Perjalanan Misioner Pertama Paulus

Perjalanan Misioner Pertama Paulus








I. Pendahuluan

Perjalanan Paulus dan Barnabas, serta ditemani Markus di Yerusalem, kemudian mereka kembali ke Antiokhia dan mereka memasuki tahap baru dalam pelayanan mereka. Jemaat orang-orang bukan-Yahudi ialah para Nabi dan Pengajar diantaranya Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes di kota tersebut mengkhususkan Paulus dan Barnabas dan mengutus mereka guna mengadakan perjalanan misioner yang pertama.



II. Pembahasan

2.1.KronologiPerjalananpertama Paulus

Perjalananmisipertama Paulus diadakantahun 46-48. BertolakdariAntiokhiamengikutirutepersinggahanSelamiskePafoskePergakePsidiakeIkoniumKeListrakeDerbedankembalikeListrakeIkoniumkeAntiokhiakePamfiliakePergakeAtaliadansampai di Antiokhia.

Antiokhiaadalahsebuahkota “Modren” denganjumlahpenduduksetengahjiwa, adasebuahjalanraya yang menakjubkan, dibangunolehHerodesAgung, 15 mil dariLaut Tengah. Terletakpadaruteperdaganganutama, menjadikotadagang yang ramai. SetelahkejatuhanYerusalemtahun 70, Antiokhiamenjadipusatkekristenan. Padatahun 400 adasekitar 100.000 orang Kristen tinggal di sini.[1]Kis 12:24-14:28 mengisahkan bagaimana Injil disiarkan di kawasan timur Laut Tengah. Terpimpin oleh Roh Kudus dan sebagai utusan jemaat di Antiokhia rombongan kecil, terdiri atas Barnabas, Saulus/Paulus, dan Markus, berangkat menempuh perjalanan misi yang pertama.[2]

Seleukia

14 mil sebelahbaratAntiokhiaSeleukiapernahmenjadiibukotaprovinsi Syria setelahkematianAlexanderAgung. DidirikanolehSeleukia I tahun 300, kota ini sibukdengankagiatanpelayaranselamapemerintahaanRomawi. Kota yang lebihrendahdaripermukaanlautketikapantai-pantainyadipenuhilumpur[3] Dari sinilah Paulus menyebrangberlayarkePulauSiprus (Kis 13:4)

2.2.PerjalanankeSiprus

Ketika Saulus dan Barnabas diutus oleh Roh Kudus (dengan perantaraan jemaat), mula-mula mereka tidak mengetahui benar, kemana mereka pergi. Hanyalah yang mereka ketahui, bahwa mereka harus ke pulau Siprus dahulu. Ada dua sebab, mengapa mereka harus pergi kesana. Pertama, karena Barnabas sendiri berasal dari pulau itu (Kis 4:36), jadi sudah barang tentu ia teringat kepada tanah airnya dulu. Kedua, sebelum mereka, beberapa orang Kristen yang lari dari Yerusalem telah pergi ke Siprus untuk memberitakan Injil disana (Kis 11:1-19). Jadi perlu rasanya mengunjungi pulau itu dahulu untuk mengetahui apakah usaha-usaha saudara-saudara itu berhasil atau tidak, dan untuk membantu mereka pula.[4]



2.2.1. Salamis di Siprus

Pada waktu Paulus mengunjungi pulau itu, kota Salamis, yang terletak di sebelah timur, adalah kota dagang yang ramai, penduduknya lebih dari setengah juta banyaknya. Sebelum Barnabas dan Saulus tiba dipulau itu, tentulah telah mereka tetapkan lebih dahulu cara mereka bekerja. Berita injil akan disampaikan ;dahulu kepada orang-orang Yahudi, sesudah itu barulah kepada orang-orang dari bangsa-bangsa lain.[5]Pada zaman YunanidanRomawi, Salamis adalahkota yang kaya rayadenganhasilpelabuhannya yang menakjubkan. Catatan PB menyatakanadabanyak orang YahuditinggaldisinidanmembangunSinagoge. Berapa lama Paulus dan Barnabas tinggal di kota ini, kitatidaktahu, tetapi Barnabas mengadakankunjungankeduakekota ini bersamaYohanes Markus. Dan untukpertamakalinya Paulus mendapatnama Paulus (Kis 13:9)[6]



2.2.2. Pafos di Siprus

Dari Salamis ketiga orang itu pergi ke Pafos, melalui jalan-jalan yang berbelok-belok mengelilingi pulau itu. Dikota itulah tinggal Gubernur, wakil pemerintah Roma. Pafos letaknya di pantai Barat pulau Siprus. Pada zaman Rasul-rasul kota itu termasyur karena disana ada sebuah rumah berhala yang sangat indah untuk Dewi Venus (nama Yunani: Aphrodite). Dan sekeliling gedung itu terdapat kemesuman yang tak terhingga. Rumah berhala itu bukan di dalam kota letaknya, tetapi kira-kira 8 kilometer diluarnya. Karena rumah berhala di Pafos itu termasyur keseluruh dunia, orang datang dari segala penjuru untuk melihatnya, sehingga kota itu selalu penuh dengan orang asing.[7]



