. Perlawanan ini terutama ditunjukkan kepada Paulus sebagai seorang mantan farisi, sebab Silas dan Timotius dapat tinggal terus disitu ketika Paulus melanjutkan perjalanan ke Atena (Kis. 17:4-5).
II.5. Atena
Demikianlah Paulus tiba di Atena, pusat intelektual dunia Purba. Pada Zaman Paulus, kota tersebut tidak lagi memiliki kuasa politik seperti sediakala. Tetapi tetap merupakan kota perguruan tinggi dan banyak orang muda bangsa roma dikirim ke sana Guna belajar filsafat atau untuk diteguhkan kedalam alah satu agama rahasia timur yang bertumbuh di situ. Orang-orang Atena masih menyukai perdebatan yang baik. Ketika tersiar berita, bahwa seorang guru Agama baru telah tiba dari timur, Paulus dipanggil menghadap sidang Aeropagus, yang rupanya berkeyakinan bahwa perhatian terhadap ilmu filsafat merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk memerintah kota tersebut.
Sewaktu berbicara di Atena kepada orang-orang yang tidak memiliki latar belakang Yahudi atau Alkitab sana sekali, Paulus memilih suatu pendekatan yang berbeda dari yang biasa digunakannya (Kis. 17: 22-31). Namun pendekatan tersebut mirip dengan cara ia berbicara kepada orang kafir di Listra (Kis. 14: 15-17). Sewaktu berbicara kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi yang “Takut kepada Allah”, Paulus mulai dari perjanjian lama dan menerangkan bagaimana janji-janji di dalamnya telah dipenuhi dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus. Di atena, ia mulai dari pandangan Yunani tentang Allah sebagai pencipta dan pemelihara serta “Kehadirannya” di dalam Alam semesta. Kemudian Paulus berbicara tentang bagaimana manusia mencari Allah, “Walaupun ia tidak jauh dari kita masing-masing” (Kis. 17:27), suatu peryataan yang didukungnya dengan mengutip dua pujangga Yunani, Epimenides dan Aratus.
Paulus mengutuk penyembahan berhala yang dilihatnya di Atena sebagai kebodohan (Kis. 17:29-31), dengan memakai Argumen-argumen yang telah digunakan dalam pemikiran filsafat Yunani sejak zaman Xenophanes (abad ke-6 SM). Argumen serupa telah dikemukakan juga oleh orang-orang Yahudi sewaktu menyebarkan iman mereka kepada Allah yang Esa, dan kita dapat melihat disini beberapa kemiripan dengan pengajaran Stefanus, seorang penginjil kristen mula-mula (Kis. 7:48-50).
Setelah mengutuk penyembahan berhala, Paulus melanjutkan dengan mengajak para pendengarnya supaya bertobat dan menyembah satu-satunya Allah yang sejati (Kis. 17:30). Sebegitu jauh semua yang dikatakannya dapat diterima dengan baik oleh banyak orang Yunani. Paulus menyebut akan adanya peghakiman dunia, dan bukti tentang hal itu telah diberikan Allah dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Pada saat itu, orang-orang Atena merasa geli atau bahkan marah dengan ucapan Paulus. Bukan ajaran Plato tentang keabadian roh manusia yang dikemukakan Paulus, melainkan kepercayaan Yahudi akan kebangkitan tubuh, sesuatu yang menggelikan serta menjijikkan bagi orang-orang Yunani yang terpelajar (Kis. 17:34). Walaupun begitu, ada juga beberapa orang yang percaya di Atena.
Pada saat di Atena ia juga berbicara dengan orang-orang yang berada di pasar. Paulus bertemu dengan beberapa orang filsuf dari golongan Epikoros dan Stoa dan ia bersoal jawab dengan mereka. Para filsuf ini menghabiskan waktu mereka dengan mengatakan atau menyampaikan sesuatu yang baru (Kis. 17:21).
II.6. Korintus
Paulus kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Korintus, sebuah kota Yunani Kuno yang telah dibangun kembali sebagai jajahan Roma pada tahun 46 SM. Kota ini merupakan pusat perdagangan yang makmur namun mempunyai hal buruk karena mengizinkan segalamacam kejahatan. Korintus adalah sebuah kota kosmopolitan utama, pelabuhan dan pusat pedagangan yang besar, kota tepenting adalah Akhaya. Kota itu juga penuh dengan penyembahan berhala dan percabulan. Mayoritas anggota jemaat terdiri dari orang-oarang bukan Yahudi. Orang-orang Kristen di Korintus bergumul menghadapi lingkungan mereka. Dikelilingi oleh kejahatan dan segala dosa yang ada, mereka merasakan tekanan untuk beradaptasi. Paulus mendengar tentang pergumulan mereka lalu menulis surat ini untuk menggulangi masalah-masalah mereka, memulihkan perpecahan di antara mereka, dan menjawab berbagai pertanyaan mereka. Paulus memperhadapkan mereka dengan dosa mereka dan kebutuhan mereka akan tindakan perbaikan serta komitmen yang jelas kepada Kristus. Adapun pertanyaan yang diajukan jemaat di korintus diantaranya adalah sebagai berikut ( 7:1-16:24 ) :
1. Petunjuk tentang perkawinan Kristen
2. Petunjuk tentang kemerdekaan Kristen
3. Petunjuk tentang ibadah umum
4. Petunjuk tentang kebangkitan
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang dijawab oleh Paulus pada suratnya kepada jemaat di Korintus.
