Reformasi Radikal Sejarah Reformasi Radikal, Tokoh-tokoh, Paham-pahamnya, Serta Dampaknya bagi Gereja dan Dunia
Reformasi Radikal
Sejarah Reformasi Radikal, Tokoh-tokoh, Paham-pahamnya, Serta Dampaknya bagi Gereja dan Dunia
Sebelum terjadinya Reformasi Radikal, keburukan terjadi di sekitar gereja bahkan hampir menyentuh seluruh lapisan kehidupan masyarakat. Gereja yang dulu dianggap sebagai pembawa berita keselamatan ternyata tidak menunjukkan esensi yang sebanarnya. Perilaku para pemimpin gereja yang hidup seenaknya dan menunjukkan keduniawian semakin memperburuk citra gereja. Reformasi merupakan tindakan untuk melakukan perubahan. Dimana orang-orang yang mengharapkan terjadinya reformasi ini sangat mengharapkan perubahan yang baik untuk kedepannya. Martin Luther memulainya dengan tindakan mengeluarkan 95 dalilinya, tindakan inilah yang menjadi awal reformasi bagi gereja. Namun tindakan Luther dianggap oleh sebagian golongan tidak tegas dan masih membiarkan tradisi hidup di dalam gereja. Sehingga muncullah berbagai gerakan yang berusaha untuk mereformasi gerakan secara radikal. Dibawah ini penjelasan tentang sejarah Reformasi Radikal, Tokoh-tokoh, paham-pahamnya, serta dampak nya bagi Gereja dan Dunia. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
II. Pembahasan
2.1.Pengertian Reformasi Radikal
Reformasi radikal adalah paham dan gerakan yang menghendaki agar upaya reformasi tidak hanya bersifat modifikasi terhadap aspek-aspek tertentu dalam kehidupan bergereja. Reformasi Radikal adalah gerakan yang mucul di Eropa pada abad ke-16 yang berusaha melakukan pembaharuan gereja secara radikal. Mereka menilai upaya pembaruan yang dilakukan oleh para reformator Gereja (Luther, Calvin, Zwingli) terlalu lamban. Menurut mereka reformasi tidak boleh hanya bersifat modifikasi saja, melainkan harus secara menyeluruh.[1] Reformasi radikal pertama sekali muncul di Wittenberg. Mereka menghancurkan patung, salib dan altar. Baik Luther maupun Calvin mengecam upaya pembaharuan gereja dengan cara radikal, kerena pembaruan gereja bukan pekerjaan manusia, melainkan pekerjaan Tuhan Allah yang harus dilakukan secara lembut.[2]
2.2.Latar Belakang Reformasi Radikal
pada tahun 1524-1525 terjadi pembrontakan para petani di Jerman. Kaum petani Jerman merasa tersedak oleh golongan-golongan atas. Mereka bergabung sambil menuntut perubahan-perubahan dalam susunan masyarakat. Itu disebabkan karena hak penduduk desa (petani) untuk menggunakan tanah dan hutan milik bersama dicabut. Lagi pula merasa diperas oleh pungutan-pungutan yang dituntut kaum bangsawan dan gereja.[3] Kemudian para Reformasi Radikal hidup dalam kelompok-kelompok selama abad pertengahan yang menyimpang dari ajaran gereja. Kelompok-kelompok itu kadang disebut “sayap kiri dari reformasi”, reformasi radikal. Namun harus diperhatikan bahwa mereka tidak termasuk dalam lingkungan reformasi protestan, melainkan merupakan aliran Kristen tersendiri, disamping reformasi maupun Gereja Roma. Hal ini menjadi nyata dari sikap mereka terhadap Luther ternyata tidak sesuai dengan cita-cita mereka.[4]