2.2.3. Perga

Terletak di provinsiPamfilia, milikRomawi. SebelahbaratdayaSiprus di Asia Minor. 12 mil sebelahAntokhia. Ada kuilterkenaluntukmemuja Artemis (Diana). Kita masihdapatmelihatsisareruntuhansebuahteater yang dapatmenampung 13.000[8]. Disinilah Markus, diliputidenganketakutandankekecewaan, ragu-raguuntuksementarawaktudalammaksudnyauntukmemberikandirinyadengansepenuhhatikepadapekerjaan Allah.[9]

2.3.PerjalananAntiokia di Psidia

Lukas menunjukkan lokasi penjangkauan misi pertama Paulus di Galatia Selatan di kota Antiokia (Kis 13:14-52). Frase Antiokia di Psidia dalam KisahPara Rasul 13:14 tidak menyiratkan bahwa Antiokia sesungguhnya terletak di wilayah Psidia, kota itu berada di Frigia. Sebutan Psidia membedakan Antiokia ini dengan kota lainnya yang juga bernama Antiokia yang terletak di sungai Meander dan Frigia.[10]

Khotbah Paulus di dalam sinagoge di Antiokhia di Pisidia, dikutip secara panjang lebar oleh Lukas (Kis 13:16-43). Secara umum gaya pidatonya menyerupai gaya Stefanus, karena ia menggunakan cara pendekatan dengan mengulang kembali sejarah hubungan Allah dengan bangsa Israel. Tema utamanya diperkenalkan dalam ayat 23: ‘dari keturunannyalah sesuai dengan yg telah dijanjikannya, Allah telah membangkitkan juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus...’pengembangan tema ni tidak jauh menyimpang dari tokoh dari khotbah-khotbah Apokatolik yang telah dikutip dalam pasal-pasal Kisah Para Rasul terdahulu, tetapi ketika paulus tiba pada puncak pidatonya mengemukakan sesuatu unsur yang baru. Pelayanan mereka di Listar terputus oleh serangan mendadak dari orang-orang Yahudi yang memusuhi mereka dari Antiokia di Psidia dan Ikonium, yang membujuk orang yg kurang berpengetahuan dan mudah terpengaruh itu bahwa paulus adalah seorang tukang propaganda yang berbahaya. Tetapi ia sadar, lalu meninggalkan kota itu menuju ke Derbe untuk mengajar disana.[11]



2.4.Perjalanan di Ikonium

Catatan Lukas tentang kegiatan misi Paulus di Ikonium, kota yang disatukan dengan provinsi baru Galatia pada 25 SM. Hanya singkat dalam Kis 14:1-7. Paulus dan Barnabas masuk ke sinagoga orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan Yunani menjadi percaya, yaitu mereka mampu memberitakan injil Yahudi dan simpatisan non-Yahudi yang hadir dalam kebaktian di komunitas Yahudi. Orang-orang Yahudi yang belum percaya, yang menentang Paulus dan Barnabas, tidak dapat menghalangi mereka. Para penentang, yakni akhirnya memaksa Paulus dan Barnabas meninggalkan kota itu, tidak dipelopori oleh wakil Aristokrasi Romawi lokal seperti di Antiokia, melainkan oleh orang Yahudi dan Yunani terkemuka di Ikonium. Referensi pada ‘murid-murid’ dan ‘penetua-penetua’ ang diangkat oleh Paulus dan Barnabas selama perjalanan mereka kembali (Kis 14:21-23) menyiratkan bahwa komunitas orang percaya telah diteguhkan di Ikonium.[12]

Paulus dan Barnabas berjalan mengikuti jalan besar yang melintang dari timur ke barat. Tiap hari tak henti-hentinya bentara-bentara Kaisar lewat di jalan untuk menyampaikan perintah-perintah dari Roma kepada pemerintah di jajahan yang jauh. Pasukan-pasukan Romawi, yang sangat ditakuti oleh negeri-negeri sekitar Laut Tengah sering melaluinya. Sebentar mereka mendaki, sebentar mereka menurun. Akhirnya sampailah mereka ke Ikonium (150 KM dari Antiokhia). Tak ada di situ benteng-benteng Romawi (seperti di Antiokhia), sebab itu agak aman dan tenang kelihatannya. Pengalamn-pengalaman Paulus dan Barnabas di kota itu hampir sama dengan di Antiokhia. Banyak yang mendengar mereka , tetapi sesudah itu timbul pula perlawanan dari pihak orang-orang Yahudi yang tak mau percaya. Makin lama makin nyatalah bahwa Yesus selalui menyertai mereka dengan kuasaNya. Tetapi akhirnya orang banyak di kota itu terbelah menjadi dua. Suasana semakin tegang, sehingga Paulus dan Barnabas harus lekas-lekas menyingkir dari sana.[13]