Paulus menjadikan Korintus sebagai markas besar kegiatan pelayanannya selama delapan belas bulan berikutnya (Kis. 18:11). Sewaktu tinggal di kota tersebut, ia berteman dengan Akwila dan Priskila yang bekerja sebagai tukang pembuat kemah sama seperti dia. Seperti biasanya, pelayanannya dimulai di sinagoge Yahudi, tetapi ia pergi setelah menghadapi perlawanan Yahudi. Secara dramatis, ia mengebaskan debu dari pakaiannya sewaktu meninggalkan mereka kemudian ia mulai berkhotbah dari rumah seorang Kristen baru, Titius Yustus, yang tinggal bersebelahan dengan sinagoge (Kis 18:7). Akibat pelayanan Paulus, banyak orang Korintus menjadi Kristen termasuk Krispus, salah seorang pemimpin Sinagoge (Kis 18:8). Suatu jemaat Kristen yang sangat besar dan berpengaruh dibangun di kota itu.
Setelah Paulus berada di sana selama delapan belas bulan, orang-orang Yahudi berusaha agar ia dijatuhi hukuman oleh karena suatu kejahatan. Seorang penguasa Roma baru telah diangkat yakni Prokonsul Galio, saudara laki-laki dari Seneka, filsuf dan pujangga Roma. Tuduhan orang-orang Yahudi tersebut gagal, sebab Gaio tidak mau meghakimi Paulus menurut hukum Yahudi, sedangkan menurut hukum Roma ia tidak berbuat suatu kejahatan. Ini merupakan salah satu peristiwa dalam kehidupan Paulus. Yang dapat kita tentukan waktunya secara tepat. Masa jabatan Galio di Koritus direkam dalam sebuah surat yang dikirim oleh Kaisar dan diukir sebagai sebuah inskripsi pada batu.
II.7. Surat-surat Tesalonika
Pada perjalananan kedua, ketika rombongan Paulus meninggalakan Filipi dengan diiringi pandangan mata Lidia, Lukas, dan teman-teman mereka (Kis. 16:40), maka setelah keluar dari pintu kota, mereka mengambil jalan raya yang menghubungkan Roma dengan daerah-daerah di sebelah timur. Setelah mereka melalui beberapa kota menempuh jarak kurang lebih 120 km (kurang lebih empat hari) mereka “tiba di Tesalonika” (Kis. 17:1).
Kota Tesalonika adalah kota pelabuhan dan kota provinsi Makedonia, termasuk wilayah jajahan Romawi. Daerah ini telah dirancang oleh Cassender (saudara Alexander) pada tahun 316 BC. Kota ini dibangun untuk menghormati istri Cassender yang telah meninggal dunia dan pertama dinamai Tesalonike. Kemudian berubah menjadi Tesaloniki dan akhirnya berubah lagi menjadi Saloniki. Nama kota yang dipakai dalam Alkitab adalah Tesalonika. Sekarang berada disebelah Barat Istambul/Turki Barat. Penduduknya sekitar 100.000 orang, yang terdiri dari bangsa Yunani, Romawi dan sebagian Yahudi. Orang Yahudi di Tesalonika mempunyai rumah ibadah sendiri yaitu Sinagoge. Sedangkan anggota Sinagoge adalah sebagian dari non Yahudi. Kehidupan orang Yahudi di Tesalonika banyak yang menjadi pemborong dan termasuk mata duitan. Oleh sebab itu, Paulus PI sambil bekerja sendiri dan tidak mau menumpang secara gratis (1 Tes. 2:9; 2 Tes. 3:8).
Kota ini dikunjungi oleh Paulus dan Silas (Kis. 17:1). Pada tahun 146, kota ini merupakan tempat kediaman gubernur Makedonia. Oleh sebab itu, kota ini besar dan ramai. Di Tesalonika, Paulus diberi kesempatan tiga kali untuk Pengkabaran Injil atau khotbah di Sinagoge. Kemudian ia dilarang berbicara lagi karena perkataannya menimbulkan kegaduhan. Lalu ia meneruskan ajarannya di rumah Yason. Yason adalah seorang pengusaha kain tenun, dan disana Paulus, Silas, dan Timotius juga ikut bekerja bersama Yason.