Gerakan reformasi Lutheran dan Swiss pada awalnya memiliki hubungan yang sistem politik. Dalam kasus Luther, Elector Fredrick sibijak melindunginya dan juga para pengeran Jerman yang mencari kebebasan politik mulai mendukung perjuangannya. Zurich berpihak pada Zwingli dalam melawan perlawanan pihak politik. Bagi sekelompok orang Kristen di bawah Zwingli untuk menggantikan Roma dengan Zurich bukanlah hal yang dapat diterima begitu saja. Mereka mengiginkan Gereja segera melakukan karna hak penduduk desa (petani) untuk menggunakan tanah dan hutan milik bersama juga dicabut. Bukan hanya itu, perbedaan antar miskin dan kaya juga dalam konteks ini masih terlihat jelas dalam masyarakat sehingga para petani ingin supaya ada dalam susunan masyarakat.[5] Itu semua disebabkan reformasi yang akan mengendalikan idealisme abad pertama. Dengan tidak berfokus hierarki gereja atau sistem politik, kelompok radikal ini menginginkan gereja swadaya, yang diperintah oleh roh kudus.[6] Demikianlah masyarakat Eropa mengalami goncangan besar. Kita dapat melihat bahwa Reformasi Luther tidak hanya menghasilkan gereja-gereja protestan yang besar (Lutheran, Calvinis atau Reformed) tetapi juga kelompok-kelompok protestan yang lebih kecil, yang lebih menolak Gereja Katolik Roma tetapi juga gereja protestan yang besar. Sebagian kelompok ini merupakan keturunan dari gerakan-gerakan abad pertengahan yang sebelumnya ditekan oleh Gereja Katolik Roma. Sebagian kelompok lain lahir karena reformasi Luther, tetapi menerapkan teolog yang baru dengan cara yang lebih radikal dari luther dan pengikut-pengikutnya sendiri. Oleh sebab itu, dipakailah istilah Reformasi Radikal untuk menunjuk kepada semua kelompok kanekaragaman yang tidak mendapat tempat di Gereja-gereja Protestan.[7]
Jadi, munculnya reformasi radikal ini adalah dampak dari protes terhadap gerakan reformasi yang khusunya dilakukan Martin Luther, Zwingli dan Calvin yang mereka anggap sebagai keadaan yang kurang serius. Karena dalam melakukan reformasinya Martin Luther masih bekerja sama dengan para bangsawan dan para raja-raja, begitu juga dengan Zwingli dan Calvin yang juga bekerjasama dengan para dewan kota. Sementara kelompok reformasi radikal menginginkan gereja itu harus kembali pada konteks Alkitab yaitu seperti gereja mula-mula dimana tidak ada hubungan antara gereja dengan negara. Inilah yang mendasari para tokoh Reformasi Radikal menjadi bermusuhan dengan para tokoh reformasi padahal sebelumnya mereka bersahabat.[8]
2.3.Tokoh-tokoh Reformasi Radikal
2.3.1. Thomas Muenzer (1489-1525)
Muenzer adalah seorang penginjil keliling dari suatu gerakan revolusi sosial. Dapat dikatakan bahwa ia adalah pelopor dari sosialisme, komunisme dan anarkhisme modern. Cita-citanya adalah menghancurkan orde masyarakat yang ada dan menggantikannya dengan suatu orde masyarakat sama rasa yang di dalamnya tidak ada imam, raja, bangsawan, dan milik pribadi.
Muenzer dilahirkan di Stolberg, daerah pegunungan Harz pada tahun 1489. Ia belajar di Leipzig dan Frankfurt. Pada tahun 1519 ia menjadi confessor pada biara wanita di Thurigen. Mungkin juga ia bertemu dengan Luther dalam perdebatan agama di Leipziq. Kemudian Muenzer dipengaruhi oleh Joachim dari Fiore dan Johanes Hus sehingga ia menjadi penganut Reformasi. Pada tahun 1520 melalui perantaraan Luther, dia diangkat menjadi pengkhotbah pada salah satu gereja di kota industry Zwickau.[9] Pada Zaman ini ia seorang pengagum Luther. Tetapi di Zwickau wataknya yang berkobar-kobar itu menjadi nyata.[10]
Di kota ini Muenzer mulai berkhotbah isinya tuntutan pembaruan, baik dalam kehidupan kemasyarakatan. Khotbah-khotbahnya bersifat menghasut rakyat untuk memberontak sehingga dia diusir dari sana. Kemudian ia berdiam di tengah-tengah golongan Hussit, namun dia diusir lagi dari sana sehingga ia terpaksa harus melarikan diri ke luar negeri (1521).
