Bala Keselamatan
I. Pendahuluan
Pada pembahasan kali ini kami akan membahas mengenai latar belakang munculnya Gereja Bala Keselamatan (Salvation Army) yang dimana memiliki bendera berwarna merah dengan ditepinya berwarna biru dan ditengah-tengahnya terdapat sebuah bintang berwarna kuning dengan tulisan “Darah dan Api” yang artinya darah melambangkan Kristus dan Api melambangkan Roh Kudus. Dan juga menelusuri lebih dalam lagi bagaimana lahirnya Aliran Bala Keselamatan ini, dan apa perbedaannya dengan aliran lain, oleh karna itu di bawah ini akan kami paparkan apa itu Aliran Bala Keselamatan, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua, Tuhan Yesus Memberkati.
II. Pembahasan
2.1.Pengertian Bala Keselamatan
2.1.1. Arti Bala Keselamatan, Makna Lambang dan Logo Bala Keselamatan.
Bala Keselamatan (Salvation Army) adalah organisasi protestan yang didirikan William Booth dan Chatrine Booth pada tahun 1865 dan yang menaruh perhatian pada pemberitaan Injil dan membantu orang-orang miskin.[1]William Booth yang mula-mula adalah seorang pendeta Metodis, telah menciptakan suatu organisasi dengan bentuk militer untuk memerangi kerajaan Iblis dan untuk membawa Injil di antara rakyat jelata yang jalang di kawasan London-Timur.[2] Organisasi ini pertama kali muncul di tengah masyarakat Inggris yang sedang mengalami krisis kemasyarakatan sebagai dampak Revolusi Industri.[3] Selain itu Booth memakai cara kerja seperti Metodis dengan nyanyian yang mengharukan hati, gambaran jelas tentang kesukaan surga, kedahsyatan neraka, dan nasihat yang keras kepada pendengar-pendengar untuk bertobat, harus memaksa banyak orang yang bergelut pada ”Bangku orang berdosa” supaya diselamatkan.[4] Bala Keselamatan memiliki bendera berwarna merah dengan ditepinya berwarna biru dan ditengah-tengahnya terdapat sebuah bintang berwarna kuning dengan tulisan “Darah dan Api”, yang artinya Darah melambangkan Kristus dan Api melambangkan Roh Kudus.[5] Gereja Bala Keselamatan menggunakan lambang yang terurai sebagai berikut:
A. Bulatan yang bersinar, melambangkan Matahari kebenaran dan terang api Roh kudus, di dalamnya terdapat tulisan Darah dan Api;
B. Salib yang di tengah-tengah itu melambankan salib Tuhan Yesus Kristus;
C. Huruf “S” singkatan dari “selamat”, selamat dari hukuman dosa;
D. Dua pedang yang bersilangan melambangkan peperangan rohani demi keselamatan;
E. Tujuh peluru di bagian bawah melambangkan kebenaran Injil;
F. Mahkota diatas bundaran melambangkan Mahkota kemenangan rohani, yang Allah hendak berikan kepada prajuritnya yang setia pada iman Kristiani sampai akhir hayatnya.[6]
2.2. Latar belakang dan Konteks Bala Keselamatan
2.2.1. Konteks Sosial, Ekonomi, dan Ideologi
Willian Booth dengan Bala Keselamatan –nya muncul di Inggris pada masa yang lazim dikenal dengan masa Victoria. Ketika ratu Victoria memulai pemerintahaannya pada tahun 1837, sebagian besar penduduk Inggris bermukim di pedesaan tetapi ketika beliau wafat 1901, kebanyakan mereka tinggal di kota-kota. Transformasi besar di bidang sosial-ekonomi yang dialami Inggris pada masa ini merupakan dampak langsung dari industrialisasi di perkotaan.
