-PAK DAN IMAN ORANG DEWASA
-PAK DAN NILAI ORANG DEWASA
I.
Pendahuluan
Pembahasan kita pada hari ini adalah mengenai PAK dan Iman Orang Dewasa dan PAK dan Nilai Orang Dewasa. Disini kita
akan membahas bagaimana iman kita yang terdapat dalam manusia dan terkhusus nya
orang dewasa yang dimana hubungannya terdapat dalam nilai pendidikan orang
dewasa yang mengajarkan setiap orang Kristen untuk lebih mengenal Tuhan Yesus
dengan dasar iman yang dimiliki. Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha untuk
proses pertumbuhan iman dan membimbing setiap pribadi manusia untuk tetap
bertumbuh sesuai dengan dasar Kristen yang bertujuan untuk mengetahui apa
rencana Allah yang ada pada diri kita sendiri. Maka dalam pembahasan kali ini
akan dibahas mengenai PAK dan Iman Orang Dewasa beserta dengan pembagiannya dan
PAK dan Nilai Orang Dewasa beserta dengan tahapannya. Semoga pemahman ini dapat
menambah wawasan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1.Pendidikan Orang Dewasa
2.1.1. Pengertian PAK
Secara
etimologi kata PAK berasal dari bahasa Yunani yaitu Paedagogis yang
artinya kegiatan untuk membimbing. Dalam KBBI juga dikatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku. PAK adalah salah satu
dari tugas gereja.PAK itu adalah pendidikan yang seharusnya ditanggung dan dilaksanakan
oleh gereja itu sendiri. PAK tidak lain dan tidak bukan adalah suatu pemberian
dan amanat Tuhan sendiri kepada jemaat-Nya[1].
Pendidikan Agama Kristen juga diartikan pemupukan akal orang-orang percaya dan
anak-anak mereka dengan firman Allah dibawah bimbingan Roh Kudus melalui
sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga didalam mereka
dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan semakin mendalam melalui
pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan kasih
terhadap sesamanya.[2]Pendidikan
Agama Kristen adalah suatu usaha untuk mempersiapkan manusia untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan agama Kristen itu sendiri. Pendidikan Agama Kristen
berfungsi untuk menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman Kristen
dalam kehidupan sehari-hari, serta menyampaikan pengetahuan tentang pendidikan
Kristen dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan agar
manusia dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk[3]
Robert W.Pazmino mendefinisikan Pendidikan Kristen sebagai usaha sengaja dan
sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan manusiawi untuk mentransmisikan
pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan, dan reformasi pribadi-pribadi,
kelompok, bahan struktur oleh kuasa Roh Kudus sehingga peserta didik hidup
sesuai kehendak Allah sebagaimana dinyatakan Alkitab, terutama dalam Yesus
Kristus.[4]
2.1.2. Tujuan PAK
Para pendidik adalah orang-orang dengan
tujuannya masing-masing, dan tujuan-tujuan dan harapan-harapan bersama kitalah
yang dapat ditempatkan sebagai tujuan umum kegiatan pendidikan Agama
Kristen.Tak perlu ragu bahwa tujuan kita harus dipilih dengan sengaja dan
diingat terus-menerus baik untuk membentuk maupun mengevaluasi praktik
mereka.Penulis menegaskan bahwa tradisi iman Kristen itu sendiri menunjukkan
tujuan mendidik didalamnya, dan tujuan yang demikian adalah tujuan bersama yang
dapat kita cita-citakan.Tujuan pendidikan agama Kristen adalah untuk memampukan
orang-orang hidup sebagai orang-orang Kristen, yakni hidup sesuai iman
Kristen.Iman Kristen yang hidup kelihatannya telah menjadi tujuan pendidikan
agama Kristen sejak orang-orang Kristen pertama merespon perintah Yesus.[5]