2.5.PerjalananListra

Di Listra Paulus menghadiri orang-orang yg memuja berhala. Iman dewa Zeus yg datang dari luar kota (14:13), ketika melihat bagaimana Paulus menyembuhkan orang lumpuh mengira bahwa paulus dan barnabas adalah dewa-dewa yang turun kebumi, dan mencoba untuk mempersembahkan kurban bagimereka. Protes keras paulus terhadap kesalahan ini, menimbulkan gagasan baru bagi metode pendekatan ke dalam alam pemikiran kafir yang buta terhadap perjanjian lama. Ia dan Barnabas berbicara tentang Allah yg Esa yg memberikan “hujan dari langit dan ..”musim-musim subur ‘(14:17), suatu titik pertemuan yg dapat diterima oleh para petani sederhana dikawsan itu apakah mereka mempunyai pengetahuan formal tentang teologi atau tidak.[14]

Paulus dan Barnabas mulai memberitakan firman di Listra. Sementara itu, ada seorang muda yg lumpuh sedang mendengarkan firman Tuhan yg mereka beritakan. Paulus melihat bahwa orang itu percaya, sehingga ia menyembuhkannya. Peristiwa itu menakjubkan orang banyak itu. Sehingga mereka berfikir bahwa dewa-dewa telah turun. Paulus disebut Hermes, sedangkan Barnabas disebut Zeus. Orang banyak membawa persembahan kepada kedua rasul itu karena mereka berfikir dewa-dewa telah turun dalam rupa manusia. Paulus dan Barnabas menolak persembahan itu sambil mengatakan bahwa mereka manusia biasa saja. Namun demikian, orang Yahudi di Antiokia dan Ikonium terus membujuk orang banyak itu untuk memihak kepada mereka. Paulus dan Barnabas dilempar pakai batu dan ditarik keliling kota sehingga hampir mati, lalu diseret keluar kota (kis14:19). Sesudah siuman, keesokan harinya Paulus bersama Barnabas pergi ke Derbe. Mereka memberitakan Injil dan memperoleh banyak pengikut Yesus dikota itu. Paulus dan barnabas memutuskan untuk kembali melalui jalan yang telah mereka lalui sebelumnya. Dengan maksud agar mereka menguatkan iman orang yang sudah percaya. Dan menunjuk tua-tua disetiap jemaat muda itu (kis 14:21-23). Sesudah melakukan tugasnya mereka pun kembali ke Antiokia (kis 14:22-26).[15]

Pekerjaan misi di Listra tampak menuntun pada pendirian Gereja. Selama kunjungan terakhir itu paulus merekrut Timotius, anak seorang perempuan Yahudi yang menikah dengan suami Yunani, sebagai rekan sekerja. Ppaulus mungkin mengunjungi Listra untuk yang keempat kalinya ketika ia pergi dari Siria ke Efesus (Kis 18:23).[16]



2.6.PerjalananDerbe

Derbe adalah kota perhentian Paulus dan Barnabas berikutnya. Lukas melaporkan bahwa Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di Derbe dan mereka memperoleh banyak murid (Kis 14:20-21). Satu diantara orang-orang Kristen di Derbe ada Gayus, rekan sekerja Paulus di Efesus (Kis 19:29). Yang menyertai Paulus dalam perjalanannya melalui Makedonia dan Galatia (Kis 20:4).[17]

Derbe dua hari perjalanan jauhnya dari Listra. Negeri itu lebih kecil dari Ikonium dan Listra. Letaknya di kaki pegunungan Taurus yang berhutan lebat. Tak ada orang yang memusuhi mereka di situ. Berita Injil dapat mereka kabarkan dengan tenang, dan banyak orang yang menjadi murid. Banyak rahmat yang mereka peroleh ketika di Derbe itu. Seorang dari murid-murid itu masih kita jumpai lagi namanya dalam Alkitab, yakni Gayus, orang Derbe. Ia menyertai Paulus pada perjalanan ketika memberitakan Injil.[18]



2.7.KembalikeAntiokhia

Dari Derbe Paulus dan Barnabas kembalikeListra, Ikonium, danAntiokhia. Satuhalpentingadalahbahwa Paulus dan Barnabas menetapkanpenatua-penatuapadasetiapjemaat yang telahdiinjili. KemudianmerekameneruskanperjalanankePerga. Dan daripantaiAtaliamerekaberlayarpulangkeAntiokhia. KepadajemaatAntiokhia yang telahmengutusnya, merekamenyampaikansemualaporanpemberitaanInjil.[19]

2.8.Jemaat-jemaatbukanYahudi yang Pertama



Sebagai hasil dari kunjungan-kunjungan Paulus, baik orang-orang yang takut akan Tuhan atau orang-orang kafir sama sekali, menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Paulus mulai menyadari betapa penting panggilan itu. Paulus menyadari setelah pertobatannya, hubungannya yang baru dengan orang lain termasuk dengan orang-orang dibencinya dahulu. Jadi sekarang ia menginsyafi bahwa walaupun dahulu ia tergolong orang Yahudi yang ketat, ia di pesatukan dengan orang-orang Yahudi dengan cara yang baru dan lebih mendalam, begitu mereka menerima tuntutan Yesus Kristus atas hidup mereka. Telah di terangkan kepadanya waktu itu bahwa ia akan memainkan peranan yang sangat khusus di dalam usaha penyebaran berita Kristen ke seluruh dunia. Ketika Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia di Siria, mereka menemukan jemaat disana setuju dengan mereka menginjili orang-orang Asia Kecil bagian Selatan (Kis 14:27-28).[20]