Lebih dari sekedar era demokrasi, industry, iptek dan optimism era Victoria merupakan masa tranisisi besar. Hal yang mendasar penting diperhatikan untuk memahami zaman Victoria ini adalah berlanjutnya pengarus arus pencerahan pada abad-18 atas pola pemikiran pada zaman ini. Paham utilitarianisme dan pragmatism yang pada gilirannya memacu setiap orang untuk berlomba mengejar kebahagiaan dan menghindari penderitaan. Paham pasar bebas utilitarianisme ini digabung dengan pandangan dunia dari Issac Newton yang menggabungkan ilmu pegetahuan, mendoring lahirnya, Revolusi Industri. [7]
2.2.2. Konteks keagamaan dan Kegerejaan
Zaman Victoria, kendati dicirikan semangat pengaharapan dan kemajuan, juga ditandai oleh sejumlah kekuatiran. Hingga tahun 1850, ketakutan akan revolusi sosial menghantui para pemegang kekuasaan dan kalangan masyarakat yang mapan. Merosotnya kekristenan di kalangan kelas pekerja dan semakin terlihatnya kecenderungan kearah keboborokan moral dan bangkitnya ateisme, semakin menguatkan kekuatiran Masyrakat luas, terutama para pekerja dan penghuni-kota yang baru, menaruh curiga terhadap motivasi dan kiprah gereja, sebab para rohaniwan lebih gandrung menganut prinsip dan gaya hidup bangsawan. Khusus di lingkungan kehidupan gereja, dogmagtis, yang sudah disinggung, yang membuat gereja resmi melakukan kategorisasi antara benar dan salah, yang baik dan yang jahat dan seterusnya sehingga mendorong lahirnya Sektarianisme yakni kecendrungan dan tindakan memisahkan diri dari “gereja resmi”, lalu membentuk persekutuan sendiri, dengan mengutamakan aspek ajaran tertentu.[8]
Kendati masyarakat Inggris pada zaman Victoria merupakan masyarakat yang dengan sendirinya religious, namun kekristenan dilihat dan digunakan para pemegang kekuasan hanya sebagai basis moralitas umum. Revolusi Prancis akhir abad-18 memperkuat pemahaman ini. Orang- orang Kristen nominal bersembunyi dibalik kedok Pietisme yang kelewatan, sikap konformis serta sikap moralitas untuk mempertahankan tatanan yang ada “resmi”, semakin timbuh kesadaran bahwa Inggris tidak iedntik dengan Gereja Anglican.
Kendati Gereja Anglican tetap merupakan gereja “resmi ”, semakin tumbuh kesadaran bahwa Inggris tidak identik dengan Gereja Anglican. ini memperkuat serta melestarikan berbagai wadah kristiani yang bercorak sempalan. Dengan mengingat semangat penginjilan Jhon Wesley, kita jadi tahu bahwa masyarakat Inggris pada zaman Victoria juga telah mengalami besarnya kuasa Injil yang diberikan tanpa dibunga-bungai namun punya dampak besar pada massa pekerja. Bukan hanya Gereja Metodis yang memiliki semangat itu, melainkan juga Kongregasionalis, Baptis, Quaker.[9]
2.2.3. Kiprah Sosial Gereja
Keadaan ini mendorong segelintir kaum Victorian yang prihatin, untuk membarui undang –undang yang bersangkut-paut dengan pemecahan masalah kemiskinan, sambal juga mengembangkan lembaga-lembaga sosial-keagamaan untuk menanggulangi kebutuhan kaum yang sangat melarat itu. Banyak di antara lembaga-lembaga itu yang bekerja sungguh-sungguh, terjun dan melibatkan diri di tengah –tengah kondisi dan lingkungan yang rawan itu, namun kemana pun mereka jauh lebih kecil dari luasnya medan permasalahan yang dihadapi.