Tujuan dari Pendidikan Agama Kristen adalah untuk mengajak, membantu atau
menolong, menghantar seseorang mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus
Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang kedalam persekutuan yang
hidup dengan Tuhan. Hal tersebut dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah, yang
dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan
selaku anggota tubuh Kristus.[6]
Tujuan PAK secara Umum adalah untuk mengembangkan semua bakat murid agar ia
hidup merdeka terlepas dari ketergantungannya pada prakarsa orang lain atau
tempatnya yang yang khusus dalam masyarakat[7]
2.1.3. Pengertian Orang Dewasa
Secara etimologi, istilah dewasa (adult)
berasal dari bahasa latin, bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus
yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna (grown to
full size and strength)” atau “telah menjadi dewasa (matured)”.[8]
2.2. Iman Orang Dewasa
2.2.1. Pengertian Iman
Pengertian iman dalam
Perjanjian Lama dijelaskan oleh Harun Hadiwidjono sebagai berikut:
Di dalam Perjanjian
Lama, kata iman berasal dari kata kerja ‘aman’ yang berarti ‘memegang teguh’…
umpamanya dalam arti memegang teguh pada janji seseorang, karena janji itu
dianggap teguh atau kuat, sehingga dapat dipercaya. Jika diterapkan kepada
Tuhan Allah, maka kata iman berarti, bahwa Allah harus dianggap sebagai Yang
Teguh atau Yang Kuat.… Menurut Perjanjian Lama, beriman kepada Allah berarti
mengamini, bukan hanya dengan akalnya melainkan juga dengan segenap kepribadian
dan cara hidupnya, kepada segala janji Allah yang telah diberikan dengan
perantaraan Firman dan Karya-Nya…Diterapkan kepada pengertian iman di Perjanjian
Baru, iman berarti: mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya
kepada janji Allah, bahwa Ia di dalam Kristus telah mendamaikan orang berdosa
dengan diri-Nya sendiri, sehingga segenap hidup orang beriman dikuasai oleh
keyakinan yang demikian itu[9]
2.2.2. Pengertian Iman menurut para Tokoh
Menurut Arthurpink sebagaimana dikutip Wofford,
“Iman adalah: dimana ketaatan adalah bunga dan buah yang indah yang terjadi
jika iman itu telah dinyatakan dalam kenyataan”.
Menurut Andrew,
iman adalah: “Kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar. Apabila Allah
menyatakan bahwa sesuatu akan terjadi, iman itu bersukacita walaupun tidak
melihat tanda-tanda apapun mengenai hal itu. Bagi iman semuanya sama-sama
pasti. Iman selalu hanya menurut pada apa yang telah dikatakan Allah serta
bersandar pada kuasa dan kesetiaan-Nya untuk menggenai firmanNya. [10]
Menurut
Thomas H. Groome, “Iman sebagai yang
utama, maksudnya disini adalah iman merupakan inti manusia yang mendasar,
diposisi fundamental dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman”.
Menurut Ichwei
G. Indra, “dalam Ibrani 11:1 ada dua hal tentang iman, yakni pertama iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Kedua iman adalah bukti
dari segala sesuatu yang kita lihat”. [11]
2.2.3. Pengertian Iman Menurut Alkitabiah
a)
Perjanjian Lama
Pengertian iman dalam Perjanjian
Lama, yakni: Perkataan “Iman” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Ibrani “aman” yang
dapat diterjemahkan dengan “firmnes” atau keteguhan, kekokohan dan ketetapan.[12]
b)
Perjanjian
Baru
Dalam Perjanjian Baru, perkataan
yang dipergunakan menerangkan “Iman” atau “kepercayaan” adalah “pistis”
(bahasa Yunani), berasal dari kata Pisteno, yang
artinya “saya percaya” atau “saya mempercayai”.[13]
