Permasalahan pernikahan merupakan suatu kondisi yang
kompleks. Permasalahan yang terjadi acapkali bukan semata-mata karena masalah
itu sendiri. Permasalahan yang ada seringkali hanyalah "api penyulut"
terhadap akar masalah yang ada, yaitu karakter dan kepribadian dari
masing-masing pribadi.
Banyak orang tidak menyadari bahwa “kepribadian” secara
menyeluruh yang ada pada diri seseorang sangat menentukan bagaimana ia
berpikir, bertindak, bersikap dan berespon terhadap sesuatu diluar dirinya. Di
dalam pernikahan sebenarnya ada dua orang yang tidak hanya sekedar berbeda
jenis kelamin,namun lebih berdasarkan "kepribadian".
Perbedaan kepribadian sangat menentukan bagaimana mereka
saling berinteraksi, baik terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap faktor
luar yang bersinggungan dengan mereka.
Kepribadian adalah masalah keutuhan diri, seperti “puzzle”
yang berantakan atau yang utuh. Kepribadian seseorang dibentuk oleh latar
belakang kehidupannya. Para ahli membaginya dalam 3 area : 1.Keturunan,
2.Keluarga (bagaimana orang tua mendidik dan memberikan teladan), 3.Lingkungan
diluar rumah (budaya, pergaulan, dan pendidikan iman maupun sekuler).
Semakin utuh suatu pribadi,maka semakin berkategori positif
kepribadiannya. Sebaliknya semakin tidak utuh seseorang (karena lingkungan
keluarga tidak harmonis, pergaulan yang buruk, pendidikan dan kerohanian yang
tidak baik), ia berkategori kepribadian yang negatif.
Kepribadian yang positif, memudahkan orang untuk
berpikir,bersikap secara proporsional. Orang yang berkepribadian positif bila
mendapatkan berbagai masukan yang baik, akan mudah untuk bertumbuh menjadi
dewasa.
Selajutnya, kedewasaan itu tercermin dari bagaimana
berpikir,bersikap, bertindak dan merespon terhadap apa yang terjadi pada
dirinya sendiri, pasangan maupun rangsangan luar.
Sehingga untuk menyelesaikan suatu masalah pernikahan,
pertama-tama adalah mencoba untuk menyentuh akar masalahnya. Kalau akar
masalahnya disentuh maka dia akan mengenal siapa dirinya sebenarnya, dan
kecenderungan-kecendurungan yang dia miliki.
Bila akar masalahnya tidak disentuh maka dia akan terus
terlibat dalam berbagai masalah, masalah yang satu selesai masalah yang lain
muncul. Bahkan tidak jarang masalah yang sama terus berulang-ulang terjadi.
Permasalahan pernikahan semakin kompleks karena banyak
pasangan pernikahan yang tidak mencoba untuk mencari solusi dengan proses
konseling. Memang dalam budaya timur, khususnya di Indonesia, mengutarakan
suatu masalah baik pribadi atau dalam pernikahan merupakan suatu “aib”. Hal ini
dipandang memalukan karena membeberkan kekurangan, atau menceritakan rahasia
pribadi pada orang lain. Hal yang terjadi banyak pribad-pribadi mencoba
menyelesaikan masalahnya sendiri, baik dengan cara mendiamkan atau mencari
solusi dengan sikap dan pikirannya sendiri. Tentu ini akan susah untuk mencari
akar permasalahan yang utama.
Melalui web ini kami mencoba membantu pasangan-pasangan yang
sedang bermasalah kembali menjadi harmonis, bahkan lebih lagi menjadi
pribadi-pribadi yang baru dengan kehidupan pernikahan yang baru.
Pelayanan ini bersifat langsung melalui KONSELING ONLINE di
YM. Suatu pelayanan konseling Kristiani, berdarkan integrasi pengetahuan, iman
dan pengalaman sebagai seorang gembala jemaat.Kerinduan kami, banyak
pasangan-pasangan yang bisa diperbarui dalam pernikannya. Amin.
Post a Comment