Gereja Anglican sebenarnya punya dana subsidi dari pemerintah untuk ikut mennaggung masalah sosial ini. Pada tahun 1851, Lord John Russell, seorang bangsawan yang prihatin atas masalah ini, memprakarsai sensus khusus yang berciri agamawi, dengan menugaskan Horace Mann, seorang yang ahli untuk itu. Salah satu Kesimpulan Mann adalah bahwa sikap bermusuhan kaum miskin, atau ketak-pedulian mereka terhadap gereja, berakar pada “kurangnya simpati umat kristiani terhadap beban-beban sosial kaum miskin, mencoloknya identifikasi gereja kepada kelas atas, dan adanya kecurigaan bahwa para pelayan kristiani itu adalah orang-orang secular dan mementingkan diri sendiri, disamping fakta kemiskinan itu sendiri.[10]
2.2.4. Pelayanan Sosial Digabung dengan Penginjilan
Bukan hanya kalangan gereja bebas atau sempalan saja yang semakin memberi perhatian kepada kaum miskin sambil mengembangkannya dengan penginjilan dan kebangunan rohani. Di lingkungan Gereja Anglican pun, terutama pada sayap Low Church sejak 1850-an semangat dan gerakan Injili tumbuh dengan cukup subur. Dan kaum Injil semakin menyadari adanya kesenjangan yang sangat lebar antara katedral dan pemukiman kumuh. Untuk menjembatani kesenjangan antara gereja dan kaum tak-bergereja, sejak akhir dasawarsa 1850-mereka mengupayakan strategi penginjilan baru, sekaligus memperjuangkan pencabutan peraturan yang melarang lebih dari 20 orang berkumpul untuk beribadah diluar gedung gereja, agar dengan demikian kegiatan kebangunan rohani dapat diselenggarakan ditempat umum dan terbuka[11]
2.3.Tokoh Bala Keselamatan
2.3.1. William Booth (1829-1912)
Salah seorang yang terharu melihat keselamatan di kota-kota besar Inggris ialah William Booth (1829-1912). [12] William Booth lahir di kota Nottingham, Inggris, pada tanggal 10 April 1829. Ayahnya, Samuel Booth, bersama ibunya Mary Moss yang berdarah Yahudi, termasuk di antara sekian banyak urbanis dari pedesaan. Samuel bukanlah anggota gereja yang rajin dan taat, sedangkan Mary adalah seorang wanita Kristen yang cukup saleh, yang memberi pendidikan agama ala kadarnya dan menanamkan kerajinan bergereja pada anak-anaknya. William merupakan anak laki-laki satu-satunya dari perkawinan Samuel dan Mary.
Masih pada usia belasan tahun , pada akhir 1840-an, William tertarik pada sebuah partai politik, the Carhist. Partai ini tampaknya hendak memperjuangkan pembaruan sosial, antara lain lewat upaya menyusun undang-undang persamaan hak pria dan wanita dan perbaikan kondisi hidup miskin. Tapi segera William sadar bahwa partai ini merupakan kaum revolusioner yang berbahaya. Di London ia kembali mendapat pekerjaan di sebuah pawnshop milik seorang anggota Gereja Anglican, yang menurut William sama sewkali tidak menampakan watak Kristiani, dan tujuan hidupnya semata-mata to make money. [13]
Gereja seharusnya menjadi pelopor pertama meringankan penderitaan, namun Gereja sendiri dalam keadaan kekurangan. Seperti diseluruh Inggris, London telah terbagi-bagi dalam jemaat-jemaat, garis-garis yang tidak pernah berubah berabad-abad lamanya. Prihatin dengan keadaan orang-orang miskin, maka pada tahun 1865 William Booth dan istrinya Catherina, mendirikan misi bagi orang miskin di East End London. Diawali dari sebuah tenda sederhana muncullah pelayanan Bala Keselamatan.