2.9. Orang YahudidanbukanYahudi

Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Beberapa pembawa berita dari jemaat di Yerusalem segera tiba di Antiokhia dengan sikap yang sangat berlainan.[21] Jemaat dimasuki oleh orang-orang yang mengajarkan bahwa orang-orang Kristen, untuk menjadi selamat, harus menerima sunat selaku tanda perjanjian Allah (Gal 5:2,3: 6:12,13). Diajarkan juga agaknya selaku tuntutan keselamatan, dan bukan selaku tambahan saja, dan juga hari raya harus dirayakan (4:10).[22] Mereka juga mengunjungi jemaat Kristen baru yang dibangun oleh Paulus dan Barnabas dalam perjalanan misionenya yang pertama (Gal 2:11-14). Mereka mulai mengacaukan jemaat-jemaat itu dengan mengatakan Paulus itu hanya memberitakan setengah berita Kristen kepada mereka. Menurut Paulus, jika orang-orang bukan Yahudi bersedia menerima tuntutan-tuntutan Kristus atas hidup mereka, sehingga mereka dapat menjalankan hidup yang menyenangkan hati Allah.[23]

Penyesat-penyesat itu bukan beragama Yahudi, mereka beragama Kristen, tetapi dari kalangan Yahudi. Dan karena latar belakang itu dan karena mereka dididik sejak kecil dengan keyakinan bahwa taurat ialah firman Allah yang abadi, maka tidak masuk di akal mereka bahwa dengan kedatangan mesias tuntutan taurat itu tidak menjadi dasar keselamatan. Menurut mereka paulus merombak, membatalkan fiman Allah.[24]

Bagi banyak orang Kristen Yahudi, ide tersebut adalah hujatan. Mereka percaya bahwa Allah telah menyatakan kehendakNya dalam Perjanjian Lama dimana diajarkan dengan jelas jika seseorang ingin menjadi anggota persekutuan ilahi, ia harus di sunat dan mengikuti banyak peraturan lainnya. Bagaimana Paulus dapat mengatakan bahwa orang-orang bukan Yahudi ini sudah menjadi orang-orang Kristen yang benar, kalau mereka belum pernah mempertimbangkan implikasi sepenuhnya dari Wahyu Allah dalam Perjanjian Lama? Bagaimana mungkin Paulus berani berkata bahwa moralitas Kristen dapat dicapai dengan cara yang lain dari pada penerapan peraturan-peraturan Yahudi secara ketat dalam kehidupan orang Kristen?.[25]

Orang-orang Kristen itu menjadi bingung dengan ajaran seperti itu. Yang mereka pahami ialah mereka telah menerima berita yang disampaikan Paulus, hidup mereka telah di ubah oleh Tuhan yang sama yang dijumpai Paulus di jalan ke Damsyik, dan mereka harus percaya kepada Tuhan itu yang akan membantu mereka menjalankan hidup yang menyenangkan Allah. Banyak diantara mereka yang tidak pernah menganut agama Yahudi, dan tidak tahu isi Perjanjian Lama. Dan Paulus tidak memberikan petunjuk kepada mereka untuk mempelajarinya agar dapat diterima Allah. [26]

Tetapi ketika orang-orang Kristen baru ini mulai membaca Perjanjian Lama di bawah bimbingan orang-orang Kristen Yahudi, mereka menemukan banyak peraturan yang tidak mungkin dapat dipenuhi, walupun itu dianggap perlu untuk memperoleh keselamatan. Beberapa dari mereka mencoba melakukannya, mulai dari memelihara hari Sabat Yahudi mungkin juga hari raya lainnya (Gal 4:8-11). Sejumlah besar diantara mereka mulai mempertimbangkan sunat, agar memenuhi ketentuan Perjanjian Lama (Gal 5:2-12). Tetapi bagian terbesar dari mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada saat itulah Paulus mendengarkan berita itu. Ia sangat marah. Dan memutuskan ia mengirim surat kepada mereka. Surat itulah yang kita kenal sebagai surat Galatia.



2.10. Surat –surat PaulusDalammisiPerjalanan

2.10.1. Surat Galatia

Kalau kita meninjau surat Galatia secara sekilas, akan terlihat bahwa Paulus mengikuti pola tersebut. Ia mulai dengan memberikan namanya sendiri, “dari Paulus, seorang rasul”, dan dia menghubungkan dengan suratnya “semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku”. Kemudian dia menyebutkan orang-orang kepada siapa suratnya di tujukan. Dalam hal ini sekelompok jemaat “kepada jemaat-jemaat di Galatia” (Gal 1:3), dan di perluas dengan kalimat singkat memuji Allah. Dalam surat ini Paulus sama sekali tidak mengucap syukur dalam surat Galatia mengenai keadaan rohani pembacanya. Soalnya tidak ada yang dapat disyukuri. Dan keadaan mereka pada saat surat di tulis tidak memberi alasan bagi Paulus mengucap syukur bagi mereka. Paulus menutup suratnya dengan suatu ucapan berkat yang juga merupakan doa bagi pembacanya, dan meyakinkan mereka bahwa ada kuasa yang lebih besar dan siap menolong mereka: “Kasih Karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara, Amin” (Galatia 6:18). [27]