Pada tahun 1522 ia muncul lagi di Wittenberg. Ternyata sekarang Muenzer bukan lagi pengikut Luther. Ia sudah mengembangkan teologinya sendiri.
Pandangan teologi Muenzer dipengaruhi oleh pandangan Eckhart tentang kemiskinan, yang diartikannya bukan sebagai kemiskinan rohani, melainkan kemiskinan harta benda, kemelaratan. Hanya orang-orang miskin seperti inilah yang dapat menerima Roh, Terang Batiniah. Merekalah orang-orang yang berbahagia, yang berkenan kepada Allah menurut Matius 5:3. Orang-orang kaya adalah orang-orang fasik. Kemudian Muenzer berpendapat bahwa orang-orang miskin yang saleh haruslah membasmi orang-orang kaya yang fasik dan mendirikan Kerajaan Allah di bumi.
Muenzer menyerang Luther dengan pedas lewat tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih buruk daripada paus. Luther menyebut Muenzer sebagai “Iblis dari Alstadt” karena pada waktu itu Muenzer menjadi pendeta jemaat di Alstadt (1523).
Thomas Muenzer menjadi salah seorang pemimpin pemberontakan para petani itu. Raja-raja Jerman menindas pemberontakan itu dengan kejam sehingga pemberontakan tersebut itu dengan berhasil ditumpas pada musim panas tahun 1525.
Muenzer ditangkap dan dibunuh bersama dengan ribuan orang lainnya pada tahun 1525.[11]
2.3.2. Andreas Carlstadt
Ia adalah seorang tokoh Reformasi, sahabat Martin Luther tetapi kemudian menjadi musuh Luther. Carlstadt adalah nama tempat kelahirannya. Namanya yang sebenarnya adalah Andreas Von Bodenstein. Andreas menjadi sorang mahagurru, ia mengajar Teologi Skolastik, terutama thomisme. Namun karena pengaruh Luther kemudian, ia menolak Teologi Thomas dan menganut Teologi Agustinus secara konsekuen. Pada tahun 1515, Andreas berkunjung ke Roma, dan setelah kembali dari sana, ia mengalami pergumulan rohani yang hebat. Pergumulan ini yang mengakibatkan ia lebih dekat lagi dengan Luther. Dalam perdebatan di Leipzing, Carlstadt menjadi juru bicara golongan reformatoris bersama-sama dengan Luther. Carlstadt adalah seorang yang memiliki daya ingat yang sangat rendah, sehingga saat berdebat sering kali ia melihat catatannya. Carlstadt makin radikal dalam ajaran-ajaran dan tindakan-tindakannya. Pada tahun 1521 ia merayakan perjamuan kudus reformasi yang pertama. Dan pada tanggal 20 januari 1522, ia melaksanakan pernikahannya dengan saudara perempuan bangsawan yang miskin.
Carlstadt berpendapat bahwa Luther terlalu lamban dalam menjalankan pembaharuan gereja. Ia menyerukan kepada jemaat supaya mengeluarkan patung-patung dan gambar-gambar didalam gereja. Rakyat melakukannya dengan kekerasan yaitu dengan menghancurkan dan membakarnya. Carlstadt mengambil tindakan-tindakan pembaharuan yang radikal seperti.
1. Menyerang Paus. Ia bersama rakyat berdemostrasi dengan memakan daging dan telur pada hari puasa di tengah-tengah umum.
2. Ia menolak semua gelar dan kehormatan bagi dirinya, karena yang mendapat kehormatan hanyalah Kristus (matius 23:8)
3. Ia menasihatkan mahasisiwanya supaya bertani dan makan makanan dari hasil keringatnya sendiri (kejadian 3: 19)
4. Ia tidak mau memakai jubah imam dan jubah mahaguru, ia memakai pakaian rakyat biasa dan kemudian digantinya dengan pakaian seorang petani.