Banyak ide-ide organisasi Methodisme telah ditinggalkan Booth, namun ia selangkah lebih maju dengan akhirnya menciptakan organisasi yang mengikuti garis-garis militer. Seorang pengikutnya mengiklankan sebuah pertemuan sebagai “The Hallejah Army Fighting for God” (Pasukan Halleluyah Bertempur untuk Tuhan)[14]
2.3.2. Catherine Mumford (1829-1890)
Catherine Mumford lahir di Ashbourne, Derbyshire, Inggris, pada 17 Januari 1829.Ayahnya, John membuka bisnis pembuatan body dan interior mobil, adalah seorang pendeta dan pemimpin local gerakan anti minuman keras. Ibunya, Sarah, adalah perempuan Kristen yang lembut dan penuh perhatian, yang memperlihatkan imannya, melalui perbuatannya. Ibunya mendorong Catherine untuk belajar lebih konsisten sama seperti seorang anak laki-laki pada masa itu. Pada umur 12 tahun, Catherine telah membaca seluruh isi Alkitab sampai delapan kali. Ia biasa mengutip banyak bagian dari Injil dan menjelaskan doktrin teologi yang rumit dengan cara yang lebih baik ketimbang ayahnya. Catherine yang sebelumnya adalah seorang pemalu, untuk berbicara dan memimpin orang lain saja iya tidak mampu melakukannya.Tetapi pada tahun 1860, segalanya berubah dan Catherine menyampaikan kotbahnya yang pertama dan menjadi seorang yang berani menyampaikan kebenaran.Selama lima tahun selanjutnya Catherine menemukan keberanian untuk berbicara di hadapan jemaat di gereja, rumah, jalanan, pertemuan informal warga, dan sekolah.Ia membuat kebiasaan turun ke jalan-jalan untuk mendatangi para pemabuk dan pelacur. William yang adalah seorang pendeta berhenti sebagai seorang gembala dan mendirikan ‘Christian Mission’ dengan dananya sendiri untuk melayani orang-orang miskin di London.Tetapi tindakan Booth dan Catherine merupakan sebuah ancaman olehgereja Britania yang telah mapan.Sehingga mereka mencari cara untuk menghentikan pelayanan misi mereka dan William pada masa itu ditangkap dengan tuduhan sedang membangun kekuatan criminal untuk merobohkan kerajaan dan gereja Inggris.[15] Catherine baru berusia enam puluh tahun ketika dia meninggal pada tahun 1890. Ada lebih sedikit fotonya yang tersedia tentang dia, namun di foto yang kami miliki, kepribadiannya juga tampak terjebak dalam waktu, tidak tersenyum dan agak parah[16]
2.3.3. William Bramwell Booth
William Bramwell Booth lahir pada tanggal 8 Maret 1856 di Halifax, Yorkshire, Inggris. Anak tertua dari William Booth dan Catherine Mumford, ia memiliki 2 saudara dan 5 saudari termasuk Evangelin Booth, Catherine Booth-Clibborn, Emma Booth dan Wallington Booth. Bramwell Booth terlibat dalam The Salvation Army, sebuah organisasi internasional dengan banyak dan beragam kegiatan sosial. Pada tahun 1881, William Booth ditunjuk Bramwell sebagai kepala dari staf The Salvation Army. Pada 12 Oktober 1882 Bramwell menikahi Kapten Eleanor Soper, putri Dr. Soper, seorang praktisi medis Belaina, Mouthshire. Setelah menikah, dia mengambil alih pekerjaan perempuan. Pada tahun 1885 Bramwell terlibat dengan William Thomas Stead dalam upaya untuk mempublikasikan prostitusi gadis-gadis yang diadili di Old Bailey terhubung dengan keberhasilan upaya untuk mengamankan undang-undang yang melindungi gadis-gadis muda dalam moral, tetapi dia di bebaskan. Sidang dan stead kuat tekan kampanye terbukti publik skeptis bahwa di abad ke 19 gadis Inggris bisa dibeli untuk tujuan tidak bermoral, tidak hanya tanpa persetujuan mereka, tetapi bertentangan dengan keinginan mereka. William Bramwell Booth menerbitkan 9 buku yang Echoes dan kenangan (1925) dan William Booth Bramwell juga antusias untuk bekerja di bidang agama dikalangan anak-anak muda.[17]