Tidak lama setalah Paulus tiba di Korintus, Silas dan Timotius yang tinggal di Tesalonika, datang dengan berita tentang jemaat di situ. Dalam jangka waktu enam bulan setelah pertobatan mereka, orang-orang kristen di Tesalonika telah begitu baik memenuhi tanggung jawabnya, sehingga berita kristen telah tersiar melalui teladan mereka di seluruh wilayah sekitarnya (1 Tes.1:1-10). Tetapi ada juga beberapa masalah di dalam jemaat, yaitu adanya serangan-serangan oleh orang-orang Yahudi, dan mungkin penganiayaannya yang lebih umum (ayat 6). Masalah lainnya mungkin adanya kasus percabulan (1 Tes. 4:3-8), kegagalan menghormati pemimpin-pemimpin jemaat, dan perasaan ingin tahu bagaimana keadaan orang kristen yang meninggal (1 Tes. 5:12-13). Jadi Paulus menulis suratnya guna memberikan mereka semangat menghadapi kesulitan serta bimbingan langsung mengenai masalah-masalah khusus mereka. Suratnya itu tersimpan bagi kita dalam perjanjian baru sebagai surat 1 dan 2 Tesalonika.
a. Surat 1 Tesalonika
Surat ini merupakan tanggapan atas berita yang dibawa oleh Timotius tentang jemaat Tesalonika. Kegelisahan Paulus akan kekuatan iman jemaat ini merupakan dasar dari penulisan surat ini. Itu sebabnya, dalam 1 Tesalonika Paulus bermaksud meneguhkan iman, namun ia juga ingin memberi penghiburan kepada jemaat ini agar tahan dalam penderitaan dan aniaya.
· Paulus dan orang-orang Kristen hasil pelayannya
Memang itulah harapan Paulus dan rekan-rekannya. Ketika pertama kali mereka membawa berita injil ke Tesalonika, mereka selalu berhati-hati agar tidak menonjolkan diri sendiri, melainkan mengarahkan perhatian pada apa yang dapat dilakukan Kristus dalam kehidupan orang-orang Tesalonika. Untuk semuanya ini mereka telah mendapat imbalan yang baik. Sebab orang-orang Tesalonika menerima firman Allah. Mereka menyadari bahwa itulah jalan guna memassuki realitas kehidupan sepenuhnya :” Kamu telah menerima firman Allah yang kamu beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi dan memang sungguh-sungguh demikian sebagai firman Allah, yang bekerja juga didalam kamu yang percaya ” (1 Tes 2:13). Hal ini, ditambah dengan berita yang dibawa oleh Silas dan Timotius, memberikan dorongan yang kuat bagi Paulus waktu ia bekerja dalam keadaan yang sulit di Korintus (1 Tes 2: 17-3:8). Meskipun begitu, masih ada yang kurang dalam iman mereka (1 Tes.3:10). Dan Paulus berusaha memberikan nasihat yang baik tentang kesulitan-kesulitan yang telah di laporkan kepadanya oleh Timotius.
· Perilaku Orang Kristen
Salah satu hal yang sering menimbulkan masalah besar bagi orang-orang kafir yang bertobat adalah persoalan moralitas pribadi. Di masyarakat kafir zaman itu cara hidup asusila yang beraneka ragam adalah lumrah. Dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Tesalonika, jelas kabanyakan orang Kristen di kota itu diberi kekuatan oleh roh kudus, untuk mengatasi godaan hidup seperti itu. Tetapi apa yang telah diberitahukannya kepada mereka pada waktu jemaat dibangun masih perlu di perkuat (1 Tes. 4:1-8). Pokok ini dengan sendirinya menyebabkan Paulus merenungkan kembali apa yang telah dia tulis sebelumnya kepada orang Galatia (Gal.5:13).
· Masa Depan
Paulus menemukan jawaban terhadap keyakinan bahwa Tuhan Yesus yang hadir dalam jemaat melalui pekerjaan Roh Kudus, pada suatu hari kelak akan datang kembali secara terbuka dan dengan penuh kemenangan (1 Tes. 4:13-18). Karena itu orang-orang Kristen Tesalonika itdak pada tempatnya khawatir tentang sanak saudara yang telah menigggal, sebab “kita percaya, bahwa Yesus tealah dan tealah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” (ayat 14).
Paulus menyadari kemungkinan terjadinya bahaya bila terlalu menekankan apa yang akan dilakukan Allah di masa depan. Sebab itu, ia melanjutkan dengan apa yang akan dilakukan dengan orang-orang Kristen di Tesalonika bahwa kepercayaan mereka akan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya di masa depan (parousia) bukanlah suatu alasan untuk tidak bekerja sekarang ini.
