MANGOLU DIBAGASAN PANGAJARAN NI TUHAN
Minggu, 19 September 2021 (16 Dung Trinitatis)
Evangelium : Parjamita 10:10-15
MANGOLU DIBAGASAN PANGAJARAN NI TUHAN
Pendahuluan/Patujolo
Kitab Pengkhotbah (bhs. Ibrani : qoheleth yang berarti : “orang yang mengadakan dan berbicara kepada suatu perkumpulan”) ditulis oleh raja Salomo, yang ditulis pada tahun ± 935 SM. Dan tema Kitab Pengkhotbah ini adalah “Kesia-siaan hidup yang terlepas dari Allah”.
Kitab Pengkhotbah ini ditujukan kepada kaum muda agar mereka tidak melakukan kesalahan yang sama seperti raja Salomo, yang jatuh kepada harta benda duniawi atau kekayaan, ambisi, kenikmatan duniawi, perempuan, dan lain-lain yang kesemuanya dianggap sebagai kesia-sian hidup dan dianggap sebagai suatu kebodohan.
Begitu juga dengan nats Evangelium kita pada saat ini juga berbicara tentang “akibat kebodohan” (tema LAI). Dan apa-apa saja yang dimaksud Pengkhotbah dengan kebodohan dan apa akibatnya bagi hidup Pengkhotbah sendiri, dan hikmahnya bagi para pembaca kitab Pengkhotbah.
Isi/Hatorangan
Pengkhotbah (Raja Salomo) ingin memperlihatkan bagaimana orang yang hidup didalam kebodohan, dan apa akibat dari kebodohan yang dibuat oleh orang bodoh tersebut. Marilah kita perhatikan gambaran tentang kebodohan sebagai berikut :
1. Molo dung matultul tangke dibahen manang ise, jala ndang digarut babana, ingkon mangasahon gogo na ma ibana manallikhon (ay. 10). Memang lebih banyak mengeluarkan banyak tenaga untuk mengasah besi yang tumpul daripada mengasah besi yang sudah tajam sama seperti mengasah pisau yang tumpul banyak menggunakan tenaga untuk mengasahnya daripada mengasah pisau yang tajam. Artinya adalah orang bodoh langsung mengerjakan segala sesuatu atau berbuat sesuatu tanpa berpikir dengan panjang, tidak bijaksana, dan tidak ada perencanaan yang matang sehingga apa yang dikerjakan akan menghabiskan banyak tenaga dan waktu untuk mengerjakannya.
2. Molo mamargut ulok tagan so hona tabas, ndang be marlaba hapandean ni panubuti (ay. 11). Artinya adalah orang bodoh tidak pernah memikirkan resiko apa yang akan terjadi kedepannya seperti kematian, tetapi yang dipikirkannya hanya keuntungan saja.
3. Alai bibir ni halak na oto mamondut ibana sandiri , jala ujungna hata lalaen sambing do
(ay. 12-13). Artinya adalah perkataan orang bodoh akan menimpa pada dirinya sendiri, sama seperti pepatah Indonesia mengatakan “mulutmu adalah harimaumu” yang artinya : seseorang bisa selamat atau celaka karena ucapannya, sehingga sebaiknya kita berhati-hati dalam menyampaikan pesan.
4. Sai dipadeakdeak halak na oto do hatahatana (ay. 14). Artinya adalah orang bodoh lebih banyak bicara daripada bekerja atau berbuat, sama seperti pepatah Indonesia mengatakan “tong kosong nyaring bunyinya” yang artinya : orang yang bodoh biasanya banyak bualnya (cakapnya).
5. Hangaluton ni halak na oto mangalojai ibana sandiri, ala so diboto topotonna dalan tu huta. Artinya adalah orang bodoh pergi ke suatu tempat yang baru, dan tidak tahu arah tujuannya serta tidak mau bertanya seolah-olah ia sudah tahu tempat yang mau ditujunya, itu akan membuat orang bodoh tersebut berputar-putar atau tersesat dan melelahkan diri sendiri, sama seperti pepatah Indonesia mengatakan “malu bertanya sesat di jalan” yang artinya : janganlah kita malu-malu menanyakan sesuatu kepada orang yang lebih tahu atau lebih bijaksana.
Penutup/Panimpuli
Tema Minggu ini adalah “Mangolu Dibagasan Pangajaran Ni Tuhan”, marilah kita belajar dari kitab Pengkhotbah untuk selalu meminta bimbingan Roh Kudus, didikan, dan hikmat yang dari Tuhan supaya hidup kita tidak menjadi bodoh dan sia-sia (hidup kita tidak memiliki arti dan tidak memiliki tujuan hidup ditengah-tengah dunia ini).
Terakhir, ada beberapa pesan pengajaran yang bisa kita ambil dari nats Evangelium pada saat ini adalah :
1. Hati-hati didalam berbicara dan bertindak, dipikirkan dahulu sebelum berbicara dan bertindak.
2. Punya perencanaan yang matang sebelum mengerjakan segala sesuatu supaya berhasil apa yang kita kerjakan.
3. Jangan malu bertanya dan jangan malu belajar kepada orang yang lebih pintar dan lebih bijak daripada kita.
4. Banyak bekerja dan berbuat daripada banyak bicara, dan gunakan waktu kita dengan baik dan bertanggungjawab.