2.4.Pengunaann nama Bala Keselamatan
Sejak awala 1870-an di lingkngan organisasi itu mulai digunakan peristilahan dan symbol-simbol militer. Kebiasaan ini terutama diprakarsai oleh Elijah Cadman, salah seorang staf William. Pada pikirannya penggunan metafora militer itu juga dikenakan pada nama organisasi itu. Alasannya adalah : kami sedang melancarkan serangan sepenuh tenaga terhadap kerajaan Iblis. Raja Yesus adlah Komandan tertinggi kami…. Kami memiliki Bala Tentara yang akan menghadap dunia, daging, dan iblis. Pernyataan yang lebih tegas lagi dikemukakan pada konfrensi The Christian Mission 1878. Sejak Konfrensi 1878 itu BK dilengkapi denganb Perintah dan aturan yang meniru peraturan displin militer dan penuh dengan metafora kemiliteran , termasuk jenjang kepangkatannya dan juga dengan pakaian seragamnyan dan perlengakapan lainnya. Menuruta kalangan BK, BK bukan sekedar lembaga pelayanan sosial, melainkan lembaga penginjilan dan pelayanan rohani, bahkan bala tentara Allah, yang berpegang pada ajaran yang jelas. Dalam hubungan itulah pada tahun 1878 itu juga BK menyempurnakan rumusan Doktrin Bala Keselamatan, yang rumusan awalnya sebenarnya sudah disusun sejak tahun1870.[18]
2.5. Pokok ajarannya
2.5.1. Kesebelas Butir Ajaran
Sejak 1870 William Booth telah memulai merumuskan pedoman ajaran bagi persekutuan penginjilan yang dipimpinnya itu dan bahwa pada tahun1878 rumusan itu disempurnakan bersamaan dengan penggunaan nama Bala Keselamatan secara resmi. Berikut ini disajikan kesebelas butir ajaran itu:
1. KAMI percaya, bahwa Akitab, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditulis dengan ilham Allah; dan bahwa kedua-duanya itu sajalah yang merupakan peraturan ilahi mengenai iman dan praktik Kehidupan Kristen.
2. KAMI percaya, bahwa Allah itu Esa dan Maha sempurna-pencipta, pemelihara dan pemerintah alam semesta dan hanya kepada Dia sajalah manusia berbakti.
3. KAMI percaya, bahwa ada tiga pribadi dalam Allah, yakni: ALLAH BAPA, ANAK, dan ROH SUCI yang tak terpisahkan dalam intinya, dan yang sama kuasa dan kemuliaan-Nya.
4. KAMI percaya, bahwa didalam pribadi Yesus Kristus sifat-sifat ilahi manusia dipersatukan, dengan demikian Ia sesungguhnya Allah, dan juga sesungguhnya manusia adanya.
5. KAMI percaya, bahwa nenek moyang kita yang pertama diciptakan Allah dalam keadaan tidak berdosa, tetapi karena melanggar perintah Allah, mereka kehilangan kesucian dan kebahagiaan mereka, dan bahwa kejatuhan mereka menyebabkan semua manusia juga jadi berdosa, rusak sama sekali batinnya dan oleh karena itu patut kena murka Allah.
6. KAMI percaya, bahwa Tuhan Yesus Kristus, oleh sengsara dan kematian-Nya, sudah mengadakan perdamaian bagi segenap dunia, sehingga barang siapa mau dapat diselamatkan.
7. KAMI percaya, bahwa penyelesaian di hadapan Allah, kepercayaan kepada Tuhan kami Yesus Kristus, dan hal dilahirkan kembali oleh Roh Kudus adalah perlu guna memperoleh keselamatan.
8. KAMI percaya, bahwa kami dibenarkan oleh kasih-karunia Allah melalui iman kepada Tuhan kami Yesus Kristus; dan bahwa setiap orang yang percaya memiliki kesaksian tentang hal itu di dalam dirinya.