2.10.2. Paulus siPenulis Surat

Sewaktu paulus menulis surat kepada orang-orang Kristen yang dibawah pembinaanya, ia mengikuti gaya tulis yang umum pada zamannya. Kita mempunyai contoh dalam surat Klaudias Lysias kepada Feliks (Kis 23:26-30). Biasanya surat-surat pada zaman perjanjian baru mengikuti pola yang kurang lebih sama:

a. Nama penulis, nama penerima surat, dan Paulus mengikuti hal itu dengan seksama.

b. Salam, biasanya hanya satu kata. Paulus sering memperluasnya dengan memasukkan salam Ibrani tradisional (Syalom, damai), serta salam Kristen yang baru (kharis, anugerah)

c. Ucapan syukur yang berhubungan dengan kesehatan orang yang menerima surat diperluas oleh Paulus menjadi ucapan syukur yang umum kepada Allah bagi semua yang patut dipuji pada pihak pembacanya.

d. Bagian utama surat dalam surat-surat Paulus, sering ditemukan dua bagian, yakni pengajaran dan nasihat tentang kehidupan Kristen

e. Berita pribadi dan salam dalam hal Paulus, sering memuat berita tentang jemaat-jemaat dan tokoh-tokoh terkemuka di dalamnya.

f. Dalam surat Paulus diberikan seruan atau berkat dalam tulisannya sendiri, sebagai semacam jaminan tentang keaslian dan sifat pribadi suratnya itu.

g. Akhirannya, surat-surat purba di tutup dengan sebuah kata perpisahan. Paulus hampir selalu memperluasnya menjadi berkat dan doa yang lengkap bagi pembaca-pembacanya.[28]



2.10.3. Penerima Surat Galatia

Surat ini menyebut penerimanya sebagai jemaat-jemaat Galatia. Istilah ‘Jemaat-jemaat Galatia’ menunjuk pada suatu pengertian bahwa penerima surat ini adalah Orang Kristen yang tergabung dengan jemaat Galatia. Akan tetapi, kita memiliki persoalan karena istilah ‘Galatia’ dapat menunjuk dua tempat, yakni daerah Galatia bagian Utara yang disebut daerah Galatia saja, dan wilayah Galatia yang menunjukkan Galatia bagian Selatan, yaitu daerah Psidia (Kis 13:14, 14:24), Frigia (Kis 2:10, 16:6, 18:23), dan Likaonia (Kis 14:6), yang sering disebut Provinsi Galatia. Nama Galatia sendiri berasal dari bangsa Kelt dari Eropa yang 279 SM memasuki Asia Kecil.[29]



a. Siapakah Orang-orang Galatia itu?

Surat Galatia di tulis kira-kira pada tahun 48 M, tepat sebelum kunjungan Paulus dan Barnabas ke Yerusalem untuk menghadiri sidang Para Rasul. Surat Galatia merupakan surat Paulus yang pertama, dan mungkin sekali bagian Perjanjian Baru yang pertama di tulis. Di dalam menyebut alamat surat, Paulus berkata bahwa ia menulis kepada jemaat-jemaat di Galatia (Gal 1:2) dan dia menyebut pembacanya orang-orang Galatia (Gal 3:1). Istilah “orang Galatia” biasanya di pakai untuk orang-orang Galatia asal Keltik yang tinggal di wilayah Ankara di Turki masa kini, dan yang namanya di pakai untuk sebuah kerajaan purba di daerah itu.[30]



b. TigaPokokKebijaksanaan Paulus

Walaupun surat ini tidak panjang dan tidak berbelit-belit, tidaklah selalu mudah mengerti maksud Paulus. Ini disebabkan karena surat tersebut ditulis secara terburu-buru ditengah suatu perselisihan yang hebat. Surat Galatia dapat dibagi dalm tiga bagian utama, yang membahas secara berturut-turut ide-ide palsu yang telah dikemukakan oleh orang-orang kristen Yahudi yang mengunjungi jemaat Galatia untuk menyebarkan kekristenan menurut corak Yahudi.[31]



1. Kewenangan Paulus

Hal yang pertama telah dikatakan oleh para penginjil agama Yahudi adalah Paulus bukanlah seorang rasul yang sejati. Oleh karena ia tidak diutus oleh para rasul yang pertama di Yerusalem, ia tidak mempunyai hak memberi petunjuk-pentunjuk kepada orang-orang Kristen baru dan mereka pun tidak perlu memperhatikan apa yanng merka dikatakannya. Kita menemukan jawaban Paulus terhadap semuanya ini dalam Galatia 1:10-2:21. Ia menerangkan bahwa tidak perlu baginya memperoleh kewenangan dari Yerusalem atau dari siapa pun juga, sebab ia sendiri pun telah bertemu dengan Kristus yang bangkit. Pertemuan itulah yang memberikan kepadanya kewenanagan sebagai seorang rasul (Gal 1:11-12). Ia memang telah mengunjungi Yerusalem beberapa kali, tetapi ia tidak pernah merasa perlu meminta izin dai para murid pertama untuk menjalankan pekerjaannya, dan mereka pun tidak pernah menyarankan agar ia mendapat izin seperti itu (Gal 1:18-2:10)[32]