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat. Dasar keyakinan ini adalah Firman Allah (Ibrani
11:1). Dalam Ibrani 11:1 dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman
mengandung unsur ilahi dan kemanusiaan. Iman adalah karunia Allah dan juga
tindakan manusia. Dasar iman adalah Firman Allah (Roma 4: 20-21). Tujuan iman
adalah iman kepada Yesus Kristus. Iman yang menyelamatkan adalah iman kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat.[14]
2.2.4. Pengertian Pertumbuhan Iman
Kata
pertumbuhan berasal dari kata “tumbuh” yang artinya “hidup” dan “bertumbuh
sempurna”. Pertumbuhan juga
diartikan untuk menyatakan sesuatu keadaan kemajuan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
kata pertumbuhan berasal dari kata “tumbuh” yang artinya “bertunas, menjadi
tanaman baru, beranjak dewasa, menjadi tumbuh besar”. Secara
etimologi Iman (bahasa Yunani: πίστιν = pistin) adalah rasa percaya kepada
Tuhan. Iman sering dimaknai “percaya” (kata sifat) dan tidak jarang juga
diartikan sebagai kepercayaan (kata benda). Arti kata “Iman” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan. Seseorang yang memiliki ketetapan hati dalam
kepercayaan kepada Allah. Iman kepada Allah berarti iman kepada FirmanNya.[15] Kata Iman (Faith) memiliki
arti sebagai suatu kebenaran yang objektif, yang diwahyukan yang dipercaya (Fides qual) atau penyerahan diri
secara pribadi kepada Allah (Fidesque).[16]
Pertumbuhan iman adalah suatu proses
dimana seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya (Yohanes
1:12), diberi kuasa jadi anak Allah, lalu rindu mendengar, menerima dan
memahami kebenaran Firman Allah dalam hidupnya setiap hari (1 Korintus 10:17),
selanjutnya di dalam diri orang tersebut, kebenaran Firman Tuhan mengakar dan
bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah
(Matius 3:8). Nacy Poyah mengatakan dalam bukunya bahwa: “Hidup di dalam iman
kepada Kristus bagaikan tunas yang baru, terus bertumbuh dan berbuah. Bertumbuh
dalam pengenalan yang benar akan Allah, sehingga hidup umat berkenan kepada
Allah dalam segala hal dan terus mengarah kepada Kristus (Efesus 4:13-16).
Berbuah dalam kesaksian hidup yang baik, untuk memuliakan namaNya (Yohanes
15:7; Efesus 2:10)”.[17]
2.2.5. Dasar Pertumbuhan Iman
Yang dimaksud dengan
dasar-dasar iman disini adalah cara-cara yang dapat menumbuhkan/menguatkan
iman. Menurut Ichwei G. Indra, dalam
Alkitab sedikitnya terdapat 7 cara yang dapat menguatkan iman, yakni:
1. Ucapan
syukur kepada Allah (Mzm. 50:23)
Salah satu cara untuk
dapat menguatkan iman adalah dengan menaikkan pujian dan menyampaikan ucapan
syukur kepada Allah.
2. Mengakui
Dosa kepada Allah (Mzm. 32:3, 5)
Ketika Daud
memberitahukan dosa dan salahnya kepada Allah, ia bukan hanya beroleh
pengampunan dosa, tetapi imannya juga dikuatkan.
3. Berdoa
Kepada Allah (Yes. 40:31)
Berdoa adalah hal yang
paling penting, apalagi saat menantikan Tuhan dengan tenang dan teratur didalam
doa. Tanpa berdoa, iman tidak akan ada.
4. Berpegang
pada Firman Allah (Roma. 10:17)
Iman timbul dari
pendengaran, jika menginginkan iman tumbuh dan dikuatkan, renungkanlah dan
berpeganglah selalu pada Firman Allah.
5. Gunakanlah
Iman (Mat. 25:29)
Iman harus digunakan,
maka kehidupan akan berkemenangan setiap hari.
6. Saksikanlah
Iman (Roma. 10:10)
Maksudnya adalah
kesaksian tentang apa yang telah dilakukan Allah.
7. Layanilah
dengan Iman (Yak. 2:17)
Bekerja terus dan
melayani Tuhan dan sesama dengan bersandar kepada pimpinan Roh kudus yang
senantiasa memberikan kekuatan iman.[18]
2.2.6.