9. KAMI percaya, bahwa keberlangsungan keadaan diselamatkan tergatung pada ketetap-taatan iman kepada Kristus.
10. KAMI percaya, bahwa semua orang yang beriman diberi hak istimewa untuk dikuduskan secara keseluruhan dan bahwa segenap roh dan jiwa dan tubuh dapat terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kami. (1 Tesalonika 5:23).
11. KAMI percaya, akan kekekalan jiwa manusia; kebangkitan tubuh; hari pengadilan pada akhir zaman; kebahagiaan kekal bagi orang saleh; dan hukuman kekal bagi orang durjana.[19]
2.5.2. Sakramen
Pertama-tama harus dicatat bahwa William Booth (bersama istrinya Catherine), sebagai (mantan ) pendeta di Gereja Metodis padamulanya mengakui dan melayankan kedua sakramen itu. Anak –anak mereka semua dibaptis. Namun sejak 1880-an, terutama sejak keputusan William Booth tanggal 2 Januari 1883, Bala Keselamatan tidak lagi melayankan ataupun mengakui kedua sakramen (Baptisan dan PerjamuanKudus) itu berdasarkan sejumlah alasan Praktis maupun Teologis
A. Alasan Praktis
1. Sakramen, terutama Perjamuan Kudus, yang dilayankan di gereja-gereja mapan (termasuk Metodis) sudahn semakin mengarah pada formalisme. Ini sejalan dengan kehidupan beragama pada zaman Victoria yang sangat bercorak ornamental, penuh dnegan bunga-bunga dan hiasan, baik gedung gerejanya maupun upacara-upacaranya. William Booth lebih mengutamakan kesederhanaan dalam ibadah dan penghayatan iman.
2. BK,terutama merupakan gerakan penginjilan,yang keselamatan jiwa manusia. Sebagai pendiri BK, Willian dan Catherine melihat sakramen, terutama Perjamuan Kudus, tidak menjamin keselamatan bagi penerimannya. Pertanyaan praktis yang dilontarkan adalah “ Apakah Sakramen itu menolong pencapaian tujuan akhir kita ?
3. Perjamuan Kudus menggunakan anggur (disamping roti ) sebagai salah satunya unsurnya. Jadi mengandung Alkohol. Sedangkan Willian dan istrinya anti minuman berakholol. Padahal pada waktu itu gereja-gereja lain berpendapat bahwa Anggur tidak boleh diganti oleh bahan lain
4. Sakramen hanya boleh dilayankan oleh pejabat gereja tertentu dan hayan pejabat pria. BK yang menekankan asas imamat am semua orang percaya dan memberi kesempatan yang sama pada pria dan wanita untuk menduduki jabatan mana pun.
5. Banyak pejabat gereja, terutama gereja Anglican, yang melarang warga BK mengikuti Perjamuan Kudus, karena mereka itu belum menerima konfirmasi.[20]
B. Alasan Teologis
Alasan teologis yang mendasari keputusan William Booth dan seluruh jajaran BK untuk tidak lagi mengakui dan melayankan sakramen sebagai upacar suci kristiani, antara lain adalah:
1. Tidak ada nass dalam alkitab yang secara nyata memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus menetapkan upacara-upacara tertentu. menurut kalangan BK
2. Oleh gereja, sakramen dipandang sebagai simbol persekutuan dengan Allah. Bagi BK, persekutuan dengan Allah tak perlu melalui upacara formal ritual. Setiap orang beriman dapat mengalami dan memang harus selalu mengupayakan persekutuan langsung dengan Allah melalui Roh Kudus yang memasuki hati dan seluruh hidupnya.
3. Khusus tentang Baptisan, yang terpenting adalah Baptisan Roh Kudus yang terjadi pada waktu seseorang dilahirkan kembali dan diilhami oleh kasih Allah.