2. Orang Kristen danPerjanjian Lama

Kemudian dia melanjutkan dengan membahas ajaran palsu kedua yang dikemukakan oleh pengacau-pengacau Yahudi tersebut. Apa yang mereka tahu tentang Kristus mestinya telah menunjukkan bahwa mereka telah menerima Roh Kudus (tanda orang Kristen Sejati, Rm. 8: 9) bukan karena mereka telah menaati hukum Taurat, melainkan karena percaya kepada Yesus Kristus (Gal 3:1-5). Hal ini menghantarnya langsung untuk menyerang bagian lain pengajaran mereka. Dalam Perjanjian Lama, janji kerajaan mesianik telah diberikan keppada Abraham dan keturunannya (Kej 17:7-8). Paulus menjawabnya dengan tiga cara berdasarkan Perjanjian Lama sendiri.

1. Dalam Galatia 3:6-14, ia menegaskan berkat-berkat yang dijanjikan kepada Abraham menjadi milik “ semua orang yang percaya”. Abraham percaya kepada Allah, dan imannya menjadi dasar sehingga ia diterima Allah. Pengalaman sehari-hari dan Perjanjian Lama, membuktikkan bahwa dalam kenyataannya tidak mungkin seseorang dibenarkan dalam pandangan Allah melalui pemeliharaan hukum.

2. Tetapi bukankah hukum itu wahyu Allah tertinggi dalam Perjanjian Lama, melampaui semua yang mendahuluinya? Tidak kata Paulus. Sebab hukum Taurat berlaku lama selama zaman Abraham, dan tidak mungkin dapat mengubah suatu janji yang langsung diberikan oleh Allah. Hukum mempunyai tujuan yang berlainan dalam rencana Allah. Pertama-tama, hukum Taurat menunjukkan bahwa dosa merupakan pelanggaran terhadap Allah. Sebelum hukum diberikan, satu-satunya yang dimiliki manusia adlah “hukum alam” yang menyatakan diri melalui hati nurani mereka sendiri. Setalah hukum diberikan melalui Musa, orang-orang dapat melihat sifat sebenarnya dari perbuatan-perbuatan salah- yakni pemberontakan menentang kehendak Allah. Kedua, hukum diberikan sebagai penuntun “ sampai Kristus datang, suapaya kita dibenarkan karena iman”

3. Paulus menarik kesimpulan yang logis (Gal 3:25-4:7).Hukum Taurat hanya berlaku “sampai datangnya keturunan yang dimaksudkan oleh janji itu” (Gal 3:19). “Keturunan” telah datang dalam diri Yesus Kristus. Jadi masa berlakunya hukum telah berkahir , dan kepada mereka yang percaya kepadanya, Kristus memberikan kebebasan dari Hukum.[33]

3. KebebasandanLegalisme

Dengan berusaha menempatkan diri di bawah hukum dan memelihara hari-hari raya Yahudi, orang-orang Galatia sebenarnya sedang mencoba meniadakan apa yang telah di kerjakan Allah bagi mereka didalam Kristus. Paulus Kwatir jika mereka melakukan hal itu, jerih payahnya telah sia-sia (Gal 4:8-11). Sebab itu ia melanjutkan dengan membahas alasan lain yang dikemukakan oleh para guru agama Yahudi. Mereka telah memberikan alasan-alasan berdasarkan kitab suci , orang Kristen harus memelihara hukum Taurat dan harus di sunat Pula. Paulus menjawab dengan tiga cara.

1. Paulus meninjau sekali lagi status hukum (Gal 4:21-5:11). Sekali lagi ia memakai kisah Abraham sebagai dasar seruannya, kali ini ia memakai peristiwa tentang Sarah (Seorang wanita merdeka) yang mengusir Hagar hambanya.

2. Paulus juga menjawab pertanyaan tentang sunat (Gal 5:2-12). Ia menjelaskan sunat tidak mempunyai nilai apa-apa bagi orang Kristen. Tidak ada perbedaan, apakah seorang Kristen disunat atau tidak. Hubunganmereka dengan Allah tidak bergantung pada tanda lahiriah seperti itu tetapi berdasarkan ‘iman yang bekerja oleh kasih’. Penyunatan sebenarnya merupakan penolakan atas apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka (Gal 5:2). Bagaimanapun juga, sunat mewajibkan orang untuk memelihara seluruh hukum Taurat (Gal 5:3). Justru hal itu elah ditolak Paulus, dan menurut pengalaman memang tidak mungkin dilakukan. Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus jelas tidak cocok dengan ‘kuk perhambaan’ (Gal 5:1) yang di bawa oleh penyunatan dan hukum.