5. Ia menentang baptisan anak.
Pada tahun 1523 Calstadt berhenti sebagai guru di Witenberg dan menjadi seorang petani. Ia juga menulis karangan yang menguraikan pandangannnya tentang perjamuan kudus. Ia berpendapat bahwa kata-inilah bukanlah menunjukkan kepada roti dan anggur, melainkan menunjuk kepada Kristus sendiri. Luther tidak menyetujui tindakan-tindakan pembaruan radikal yang dilaksanakan oleh Calstadt sehingga Luther terpaksa berpisah dengan Clastadt. Luther menyebut Calstadt sebagai Yudas yang baru. Atas permintaan Luther raja sakramen, Calstadt diusir pada tahun 1524. Pada tahun 1525 ia kembali lagi ke Witenberg. Dan pada tahun1528 sekali lagi ia diusir dari wilayah jerman dengan keadaan yang menyedihkan. Pada akhirnya. Ia pergi ke Zurich dan pada tahun 1534 ia diangkat menjadi mahaguru di Universitas Basel.[12]
2.3.3. Menno Simons
Menno lahir di Friesland Belanda Utara, pada tahun 1496 atau 1497. Pada tahun 1524 ia menjadi imam, tetapi tidak lama kemudian ia mulai meragukan doktrin transsubstansiasi. Ia lalu membaca Alkitab (untuk pertama kali!) dan sampai pada kesimpulan bahwa ajara Roma salah, tetapi ia tidak meninggalkan tugasnya. Beberapa waktu berselang ia mendengar tentang kematian syahid seorang seorang anadaptis di dekat sana. “Kedengarannya sangat janggal bagi saya suatu baptisan dua kali. Kuselidiki Alkitab dengan tekun dan memikirkannya dalam-dalam, tetapi tak ada yang kudapat mengenai baptisan anak.” Ia kemudian berpaling pada Bapa-bapa Gereja dan para reformator tetapi tidak menemukan pembelaan berdasarkan Alkitab mengenai baptisan anak. Lalu ia menarik kesimpulan bahwa “kita sudah diperdaya dengan baptisan anak ini”, tetapi ia tidak berbuat apa-apa. Sampai waktu itu ia belum pernah berhubungan dengan para Anabaptis. Pada tahun 1534 kota Munster diduduki oleh kelompok Anabaptis yang lebih berani dan revolusioner. Mereka melihat kota itu sebagai Yerusalem yang baru yang dinubuatkan dalam Kitab Wahyu. Poligami dibolehkan berdasarkan perjanjian lama. Golongan Katolik Roma dan Protestan bergabung untuk mengepung kota itu, yang jatuh tahun 1535. Maka terjadilah pertumpahan darah. Kejadian di Munzer ini mendiskreditkan para Anabaptis untuk beberapa lama. Namun, ironisnya, Munster mengakhiri Anabaptisme bercorak damai dan injili yang berperan, tetapi mewarisi reputasi Munster.
Menno melihat dampak dari Munster serta penganiayaan terhadap saudara-saudara Anabaptis yang sudah tak berpimpinan. Hati kecilnya mencela dirinya, karena ia hidup berpura-pura setia kepada Roma hanya diluar. Ia mulai berkhotbah menurut keyakinannya dan sesudah Sembilan bulan, pada tahun 1536, ia pergi dari tempat tinggalnya dan menjadi pengkhotbah Anabaptis. Selama delapan belas tahun ia terus merantau, tidak ada tempat yang aman baginya. Namun pada tahun 1554 ia di izinkan menetap di tanah milik seorang simpatisan bangsawan di Holstein, Jerman Utara. Di sini ia berhasil menulis dan menerbitkan karyanya tanpa gangguan sampai ia meninggal pada tahun 1561.