Cara
Menembuhkan Iman[19]
1. Berdoa
Martin
Luther menyebut doa adalah nafas hidup orang percaya. Dalam doa dapat
menyampaikan pengakuan akan kuasa dan kemuliaan serta kekudusan Tuhan,
pergumulan sebagai orang beriman, dan juga memohon pengampunan dosa kepadaNya.
2. Membaca
Firman Tuhan
Manusia
mengenal Allah yang menyatakan diriNya dalam sejarah keselamatan melalui Firman
dan karyaNya. KaryaNya dinyatakan melalui para nabi dan utusannya, dan
dikumpulkan dalam Alkitab. Membaca Alkitab adalah upaya dalam mengenal Allah,
menggali yang kehendak Allah.
3. Beribadah
Ibadah
adalah pengabdian hidup dan pelayanan terhadap Tuhan dan sesama. Ibadah adalah
aktivitas hidup beriman. Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada
Allah.
2.2.7. Tahap Pertumbuhan Iman Orang Dewasa
1. Tahapan pertama: Individual / Reflektif usia 18-35
Pada usia ini
atau biasanya umur18-35 mengalami suatu perubahan yang mendalam dan menyeluruh
dalam hidupnya. Orang dewasa muda tidak lagi berhasil mengatasi semua masalah
dengan pola pikir konvensional.Perubahan
akibat struktur berfikir itu yang pertama pada tahap ini muncul suatu
kesadaran jelas tentang identitas diri yang khas dan otonomi tersendiri
diperjuangkan jenis kemandirian baru. perubahan penting yang kedua ialah orang
dewasa muda mulai mengajukan pertanyaan kritis mengenai keseluruhan nilai,
pandangan hidup.[20] Bagi kaum dewasa muda ini, bimbingan rohani
merupakan dialog yangt mengandung kaum muda untuk menyadari, mengeerti dan
menjawab panggilan Yesus dalam konteks pengalaman pribadi dan perkembangan
dirinya. Pengalaman pribadi orang muda sangat dipengaruhi oleh
masalah-masalah perkembangan dan
pertumbuhan-pertumbuhan pribadi. Bimbingan rohani bagi kaum muda bertujuan
mengembangkan adanya kesadaran akan kehadiran Tuhanm dalam aktivitas hidup
sehari-hari.[21]
2.
Tahapan
kedua: Konjungtif setengah baya
umur 35-40
Tahapan
ini muncul hanya pada usia 35 sampai 40 tahun, dan banyak orang dewasa tidak
pernah mencapai tahap ini. Tahapan ini adalah kemampuan baru untuk berdiri
sendiri, dan kelompok miliknya dipilih berdasarkan refleksi dan bukan hanya
diterima. Kegiatan iman pada tahap ini jarang muncul sebelum setengah baya.
Iman pada tahap kelima melibatkan pemakaian kembali pola-pola komitmen dan
cara-cara membuat masa lampau, hal tersebut adalah untuk memperoleh kembali
kebenaran-kebenaran lama dengan cara yang baru.
3. Tahap ketiga: Kepercayaan Iman yang
Mengacu Pada Universalitas 40-an
Tahap
kepercayaan yang dapat berkembang pada umur 45-an. Pribadi untuk melepaskan
diri dari egonya dari pandangan bawa ego adalah pusat titik acuan dan kehidupan
mutlak. Pemikiran dan pandangan religius biasa yang semuanya itu hendak diubah
dan dipengaruhi karena seluruh gaya hidup diliputi dan diresapi oleh semangat
cinta inklusif dan universal terhadap seluruh gejala hidup dan segala makhluk.
Orang yang berada pada tahapan ketiga ini tinggal di dunia sebagai orang yang
hadir untuk mengubah (transform). Pada tahap keenam, diri sendiri
“Menggunakan dan digunakan untuk mengubah realitas masa kini ke arah keadaan
yang sebenarnya yang transenden. Dalam istilah spiritual, tahap keenam adalah
keadaan penyatuan yang paling sempurna dengan Allah yang dapat dilakukan dalam
kekekalan.[22]
4.