2.5.3. Gereja
Bila kepada kalangan BK ditanyakan, “ apakah BK merupakan gereja?,” jawabannya biasanya adalah “ ya dan tidak”. Pada satu sisi sejal semula Willian dan Catherine menegaskan bahwa mereka tidak berniat mendirikan organisasi gereja baru, dan BK bukanlah organisasi gereja sebagaimana yang lazim dipahami, melainkan adalah misi (badan penginjilan). Lebih dari misi, BK adalah bala tentara , yang mencanangkan perang terhadap iblis dan dosa serta membawa manusia pada keselmatan yang disediakan Allah dalam Kristus. Tetapi disisi lain pada perkembangan kemudian, William dan Catherine menandaskan bahwa BK adalah gereja dan merupakan bagian dari gereja yang kudus dan Am. “ Bala Keselamatan adalah bagian gereja Allah yang hidup – instrument perang yang besar di dunia ini, yang senantiasa terlibat dalam konflik dengan iblis dan dosa” (ucapan William Booth pada Kongres Internasional BK 1904 di London)
Disini terlihat adanya perkembangan wawasan eklesiologis (pemahaman tentang gereja )di lingkungan BK, dan perkembangan ini sangat diwarnai dengan sifat praktis dan pragmatis dari para pemimpin nya, terutama William dan Catherine. Wawasan eklesiologis mereka lebih bersifat fungsional ketimbang substansial.[21]
2.5.4. Liturgi Gereja Bala Keselamatan[22]
- Ibadah
- Ucapan selamat datang oleh : Bapak Gembala / Bapak Mayor
- Doa Tahbisan Ibadah oleh Bapak Gembala
- Puji-pujian di ambil dari lagu yang semangat
- Doa pembukaan
- Puji-pujian terdiri dari satu judul lagu sekaligus dengan
ayat-ayatnya, contoh ayat 1, 2, 3 dan 4. Sesudah ayat 1 dinyanyikan
tanpa tepuk tangan di saat koornya tanpa komentar langsung tepuk
tangan bersama dan di selingi kesaksian 1 ayat lagu 1 kesaksian
- Doa syafaat
- Puji-pujian / persembahan
- Doa untuk firman Allah
- Pemberitaan firman Allah
- Doa sesudah firman Allah
- Doa penutup
2.6. Perkembangannya di Dunia
Bala keselamatan segera tersebar keseluruh dunia, terutam ke Amerika Serikat, Australia dan daerah-daerah koloni Inggris lainnya. Tanggal 20 Agustus 1912 William Booth meninggal dunia, istrinya meninggal pada Oktober 1890. Booth digantikan oleh anaknya yang bernama William Bramwel Booth.[23]
2.7.Kehadiran dan Perkembangannya di Indonesia
Tidak lama setelah Bala Keselamatan mendirikan cabang di Belanda, cabang ini pada gilirannya menjadi induk Bala Keselamatan di Indonesia. Pada tahun 1894 dua perwira diutus ke Jawa [24]. Mereka bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan pelayanan medis. Pusat Bala Keselamatan di Indonesia terdapat di Bandung[25] Dua perwira itu yaitu Staf Kapten J.G Brouwer dan Ensign (Letnan Muda) A. van Emmerik. Semual pemerintah Hindia-Belanda berkeberatan atas kehadiran BK di negeri ini, karena kuatir bahwa BK akan menimbulkan gangguan. Tetapi setalah pemimpin BK di Belanda memberi penjelasan kepada Menteri Daerah Jajahan, diberilah izin kepada kedua opsir itu.[26] Mereka menetap di Purwerejo. Tetapi beberapa tahun kemudia pusat usaha BK dipindahkan ke daerah Semarang. Di situ pada tahun 1902 dibuka Pusat Latihan buat mendidik perwira-perwira bangsa Indonesia. Kini tahun (1984) di Indonesia terdapat 3.5000 lebih perwira (opsir, tenaga staf) Bala Keselamatan, dengan 60.000 anggota, yang tediri atas 4 Divisi dan 7 Distrik. Tiap “jemaat” setempat disebut “Korps”. Tiap hari Minggu pagi diadakan kebaktian, yang disebut “kebaktian suci” sebab bermaksud hendak menghantarkan umat Allah ke kesucian dan memberi pelajaran tentang cara memelihara dan mengembangkan berkat kesucian ini.[27]
III. Kesimpulan