Menno menjadi pimpinan Anabaptisme di Belanda dan Jerman Utara. Ia membentuk jemaat-jemaat yang berdiri sendiri dengan pemimpin-pemimpinnya sendiri. Pada waktunya, pengikutnya diberi nama Menonit. Gerakan ini berkembang di Belanda, yang (relatif) toleran terhadap mereka. Pada abad ke-18, mereka berkembang ke Rusia atas undangan Katarina Agung. Kemudian penganiayaan menyebabkan mereka berimigrasi ke Amerika Utara. Khususnya tahun 1923-1930. Sekarang mereka berjumlah sekitar 700.000 jiwa, yang tersebar di seluruh dunia, tetapi setengah jumlah itu berada di Kanada dan Amerika Serikat. Menno adalah contoh yang menunjukkan betapa berbahaya mengabaikan tradisi ketika menafsirkan Alkitab.[13]
2.3.4. Conrad Grebel
Dilahirkan pada tahun 1496 di Gruningen. Ayahnya bernama Jacob Grebel, seorang pengusaha besi yang sukses sehingga menjadi seorang yang kaya raya. Disampping itu Jacob menduduki jabatan sebagai anggota dewan kota Zurich. Grebel memulai pendidikannya pada sekolah latin yang terkenal di Zurich dan disini ia mulai berkenalan dengan Roh Scholastik. Pada akhir tahun 1514, Grebel memasuki Universitas Basel. Ia belajar humanism dari Sebastian Brant. Setelah dari Basel, Grebel belajar lagi pada Universitas Wina dengan beasiswa yang juga diusakan oleh ayahnya. Di Paris Grebel berkenalan dengan sarjana-sarjana Alkitab, seperti Le Fevre d’Etaples. Ia juga dapat memperdalam Humanisme dengan belajar pada Willian Bude dan William Cop Grebel kembali ke Zurich pada tahun 1520.
Pada tahun 1521 Grebel dan beberapa orang temannya belajar bahasa Yunani dan Ibrani kepada Zwingli. Hubungannya dengan Zwingli menyebabkan Grebel bergaul dengan tokoh-tokoh Humanis di Swiss. Pada Februari 1522 ia menikah dengan wanita yang lebih rendah derajatnya. Ayahnya tidak menyutujui pernikahan itu sehingga hubungan bapak dan anak merenggang. Pada tahun yang sama, Greber berselih dengan Zwingli.
Menurut Zwingli, keputusan tentang penghapusan dari dalam Gereja dan perayaan Ekaristi diserahkan kepada dewan kota. Tetapi menurut Grebel hal itu tidak perlu dilakukan karena yang berkuasa bukanlah dewan kota melainkan Alkitab. Grebel dan kawan-kawannya tidak puas dengan reformasi yang sangat lamban yang dijalankan Zwingli. Grebel dan kawan-kawannya menyerahkan konsep pembaharuan Gereja kepada Zwingli. Mereka menyatakan perlu dibentuk Gereja yang organisasnya sama sekali baru, yaitu gereja orang-orang beriman yang berdasarkan Injil dan Firman Allah. Grebe dan kawan-kawan tidak puas dengan skip Zwingli. Pada Desember 1524 Grebel berdebat dengan Zwingli tentang baptisan anak karena ada dasarnya di dalam Alkitab.[14] Pada tanggal 21 Januari 1525 kelompok kecil yang dipimpin Grebel itu berkumpul mengadakan penelaahan Alkitab. Seorang pesertanya bernama Cajacob (George Blaurock), meminta agar Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya, yaitu yang sesuai dengan amanat Alkitab, karena dalam perkumpulan mereka itu tidak hadir seorang pun pejabat gereja yang ditahbis.[15] Grebel memenuhi permintaan itu Grebel dibaptis oleh George Cajacob, kemudian George dibaptis oleh Grebel. George dan Grebel membaptis yang lainnya.[16] Pristiwa ini mengundang pemerintah dan gereja resmi di Zurich untuk semakin memperkeras penghambatan atas kelompok yang mereka juluki Anadaptis ini.[17]
2.3.5. Hubmaier Balthasar