Tahap
keempat: Kepercayaan Iman yang Mengacu pada Lansia (universalizing faith)
Pada tahap
kepercayaan ini yang jarang dapat dicapai ini terdapat para pemimpin moral dan
spritual, mereka digerakkan oleh keinginan untuk berpartisipasi dalam sebuah
kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia namun tetap rendah hati, sederhana,
dan manusiawi. Lansia adalah teladan bagi generasi dibwahnya. Ia adalah panutan
dan tempat orang meminta nasehat, untuk memelihara peertumbuhan iman bagi orang
yang lanjut usia dapat diadakan pembelajaran
PAK melalui gereja.[23]
2.2.8. Factor peghambat pertumbuhan Iman
Orang Dewasa
Dosa
Menurut
Charles Ryrie, definisi dosa tidak mencapai sasaran, kebejatan, pemberontakan,
kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, penyimpangan terhadap hukum dan
kesenjangan meninggalkan jalan yang benar.[24]
a. Tidak
memiliki persekutuan dengan Tuhan
b. Tidak
percaya kepada Firman Allah.
c. Hidup dalam
daging
Orang Kristen duniawi mengikuti keinginan daging
(Gal.5:19-21). Menurut Charles Ryrie cara orang Kristen duniawi merusak empat
hal dalam hidup orang percaya, yaitu: 1). Persekutuan; 2). Sukacita; 3). Cara
hidup; 4).Dosa-dosa mengakibatkan kurangnya kepercayaan dalam doa.[25]
2.2.9. Pentingnya
Perkembangan Iman Bagi Orang Dewasa
Faktor yang menjadi pedoman bahwa
seseorang ini telah dewasa ialah dengan melihat dari pertumbuhan spiritual dan
moralnya. Kematangan spiritual dan moral bagi seseorang yang mendorong dia
untuk mengasihi dan melayani orang lain dengan baik. Oleh sebab itu,
pertumbuhan ini harus telah dimulai sejak awal dan dikembangkan untuk dapat
menghayati berkat Tuhan, sehingga dengan demikian orang tersebut dapat
dikatakan sebagai orang yang pandai mensyukuri kasihNya. Seseorang yang telah
berkembang pertumbuhan spiritualnya akan lebih pandai dan lebih tenang dalam
menghadapi berbagai kesulitan dan persoalan hidup yang menimpa dirinya, sebab
dengan demikian segalanya akan diserahkan kepada Allah.[26]
Kemantapan iman adalah benteng utama pertahanan diri seseorang untuk menangkal
rangsangan dan tantangan negatif yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar
dirinya.[27]
2.3.Nilai Orang Dewasa
2.3.1. Pengertian Nilai
Nilai Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal
dari kata valere (Latin) yang berarti : kuat, baik, dan berharga. Dengan
demikian secara sederhana, nilai (value ) adalah sesuatu yang berguna.
Nilai
adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan
pengertian tersebut,bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia
sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai
abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi
perilaku yang ketat. Nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik
jasmani maupun rohani. Hal itu menyatakan bahwa nilai-nilai merupakan abstraksi
dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Nilai merupakan
petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah
laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikatkan
sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia.[28]
Dari
beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai
sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki
setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai di sini
dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah
dan jelek).[29]
2.3.2. Jenis-jenis Nilai
Jenis-jenis Nilai[30]
Macam-macam nilai menurut
Spranger, yaitu :
a.
Nilai keilmuan merupakan salah satu dari macam-macam
nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang bekerja
terutama atas dasar pertimbangan rasional. Nilai keilmuan ini dipertentangkan
dengan nilai agama.
b.
Nilai agama ialah salah satu dari macam-macam nilai
yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa
sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran agama.
c.
Nilai ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai
yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar
pertimbangan ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya
itu. Nilai ekonomi ini dikontraskan dengan nilai seni.
d.
Nilai Seni merupakan salah satu dari macam-macam nilai
yang mendasar perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan
rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan
material.
e.