Jadi dari pemaparan diatas, penyaji dapat menyimpulkan bahwa munculnya Bala keselamatan dimulai di Inggris.Bala Keselamatan (Salvation Army) adalah organisasi protestan yang didirikan oleh William Booth beserta isterinya Chatrine Booth pada tahun 1865 dan yang menaruh perhatian pada pemberitaan Injil dan membantu orang-orang miskin serta mereka bergerak di lapangan keagamaan dan pekerjaan sosial misalnya, pembrantasan terhadap kemabukan, pencabulan, pencurian, pengangguran, perhatiannya terhadap orang yang berkekurangan, yang terlantar, dll. Tidak lama setelah Bala Keselamatan mendirikan cabang di Belanda, cabang ini pada gilirannya menjadi induk Bala Keselamatan di Indonesia. Pada tahun 1894 dua perwira diutus ke Jawa Tetapi beberapa tahun kemudia pusat usaha BK dipindahkan ke daerah Semarang. di situ pada tahun 1902 dibuka Pusat Latihan buat mendidik perwira-perwira bangsa Indonesia.
IV. Daftar Pustaka
Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran di dalam dan Sekitar Gereja Jakarta:BPK-GM,
2016
Berkhof H. & I.H Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2016
Booth, (William) Bramwell (1856-1926), Oxford Dictionary of Nation Biography.
Oxford University Press.
Curtis A. Kenneth dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,Jakarta: Gunung
Mulia, 2005
End, van den. Harta dalam Bejana, Jakarta: Gunung Mulia, 2015.
End,Van den Ragi Cerita 2¸Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018
Feuvre, Cathy le William and Catherine, Monakh Books, OXFORD, 2013
Napel, Henk Ten Kamus Teologi Inggris-Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 1996
Situmorang,Jonar Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: ANDI, 2014
William, F.D. Riwayat Hidup Singkat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
Wellem F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
Sumber lainnya
http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2014/03/liturgi-gereja-bala-keselamatan.html
Diakses Pada 3 November 2020, Pukul 16:20 WIB
https://www.kompasiana.com/frankybaganu/550f64dba333115434ba7edd/catherine-
booth-the-salvation-armydiakses pada tanggal 28 oktober 2020 pukul15:23
[1] Henk Ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 280.
[2] H. Berkhof & I.H Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 293.
[3] Jonar Situmorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 397.
[4] H. Berkhof & I.H Enklaar, Sejarah Gereja, 293.
[5] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 35.
[6] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan Sekitar Gereja (Jakarta:BPK-GM, 2016), 321.
[7]Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 260-261.
[8] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 324-326.
[9] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja, 326
[10] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 264-265.
[11] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 330-331.
[12] Van den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 267.
[13] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 268-269.
[14] A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen,(Jakarta: Gunung Mulia, 2005), 143.
[15]https://www.kompasiana.com/frankybaganu/550f64dba333115434ba7edd/catherine-booth-the-salvation-armydiakses pada tanggal 28 oktober 2020 pukul15:23
[16] Cathy le Feuvre, William and Catherine, (Monakh Books, OXFORD, 2013), 10.
[17]Booth, (William) Bramwell (1856-1926), Oxford Dictionary of Nation Biography. Oxford University Press.
[18] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 274-275.
[19] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan Sekitar Gereja, 346-348.
[20] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 281-282.
[21] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994),285.
[22] http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2014/03/liturgi-gereja-bala-keselamatan.html Diakses Pada 3 November 2020, Pukul 16:20 WIB
[23] F.D.William, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 45
[24] Van den End, Ragi Cerita 2¸(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 291.
[25] Jonar Situmorang, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014), 397.
[26] Jan Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan sekitar Gereja, (Jakarta : BPK GM, 1994), 277-278.
[27] Van den End, Ragi Cerita 2¸(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 290-291.
Post a Comment