3. Paulus kemudian membicarakan soal perilaku Kristen (Gal 5:13-6:10). Satu hal yang membedakan orang Yahudi dari bangsa-bangsa lain di dunia purba adalah standar moral mereka yang sangat tinggi, akibat dari pemeliharaan hukum Taurat. Guru- guru palsu yang mengunjungi Galatia telah mengemukakan jika orang-orang Kristen tidak menuruti hukum Taurat maka merka tidak akan mempunyai pedoman bagi perilaku mereka, dan kehidupan mereka tidak dapat dibedakan dari orang –orang kafir disekitar mereka.[34]



2.11. SidangYerusalem

Orang Kristen asal Yahudi yang masih taat pada hukum taurat menutut agar orang bukan Yahudi agar masuk Kristen den melakukan sunat sehingga mereka memperoleh keselamatan adalah Perjanjian Lama merupakan firman Allah maka perintahnya harus di turuti. Namun Paulus menentang itu dengan menyatakan bahwa orang bukan Yahudi tidak perlu disunat, alasannya menurut Paulus Perjanjian Lama menyatakan bahwa Abraham dibenarkan oleh imanya jauh sebelum hukum Musa.Oleh karena situasi itu mengganggu kedamaian dalam gereja, maka jemaat di Antiokhia menunjuk Paulus, Barnabas dan beberapa orang Kristen lainnya untuk pergi ke Yerusalem agar bertemu dengan para Rasul dalam rangka memecahkan masalah itu (Kis 15:1-29; Gal 2:1-10).[35]

Sidang itu kemudian menyusun sebuah surat yang isinya mengakui bahwa orang Kristen non-Yahudi adalah ‘saudara’ dan menolak tuntutan orang kristen Yahudi di Yerusalem. sidang itu menegaskanbahwa masuknya orang bukan Yahudi menjadi kristen adalah karena pekerjaan Roh kudus, sehingga tidak perlu diletakkan beban diatas pundak mereka dengan melakukan ritus sunat. Akan tetapi ada beberapa larangan yang arus mereka patuhi untuk memlihara hubunhgan yang harmonis antaru 2 gerja. Larangan itu berkaitan dengan praktikan kekafiran yg menjijikkan orang Yahudi. Larangan itu adalah orang non-Yahudi:

1. Makan makanan yang telah dipersembahkankepada berhala

2. Makan darah dan daging binatang, yang darahnya tidak dikeluarkan waktu disembelih

3. Melakukan percabulan (Kis 15:29).[36]

Aturan ini diterima Paulus, namun hal itu merupakan kompromi, dan suatu penyelesaian berdasarkan kompromi terkadang saja berhasil. Kasus ini pun bukan pengecualian, sebab ketika Paulus sekali lagi menghadapi masalah yang sama di korintus, ia sama sekali tidak merujuk pada surat keputusan para rasul, tetapi sekalilagi mengemukakan prinsip-prinsip utama yang menyangkut persoalan tersebut (1kor 8:1-13; 10:9-11:10). Namun ada masalah lain dengan surat keputusan para rasul yang sulit di terangkan. Kita harus menghadapi kenyataan jika Paulus menulis surat Galatia tepat sebelum ia pergi menghadiri sidang itu, maka cerita dalam kis 15 menggambarkannya sebagai menerima sesuatu yang ia tolak dengan tegas dalam surat Galatia –yakni penerapa semacam ‘hukum’ terhadap orang-orang Kristen bukan Yahudi.[37]



2.12. Perselisihan Paulus dalammisiPerjanjianPertama

Sidang di Yerusalem telah memutuskan bahwa orang Kristen non-Yahudi terutama dalam Perjamuan Kudus dan Perjamuan Kasih. Masalahnya, orang Yahudi menganggap najis jika duduk makan semeja dengan orang yang bukan Yahudi. Dilakukan oleh Petrus ketika ia tiba di Antiokhia. Petrus duduk makan semeja dengan orang Kristen non-Yahudi. Akan tetapi, ketika datang beberapa orang Kristen asal Yahudi dari Yerusalem, Petrus mengundurkan diri dari persekutuan bersama semeja dengan orang Kristen non-Yahudi lalu berlaku seolah-olah tidak makan semeja dengan mereka. Sikap Petrus itu menyeret beberapa orang Yahudi lainnya, yang duduk makan semeja dengan orang Kristen non-Yahudi, termasuk Barnabas. Sikap munafik itu ditegor oleh Paulus. Dihadapan orang-orang itu berkata “jika engkau seorang Yahudi hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?” (Gal 2:2-14). Maksud Paulus dengan memberikan tegurannya kepada Petrus dalam surat kepada jemaat Galatia adalah untuk mengingatkan jemaat disana bahwa tradisi Yahudi kepada orang-orang non-Yahudi. Tradisi in tidak boleh menjadi alasan untuk mencegah orang yang bukan Yahudi untuk masuk ke dalam persekutuan bersama dengan Tuhan.[38]

.