Nilai Solidaritas ialah salah satu dari macam-macam
nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan
akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik itu berupa
keberuntungan maupun ketidakberuntungan. Nilai solidaritas ini dikontraskan
dengan nilai kuasa.
f.
Nilai Kuasa adalah salah satu dari macam-macam nilai
yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar
pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
2.3.3. Hirarki Nilai
Hirarki
nilai dibagi 3 sebagai berikut :
a. Nilai dasar
(dasar ontologis) yaitu meruapakan hakikat, esensi inti sari atau universal
karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakekat
Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainya,
b. Nilai
instrumental, merupakan suatu pedoman yang dapat diukur atau diarahkan bilamana
nilai instrumental itu brkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehiduan
sehari hari maka hal itu akan merupakan suatu norma moral, namun jikaalau nilai
instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau pun negara maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan strategi yang bersumber pada nilai
dasar. Sehingga dapat dikatakan nilai instrumental merupakan suatu eksplisitasi
dari nilai dasar
c. Nilai
praksis, pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam suatu kehidupan nyata sehingga nilai praksis ini merupakan
perwujutan dari nilai instrumental.[31]
2.3.4. Nilai-nilai PAK dalam Orang Dewasa
1. PAK sebagai sarana pembentukan
moral
Membicarakan agama
dalam kohesi sosial atau kajian fungsional atas agama yaitu hubungan antara
agama dengan sub sistem yang lain, ada tujuh hal yang disebut oleh O’Dea
mengenai fungsi agama yaitu; “Pertama: agama merujuk suatu apa yang ada di
luar, ia dapat menjadi semangat atau suport, memberi hiburan (pengharapan) dan
rekonsiliasi. Manusia memerlukan suport dalam menghadapi masa depan yang tidak
pasti, memberikan pengharapan untuk berjalan dengan iman, atau hiburan ketika
menghadapi kekecewaan, dan rekonsiliasi dengan masyarakat bila mengalami
keterpencilan dari tujuan dan norma sosial. Kedua; agama memberikan hubungan
transendental melalui upacara-upacara persembayangan sehingga memberikan rasa
aman dan identitas yang kokoh dalam menghadapi perubahan. Ketiga; agama
mensakralkan norma dan nilai dalam masyarakat, menjaga kelestarian dominasi
tujuan dan disiplin kelompok atas
keinginan dan dorongan-dorongan individual (sebagai sosial kontrol). Keempat:
agama sebagai kritik sosial, dimana norma-norma yang sudah melembaga ditinjau
ulang, sesuai dengan fungsi kenabiannya (prophetic agama). Kelima; agama
memberikan identitas dan menyadarkan tentang “siapa” mereka dan “apa” mereka.
Keenam: agama berfungsi dalam hubungannya dengan kematangan seseorang individu
dalam masyarakat. Ketujuh; agama berfungsi dalam membentuk social solidarity
(solidaritas sosial) dan terakhir agama dapat berperan dalam pemerataan
pendapatan (Kuntowijoyo, 1977: 7).
2. PAK pembentukan Spritual
Spiritualitas adalah
persekutuan dan hubungannya dengan Tuhan. Perkembangan spiritualitas dalam
orang dewasa adalah:
-
Mengenal dirinya bukan hanya kekuatan,
melainkan juga kelemahan dirinya
-
Tidak menjadi sombong dengan semua
kelebihan yang dimilikinya tetapi tau bahwa kekurangannya pun ada
-
Memberikan pengaruh tertentu kepada
perkembangan identitas diri, memperhitungkan dampak perilakunya bagi orang
lain.