· Menghayati hidup Kristen
Pada akhirnya Paulus memberikan nasihat kepada para pembacanya mengenai sejumlah pokok, dengan meringkaskan apa yang telah dikatanya sebelumnya (1 Tes. 5:12-21).
1. Di dalam jemaat, seorang Kristen harus menghormati orang-orang bekerja di tengah-tengah mereka (para tua-tua yang rupanya telah diangkat Paulus di tengah jemaat), hidup selalu dalam hubungan damai seorang dengan yang lain (1 Tes 4:9-12) dan saling menguatkan dalam iman mereka kepada Kristus (1 Tes 5:14);
2. Di dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen harus berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka dan “bersukacita senantiasa” (1 Tes. 5:15-16);
3. Dalam hubungan pribadi mereka dengan Allah, orang Kristen harus senantiasa berdoa dan membiarkan Roh Kudus memimpin hidupnya (1 Tes. 5:17,19-20).
b. Surat 2 Tesalonika
Banyak anggota gereja bingung mengenai waktu kedatangan Kristus kembali. Karena penganiayaan yang meningkat, mereka mengira hari Tuhan pasti segera datang, dan mereka menafsirkan surat pertama Paulus berarti bahwa kedatangan Kristus akan terjadi kapan saja. Karena kurang mengerti maka banyak orang terus hidup tanpa mau bekerja dan tidak tertib, dengan dalih menantikan kedatangan Kristus kembali.
· Jemaat dan musuh-musuhnya
Dari 2 Tesalonika 1:5-12, kelihatannya jemaat mengalami penganiayaan yang makin ganas. Hal ini dapat dimengerti, sebab semakin luas diketahui sifat dan kasih Kristen mereka, akan semakin bertambah musuh-musuh mereka. Orang-orang Yahudi dan Romawi tidak akan peduli terhadap suatu agama yang tidak bermakna bagi pemeluknya sendiri; tetapi sifat revolusioner dari kehidupan jemaat Tesalonika dengan sendirinya menarik perhatian mereka kepadanya. Paulus mengingatkan orang-orang Kristen tersebut walaupun untuk sementara waktu mereka menghadapi banyak kesulitan, Allah tetap berpihak pada mereka.
· Jemaat dan masa depan
Paulus berusaha memperingatkan jemaat di Tesalonika, “supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami,seolah-olah hari Tuhan telah tiba” (2Tes. 2:2). Bagaimanapun juga, Paulus melanjutkan dengan menekankan bahwa dalam pandangannya parousia Yesus dan semua hal yang berhubungan dengan itu bukanlah sesuatu peristiwa yang berlangsung secara tidak kelihatan atau secara rahasia ( dan sifatnya seharusnya begitu kalau memang peristiwa itu sudah terjadi).
· Jemaat dan masyarakat
Sebagai akibat dari perhatian terhadap peristiwa-peristiwa masa depan yang muncul di Tesalonika, beberapa orang Kristen tidak lagi menjalankan hidup sebagaimana mestinya. Mereka sudah tidak giat dala masyarakat, dan dengan berpangku tangan menunggu kedatangan Kristus, suatu sikap yang dikecam dengan keras oleh Paulus. Menurut dia, seorang Kristen bukanlah seorang yang mengelakkan tanggung jawab dan juaga bukan petapa religius, tetapi seseorang yang memainkan peranan penuh dalam masyarakat.
III. Kesimpulan
Dalam perjalanan misi Paulus yang kedua, setelah pertikaian dengan Barnabas karena Persoalan Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan Paulus dan Silas. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama di Eropa, Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Atena, dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 Tahun di Korintus, di rumah sepasang Suami-istri, Akwila dan Priskia. Masa tinggalnya ini bersamaan dengan waktu Galio menjabat singkat sebagai Prokonsul di Akhaya. Pada musim dingin tahun 51, Ia menulis surat pertama kepada jemaat Tesalonika, Dokumen tertua dari perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia. Tujuan pekerjaan misi Paulus adalah menghasilkan pertobatan orang Yahudi dan non-Yahudi pada iman kepada Yesus Mesias, Juruselamat dan Tuhan; mengubah pola tradisional keagamaan, sikap sosial dan etis; serta melakukan integrasi dengan komunitas orang percaya.
IV. Daftar Pustaka
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
Brotosudarmo, R.M. Drie S., Pengantar Perjanjian Baru,Yogyakarta: Andi,2017
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis-Teologis, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015
Dunnett, Walter M., Pengantar Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1984
Duyverman, M. E., Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017
Hakh, Samuel Benyamin , Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok Teologisnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019.
Hakh, Samuel Benyamin, Perjanjian Baru Sejarah dan Pokok-pokok Teologisnya, Bandung : Bina Media Informasi, 2010
Hermawan, Yusak B., My New Testament, Yogyakarta: An