Hubmaier dilahirkan di Freidburg, dekat Augusburg pada tahun 1481. Ia belajar Teologi di bawah bimbingan Dr. Johann Eck dari Friedburg dan Ingolstadt. Kemudian ia menjadi imam katedral Regenburg dan dikenal sebagai pengkhotbah yang terkemuka. Hubmaier kemudian menjadi Imam di Wahlshut. Waktu menjadi imam disini, ia mengadakan perkunjungan kepada Erasmus di Basel dan kepada Zwingli di Zurich. Sekembalinya dari Swiss, Hubmaier mempropagandakan ajaran Reformasi. Oleh karena itu Hubmaier diusir dari Walshut dan ia berlindung di Convent di Schaffhausen. Hubmaier dalam perdebatan tentang perjamuan kudus pada tahun 1523 membela ajaran-ajaran Zwingli. Namun, kemudian ia meninggalkan Zwingli dan beralih pada golongan Anabaptis. Pokok perceraiannya dengan Zwingli adalah soal baptisan anak. Ia berpendapat bahwa mengadakan pembahatuan gereja, namun tidak sempurna. Pembaharuan yang mereka laksanakan hanya setengah jalan.[18]
Hubmaier bergabung dengan golongan Anabaptis di Zurich dengan Thomas Muenzer. Hubmaier juga ikut dalam pemberontakan petani, namun karena kegagalan pemberontakan tersebut membuat ia melarikan diri ke Moravia. Pada tahun 1528 raja Louis dari Hongaria meninggal, lalu Moravia jatuh ketangan Raja Ferdinand dari Austria. Hubmaier segera ditangkap dan dipenjarakan bersama istrinya dengan tuduhan terlibat dalam pemberontakan peani dan golongan anarkis. Hubmaier dijatuhi hukuman mati dengan jalan dibakar. Hukuman itu dijalaninya pada tanggal 10 Maret 1528 tanpa takut sedikitpun. Istrinya tiga hari kemudian ditenggelamkan di Danau Danube.[19]
2.4. Dua Belas Artikel Kaum Petani Jerman
1. Hak untuk memilih dan melengserkan pendeta mereka sendiri.
2. Bahwa persepuluhan biji-bijian digunakan untuk remunerasi pendeta dan bantuan masyarakatmiskin dalam sebanyak itu diperintahkan dalam kitab suci, dan bahwa persepuluhan pada ternak, penemuan manusia akan ditarik.
3. Melepaskan dari perhambaan, karena manusia bebas sebagai orang Kristen.
4. Hak istimewa berburu dan memancing di lahan tersebut yang tidak sah milik tuan.
5. Kepemilikan komunal hutan sehingga masyarakat miskin dapat mengumpulkan kayu bakar dan memiliki akses ke kayu.
6. Bantuan dari layanan berlebihan menuntut petani.
7. Pembayaran untuk layanan sebelumnya tidak disepakati oleh para kaum bangsawan dan petani.
8. Ganti rugi sewa berlebihan sehingga petani dapat menuai kembali dari pekerjaan mereka.
9. Penghakiman menurut hukum tua, tidak sesuai dengan undang-undang yang diberlakukan.
10. Kembalinya padang rumput dan ladang komunal kepada masyarakat, dengan penggantian kepada merekayang mungkin telah membeli tanah tersebut.
11. Penghapusan Todfall maupun kematian pajak (Heriot) yang menempatkan beban yang tidak beralasan pada janda dan anak yatim.
12. Hak dimasa depan untuk hadir atau menarik tuntutan sesuai dengan kitab suci[20]
2.5.Aliran dan Ajaran Yang Berkembang pada Reformasi Radikal
2.5.1. Aliran Anabaptis
Salah satu golongan Reformasi Radikal muncul di Swiss pada tahun 1525, di kota Zurich. Disana lahir golongan yang disebut gerakan Anabaptisme. Nama ini diberikan kepada gerakan ini, kerena ciri yang paling menonjol adalah bahwa mereka membaptis orang-orang dewasa.[21] Kata Anabaptis berasal dari bahasa Yunani.[22] Dari kata ana dan babtizo yang berarti, “membaptiskan kembali”.[23] Nama Anabaptis ini diberikan kepada gerakan yang terjadi di Swiss karena memiliki ciri yang menonjol bahwa mereka membaptis orang-orang dewasa.[24]
Pada tanggal 21 Januari 1525 kelompok kecil yang dipimpin oleh Grebel itu berkumpul mengadakan penelaahan Alkitab. Di tengah keasyikan itu, seorang pesertanya, Georg Cajacob (George Blaurock), meminta agar Grebel melayankan baptisan yang benar atas dirinya, yaitu yang sesuai dengan amanat Alkitab, karena dalam perkumpulan mereka itu tidak hadir seorang pejabat gereja yang ditahbis. Grebel akhirnya memenuhi permintaan itu, dan juga melayankan baptisan atas orang-orang lain dalam kumpulan itu, yang juga memintanya. Peristiwa itu oleh kalangan Mennonit dipahami sebagai hari lahirnya Anabaptisme, bahkan lahirnya reformasi sejati.