-
Kesempatan untuk bersaksi dan melayani
Tuhan
-
Sikap mau melayani Tuhan dan hidup untuk
orang lain
-
Kontemplasi (dimana seseorang itu
mencari makna melalui perenungan). Mampu mempertanggungjawabkan keyakinannya
sebagai komitmen.[32]
3. PAK dalam menjalankan kualitas
pendidikan
Pendidikan Agama Kristen dalam peranannya
meningkatkan kualitas pendidikan adalah membentuk sarjan beragama, bertaqwa,
berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, rasional, dinamis, pandangannya
luas, kerjasama antar umat dalam pengembangan IPTEK untuk kepentingan nasional.Tujuan
umum mempunyai tugas hakiki menghayati dan mengerti sebagai umat Allah
mempunyai tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi dunia. Mengenal kasih Allah
dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus pribadi seutuhnya sebagai
manusia ciptaan baru yang dewasa dan bertanggung jawab kepada Allah dan
manusia, bersedia mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemulyaannya.
Kesimpulannya adalah membentuk pribadi Kristus menjadi pelaku firman untuk
mengabdi bagi sesama.Semangat belajar memperbaharui diri untuk membawa ke arah
kemajuan bagi hakekat kemanusiaan. Interaksi dalam pembelajaran upaya mencari
diri agar lebih dewasa dan manusiawi.
4. Peran PAK terhadap Nilai Orang
Dewasa
Bahan
pendidikan sekolah Kristen adalah pelaksanaan Amanat Agung Kristus.Tujuan
khususnya adalah agar etiap orang mengalami perjumpaan dengan Kristus,
mengalami pembaharuan hidup terus menerus dan mampu mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari.Sekolah Kristen haruslah menjadi pusat pembentukan iman,
karakter, maupun ilmu.[33]
III.
Kesimpulan
Secara etimologi
kata PAK berasal dari bahasa Yunani yaitu Paedagogis yang artinya
kegiatan untuk membimbing. Dalam KBBI juga dikatakan bahwa pendidikan merupakan
suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku. PAK adalah salah satu dari
tugas gereja.PAK itu adalah pendidikan yang seharusnya ditanggung dan
dilaksanakan oleh gereja itu sendiri. Para
pendidik adalah orang-orang dengan tujuannya masing-masing, dan tujuan-tujuan
dan harapan-harapan bersama kitalah yang dapat ditempatkan sebagai tujuan umum
kegiatan pendidikan Agama Kristen.Tak perlu ragu bahwa tujuan kita harus
dipilih dengan sengaja dan diingat terus-menerus baik untuk membentuk maupun
mengevaluasi praktik mereka.
IV.
Daftar
Pustaka
E.G, Homrighausen, Pendidikan Agama
Kristen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008
R. Robert, Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai Loyola,Jakarta : BPK-GM,2006
Winatasahirin,
Identitas dan ciri khas pendidikan Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2003
Simanjuntak, Junihot, Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen, Yoyakarta: ANDI, 2013.
H. Groome. Thomas, Christian Religious Education, Jakarta:
BPK Gunung Mulia,2010
Nuhamara, Daniel, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, Bandung: Jurnal Info
Medan,2009
Stefanus, Daniel, Sejarah PAK Tokoh-tokoh besar PAK,
Bandung: Bina Media Informasi, 2009
B. Hurlock, Elizabeth,
Developmental Psychology A Life Span Approach, Mc. Graw Hil Book, New York,1980
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen Jakarta :BPK Gunung Mulia,
n.d.
Wofford, Kepemimpinan
Yang Mengubah, Yogyakarta: Andi, 1990
Indra, Ichwei G., Dinamika Iman, Bandung: Yayasan Kalam
Kudus, 1993
Leon-Dufour, Xavier, Eksiklopedia
Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kansius,
1990
Licollins, Gerald & Edward
G. Farrugia, Kamus Teologia, Yogyakarta: Kanasius, 1996
Joe Daugherty, Billy, Kuasa
Iman, Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2004
Poyah, Nacy dan Bentty Simanjuntak, Bahan PA Mengenai Allah,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Kelompok Kerja PAK-PGI, Pendidikan Agama Kristen untuk Kelas 8 SMP,Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006
W. Fowler, James, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan,
Yogyakarta: Kanasius, 2008
SJ, Charles M. Shelton, Menuju Kedewasaan Kristen, (Yogyakarta: KANISIUS, 1998).
