Minggu, 29 Agustus 2021 (13 Dung Trinitatis)
Evangelium : Markus 7:17-23
Pendahuluan
Dalamnya laut biru dapat diukur dalamnya hati siapa tahu, Arti peribahasa ini adalah Sulit menduga pikiran dan niat seseorang. Apa yang dijanjikan dalam perkataan sering tidak sesuai dengan pelaksanaannya. (Bhs. Inggris : Deep of the blue sea can be measured but deep inside of human heart who knows, The meaning of this proverb is Difficult to suspect one’s thoughts and intentions. What is promised in words is often incompatible with its implementation).
Demikian juga dengan nats Evangelium pada Minggu ini (Markus 7:17-23) berbicara tentang hati orang Farisi dan ahli Taurat (orang Yahudi) yang hatinya suka mencari kesalahan para murid Tuhan Yesus (ay. 2-8). Dan sifat dan karakter orang Farisi dan ahli Taurat yang suka melihat dan mencari kesalahan orang lain inilah yang mau dikritik dan dikasih pandangan yang baik oleh Tuhan Yesus.
Isi
Ayat 17-23 merupakan jawaban Tuhan Yesus atas pertanyaan para murid-Nya, karena para murid tidak mengerti jawaban Tuhan Yesus di ay. 9-16. Jawaban Tuhan Yesus itu adalah mengenai hal yang dianggap “tidak najis” (ay. 18-19) atau “najis” (ay. 20-23).
Hal yang tidak najis yang dikatakan oleh Tuhan Yesus adalah segala makanan yang masuk kedalam perut, dan tidak dimuntahkan keluar dari mulut, itulah yang dianggap tidak najis atau halal. Berbeda dengan pemahaman agama Islam yang mengatakan haram atau najis adalah bahan makanan, minuman, masakan, obat-obatan, dan lain-lain tetapi bahan pembuatannya mengandung unsur binatang babi (lih. QS 5:3 : “Diharamkan bagi kamu sekalian bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan tidak atas nama Allah, binatang yang tercekik, yang dipukul, yang terjatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas kecuali kamu sempat menyembelihnya, dan diharamkan juga bagimu binatang yang disembelih untuk dipersembahkan kepada berhala”). Itulah perbedaan pemahaman tentang najis atau haram antara yang dikatakan Tuhan Yesus dengan ajaran agama Islam. Dan sedangkan ajaran tradisi orang Yahudi tentang najis atau haram adalah orang yang melanggar aturan yang dibuat oleh Musa seperti : cuci tangan sebelum makan, kalau pergi dari luar, dan sampai di rumah harus cuci kaki dahulu, mencuci cawan, dan lain-lain (lih. ay. 3-5, bdk. Imamat 11 tentang : binatang yang haram dan yang tidak haram) serta ada lagi 613 peraturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh orang Yahudi.
Hal yang najis atau haram yang dikatakan oleh Tuhan Yesus adalah apa yang keluar dari dalam hati manusia yang jahat seperti (lih. ay. 21-22) : pingkiran na jahat, parmainanon, panangkoon, pamunuon, pangalangkupon, pangahution, hajahaton, pangansion, pargadombuson, panorgangon, panginsahion, ginjang dohot neang ni roha. Dan bandingkan dengan Lukas 6:45 “Angka hadengganon do dirungkari halak na denggan roha sian pangkal na denggan na di bagasan rohana, jala na jahat do dirungkari halak na jahat roha sian na jat na pineopna hian. Ai ia i na manggohi roha, matua i do dihatahon pamangan”.
Jadi yang dimaksudkan Tuhan Yesus bukan hanya najis secara lahiriah (apa yang kita pakai dan kita makan dan minum) tetapi juga najis secara hati dan pikiran yang jahat dimata Tuhan. Itulah yang ingin dikehendaki oleh Tuhan, dan bukan seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang hanya memperhatikan najis secara lahiriah tetapi hati dan pikirannya adalah jahat (suka mencari kesalahan orang, suka menghakimi orang, dan penuh kemunafikan).
Dan perlu kita ingat bahwa makanan tidak mengubah hati manusia yang berhati baik menjadi jahat karena makanan yang dimakannya. Sebab makanan tidak dapat mengubah akhlak budi pekerti orang yang memakannya. "Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh." (1 Korintus 6:13). Sifat, karakter, tabiat buruk manusia tidak disebabkan oleh makanan apapun juga yang dikonsumsinya, bahkan tidak bersumber dari makanan yang diharamkan sekalipun!
Penutup
Dalam kehidupan manusia masalah isi hati tidak ada yang tahu, ada yang luarnya (perilakunya) baik tetapi isi hatinya busuk, ada perilakunya nakal/preman tetapi isi hatinya baik, dan ada yang luarnya (perilakunya) baik dan isi hatinya juga baik, beraneka ragam isi hati manusia. Dan manusia hanya bisa menilai isi hati manusia dari luarnya saja, tetapi tidak bisa menilai isi hati manusia yang paling dalam : baik atau jahat ? Tetapi mata Tuhan tidak bisa ditipu dan dibohongi oleh manusia.
Tema Minggu ini adalah “Diboto Debata Do Nadibagasan Roham”, adapun yang bisa kita ambil pelajaran dari nats Evangelium ini adalah :
1. Selaku orang Kristen dan sekaligus orang yang berbudaya dan beradat, kita harus mereformasi dan mentransformasi adat dan budaya yang kurang baik menjadi lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Kristen. Dan kalau bisa kita hindari budaya yang namanya late, hosom dan elat.
2. Jangan kita menilai orang lain, menghakimi orang, mencari kesalahan orang lain seperti Ahli Taurat dan Orang Farisi yang mencari selalu mencari kesalahan murid Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus sendiri. Dan biarlah Tuhan Yesus sendiri yang menjadi Hakim atas manusia, karena Dia adalah Hakim Yang Adil dan Benar (bdk. Joh. 5:27 “Jala dilehon do tu Ibana huaso manguhumi, ala Anak ni jolma i Ibana”). Amin.
Post a Comment