2.13. Misi Paulus

Dalam segala usaha pengabaran Injil mereka, Paulus dan Bamabas berusaha untuk mengikuti teladan pengorbanan Kristus yang sukarela dan setia, dan pekerjaan yang sungguh-sungguh bagi jiwa-jiwa. Mata terbuka lebar, rajin, tidak mengenal jerih payah, mereka tidak berunding dengan kehendak hati atau untuk mereka pribadi, tetapi dengan rasa cemas dan penuh doa serta kegiatan yang tak henti-hentinya mereka menabur benih kebenaran. Dan dengan penaburan benih rasul-rasul sangat berhati-hati dalam memberi kepada semua orang yang berdiri untuk Injil, pengajaran yang berguna yang tak ternilai harganya. Roh kesungguhsungguhan dan rasa takut yang saleh membuat pikiran murid-murid yang baru suatu kesan yang mendalam mengenai pentingnya pekabaran Injil.

Bila manusia yang diharapkan dan sanggup bertobat, sama halnya dengan Timotius, Paulus dan Bamabas berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menunjukkan kepada mereka pentingnya bekerja dalam kebun anggur. Dan waktu rasul-rasul berangkat ke tempat lain, iman orangorang ini tidak luntur, tetapi sebaliknya bertambah-tambah. Mereka telah diajarkan dengan setia dalam jalan Tuhan, dan telah diajar bagaimana bekerja dengan tidak mementingkan diri, dengan sungguh-sungguh, dengan tabah, untuk keselamatan sesama manusia. Latihan saksama bagi orang yang masih baru bertobat ini adalah suatu faktor yang penting dalam kemajuan yang luar biasa yang menyertai khotbah Injil Paulus dan Bamabas di negeri-negeri kafir[39]

III. Kesimpulan

Yang menjadi alasan Paulus bermisi adalah karena ia diutus oleh Roh Kudus. Paulus dan Barnabas pergi ke kota kota( Siprus, Psidia, Ikonium, listra, Derbe) yang dikunjunginya untuk memberitakan Injil. Namun dalam perjalanan tidak semudah itu untuk mereka memberitakan Injil, banyak tantangan yang mereka hadapi.Dalamtahun49, jadiempatbelastahunsesudahbertobat (Gal2:1), Paulus naikkeYerusalemuntukikutsertadalam “Konsili Para Rasul”. SebagiankarenapengaruhnyaKonsiliitumenyetujuibahwahukumYahuditidakmengikat orang-orang bukanYahudi yang masuk Kristen (Kis 15; Gal 2:3-6). Tugas Paulus di antara orang-orang bukanYahudijugasecararesmidiakui, (Gal 2:7-9). Kemudianiamengadakanperjalnan-perjalananlagi.



IV. DaftarPustaka

Benyamin Samuel Hakh, Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019

Bavinck, J.H., Sejarah Kerajaan Allah, Jakarta: Bpk Gunung Mulia,1983

Beers V .G., The Victor Handbook of Bible Knowledge, Wheaton: Vitor Book, 1981

Drane, John, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996

Duyverman, M.E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017

Hermawan,Yusak B. My New Testament,Yogyakarta: Andi, 2010

Groenen C. OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanasius, 1984

Schnabel,Eckhard J. Rasul Paulus sang Misionaris, Yogyakarta: Andi, 2010

Tenney Merrill C.,Survei Perjanjian Baru,Jawa Timur: Gandum Mas, 2009

WhiteEllen G., The Acts of the Apostles, USA: Pacific Pres Publication, 1911




[1]V.G. Beers, The Victor Handbook of Bible Knowledge, (Wheaton: Vitor Book, 1981), 568.


[2]C.Groenen OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanasius, 1984), 194.


[3]V.G. Beers, The Victor Handbook of Bible Knowledge, (Wheaton: Vitor Book, 1981), 568.


[4]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 317.


[5]J.H.Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia,1983)243.


[6]V.G. Beers, The Victor Handbook of Bible Knowledge, (Wheaton: Vitor Book, 1981), 568.


[7]J.H.Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia,1983), 244.




[8]V.G. Beers, The Victor Handbook of Bible Knowledge, (Wheaton: Vitor Book, 1981), 568.


[9] Ellen G. White, The Acts of the Apostles, (USA: Pacific Pres Publication, 1911), 186.


[10]Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus sang Misionaris, (Yogyakarta: Andi, 2010), 69.


[11]Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2009), 319.


[12]Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus sang Misionaris, (Yogyakarta: Andi, 2010), 77-78.


[13]J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 777-778.


[14]Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2009), 319.


[15]Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 88-89.


[16]Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus sang Misionaris, (Yogyakarta: Andi, 2010), 80.


[17]Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus sang Misionaris, (Yogyakarta: Andi, 2010), 81.


[18]J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 780.


[19]V.G. Beers, The Victor Handbook of Bible Knowledge, (Wheaton: Vitor Book, 1981), 568.


[20]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 318.


[21]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 318.


[22]M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 113.


[23]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 319.


[24]M.E. Duyverman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 113.


[25]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 317.


[26]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 319.




[27]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 320-321.




[28]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 320.


[29]Yusak B. Hermawan, My New Testament, (Yogyakarta: Andi, 2010), 97-98.


[30]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 321-322.


[31]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 323.


[32]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 323.


[33]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 317.




[34]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 323-326.


[35]Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 90.


[36]Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 91.


[37]John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 328-329.


[38]Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 92.


[39]Ellen G. White, The Acts of the Apostles, (USA: Pacific Pres Publication, 1911), 186.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca selengkapnya disini ya