Keeley, Robert J, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman, Yogyakarta: Andi,
2009
M. Nainggolan, John, Pendidikan
Berbasis Nilai-nilai Kristiani, Bandung: Bina Media Perintis, 2011
Jahja, Yudrik,
Psikologi Perkembangan, Jakarta:KENCANA, 2011
Gunarsa, Yulia Singgih D, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, Jakarta:BPK-GM, 2009
SUMBER
LAIN:
https://koreshinfo.blogspot.co.id/2016/02/pertumbuhan-iman-pengertian-pertumbuhan.html
[1].
Homrighausen,E.G, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), 20-21
[2]
Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran
dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai
I,Loyola,(Jakarta : BPK-GM,2006),413.
[3]Winatasahirin, Identitas dan ciri khas pendidikan Kristen,
(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003),153.
[4]Junihot
Simanjuntak, Filsafat Pendidikan dan
Pendidikan Kristen, (Yoyakarta: ANDI, 2013), 68.
[5]
Thomas H. Groome, Christian Religious
Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2010),47-48.
[6]
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan
Agama Kristen, (Bandung: Jurnal Info Medan,2009),31
[7]
Daniel Stefanus, Sejarah PAK Tokoh-tokoh
besar PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009),103.
[8]
Elizabeth B. Hurlock,
Developmental Psychology A Life Span Approach, Mc. Graw Hil Book, New
York, 1980, hal. 265
[9]Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta :BPK Gunung Mulia,
n.d.), 17.
[10] Wofford, Kepemimpinan
Yang Mengubah, (Yogyakarta: Andi, 1990), 133-134
[11] Ichwei G. Indra, Dinamika Iman, (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993), 10
[12]
https://koreshinfo.blogspot.co.id/2016/02/pertumbuhan-iman-pengertian-pertumbuhan.html Diakses
Pada
Sabtu Tanggal 10 Oktober 2020 , Pukul 08.00 Wib
[14] Wofford, Kepemimpinan yang Mengubahkan,
(Yogyakarta: Andi, 1990),133
[15] Gerald
Licollins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologia, (Yogyakarta: Kanasius, 1996), 113
[16] Billy Joe Daugherty, Kuasa
Iman, (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2004), 4
[17] Nacy Poyah dan Bentty Simanjuntak, Bahan PA Mengenai Allah,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 30
[18] https://koreshinfo.blogspot.com/2016/02/pertumbuhan-iman-pngertian-pertumbuhan.html?m=1, diakses pada hari Sabtu 10
Oktober 2020, pukul 08.30 wib.
[19] Kelompok Kerja
PAK-PGI, Pendidikan Agama Kristen untuk Kelas 8 SMP,(Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006), 41.
[20] James W. Fowler, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan, (Yogyakarta: Kanasius, 2008),
96-100
[21] Charles M. Shelton SJ., Menuju Kedewasaan Kristen, (Yogyakarta: KANISIUS, 1998), 42-43
[22] Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman, (Yogyakarta:
Andi, 2009), 9-13
[23] Andar Ismail, Ajarlah mereka melakukan, (Jakarta: BPK–GM, 2003), 217
[24] Charles Ryrie, Teologia
Dasar, (Yogyakarta: Andi, 1993), 28
[25]Charles Ryrie, Teologia Dasar, (Yogyakarta:
Andi, 1993),134
[26] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:KENCANA,
2011), 251-252
[27] Yulia
Singgih D. Gunarsa, Asas-Asas Psikologi
Keluarga Idaman, (Jakarta:BPK-GM, 2009), 36
[28] Hariatu GP, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa
Kini, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 52
[29] M.Ali dan M.Asrori, Psikologi
Remaja, (Jakarta : Bumi Aksara,
2010), 12
[30] M.Ali dan M.Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta : Bumi Aksara, 2010),.
14.
[31]
..., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta : Imperial Bakti Utama, 2007), 50-70
[32]
E.G Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2012) 124
[33]John M. Nainggolan, Pendidikan
Berbasis Nilai-nilai Kristiani, (Bandung: Bina Media Perintis,
2011), 79
Post a Comment