Peristiwa 21 Januari 1525 itu mengundang pemerintahan dan gereja resmi di Zurich untuk semakin memperkeras penghambatan atas kelompok yang mereka juluki Anadaptis (Pembaptisan ulang) ini. Kelompok ini sendiri sebenarnya lebih suka disebut Persaudaraan (Brethren). Di tengah suasana penghambatan itu ke dalam kelompok mereka kemudian bergabunglah seorang doctor teologi, Balthasar Hubmaier, yang kemudian banyak berperan sebagai perumus pandangan kaum Anabaptis. Sebelumnya Hubmaier adalah kawan dekat Zwingli, tetapi mereka berbeda pandangan tentang baptisan. Menurut Hubmaier, nama Anabaptis sebenarnya tidak cocok dikenakan kepada mereka, sebab mereka tidak pernah mengajarkan baptisan ulang. Yang mereka ajarkan adalah baptisan menurut Alkitab. Kalaupun kemudian ada yang di minta baptis, menurut mereka hal itu bukanlah baptisan ulang; sebab baptisan anak yang mereka terima dari GKR bukanlah baptisan yang alkitabiah, kerena itu tidak sah.[25]
Para Anabaptis ingin berbuat lebih banyak daripada hanya mereformasi Gereja, mereka ingin kembali pada keadaan yang digambarkan di dalam Alkitab. Bukannya suatu lembaga yang berkuasa, mereka menginginkan persekutuan, sebuah keluarga beriman, yang diciptakan Allah, yang bekerja dalam hati manusia.
Para Anabaptis menyarankan perpisahan Gereja dan negara, karena mereka melihat Gereja sabagai sesuatu yang berbeda dari masyarakat umum, bahkan masyarakat “Kristen”. Mereka tidak ingin kekuasaan politik memaksa nurani orang percaya.
Mereka juga tidak senang dengan birokrasi gereja. Sebagai orang-orang yang pertama mempraktikkan demokrasi dalam gereja, mereka percaya bahwa Allah berbicara bukan saja melalui para uskup dan konsili-konsili, tetapi melalui jemaat-jemaat juga.[26]
Dalam kalangan Anabaptis terdapat beberapa kelompok, seperti:
1. Kelompok yang dipimpin oleh Thomas Munzer dan nabi-nabi dari Zwickau yang muncul di Wittenberg pada tahun 1521. Thomas Munzer menjadi pemimpin pemberontakan petani tahun 1525 dan ia terbunuh dalam pemberontakan tersebut. Kelompok ini menyampaikan ajaran Terang Batiniah. Ajaran ini kemudian muncul kembali dalam golongan quaker.
2. Persaudaraan Swiss. Kelompok ini di pimpin oleh Hans Denck (1495-1527) dan Balthasar Hubmaier (1485-1528) dan berkembang di Swiss seta Jerman Selatan bagian barat. Mereka mengajarkan bahwa Baptisan orang percaya merupakan dasar persekutuan jemaat. Bekerja pada lembaga pemerintah ditolak, sementara kekerasan pun dilarang.
3. Persaudaraan Hutterian (golongan Hutterit). Kelompok ini dipimpin oleh Yakob Hutter mereka sangat menekankan hak milik bersama. Kelompok ini berkembang di Moravia dan kemudian di Amerika Serikat.
4. Golongan Melkhiorit (hoffmanit). Golongan ini dipimpin oleh Melkhior Hoffman. Mereka menekankan bahwa kristus akan segera kembali dan kedatangan Kristus tersebut akan segera terjadi. Kerajaan Allah akan didirikan di atas bumi dan Tuhan Allah akan menghukum orang-orang berdosa.
5. Kelompok Anadaptis yang mengungsi ke Munster. Kelompok ini berusaha untuk mendirikan kerajaan orang-orang suci dibawah pimpinan yan Bockelson.
6. Kelompok Menonit. Kelompok ini dipimpin oleh Menno Somons di Belanda. Mereka menolak kekerasan, simpah dan bekerja sebagai pegawai negeri.[27]
2.5.2. Ajaran Yang Berkembang
Adapun ajaran yang berkembang pada masa Reformasi Radikal adalah:
1. Baptisan
Baptisan menurut ajaran Calvin yaitu menyelamkan orang kedalam air tidak perlu. Cara yang paling tepat adalah dengan mencurahkan atau memercikkan air atas orang itu. Dan anak-anak juga berhak untuk dibaptis. Sedangkan menurut kaum anabaptis, baptisan adalah orang yang sudah bertobat dan dibaptis mampu memahami dan menyatakan imannya.[28] Baptisan dilakukan didalam nama Allah Tritunggal Bapa, Putra dan Roh Kudus. Selain melambangkan kasih karunia Allah yang menganugerahkan kelahiran kembali serta hidup baru, baptisan juga melmbangkan iman dan kekuatan kepada Kristus.[29]
2. Larangan Bersumpah
Larangan ini didasarkan pada amanat Kristus pada Nats Alkitab dibawah.
a. Matius 5:33-37
“Kamu telah mendengar pula yang telah difirmankan kepada nenek moyang kita. Jangan bersumpah palsu. Melainkan peganglah sumpahmu didepan Tuhan. Tetapi aku berkata kepadamu jangan sesekali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah tahta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja besar, janganlah engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan dan menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya hendaklah kamu katakana ya, jika tidak hendaklah kamu katakana tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.”
b. Matius 23:16-21
“Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata. Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah, tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih pantas, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi Mezbah, sumpah itu tidak sah tetapi bersumpah demi persahabatan yang ada diatasnya, sumpah itu mengikat. Hai orang-orang buta, apakah lebih penting persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahanmu itu?. Kerena itu barang siapa bersumpah demi mesbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak diatasnya. Dan barang siapa bersumpah demi bait suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam disitu”
c. Yakobus 5:12
“Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga, maupun demi sesuatu yang lain. Jika ya hendaklah katakana ya, jika tidak hendaklah kamu katakana tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.”
Ini sejalan dengan larangan seseorang secara hukum atau menyeretnya kedepan pengnadilan atau memenjarakannya (band 1 kor 6:1-7). Karena itu kalau kaum mennonit diminta untuk bersumpah, yang boleh ia lakukan adalah afirmasi (mengiakan atau membenarkan).
3. Penetapan-penetapan (Ordinances) di Dalam Perjanjian Baru
Kaum mennonit tidak mengunakan istilah sakramen, melainkan penetapan. Salah satu alasannya adalah sesuai dengan semboya Imamat dan orang percaya, bukan hanya pendeta berhak melayangkan upacara-upacara gerejawi, melainkan juga wargaa jemaat. Alasan lain adalah istilah sakramen tidak terdapat didalam Alkitab dan berasal dari perbendaharaan bahasa sehari-hari yang artinya bisa lebih atau lain dari yang dimaksudkan Gereja.[30]
4. Alkitab
Alkitab merupakan firman Allah yang diwahyukan. Satu-satunya sumber ajaran yang benar, pedoman iman dan perilaku, dan otoritas tertinggi untuk menentukan kebenaran agamawi.[31] Alkitab sebagai sumber dan pemilik kewibawaan tertinggi, serta menggunakan Alkitab bukan terutama untuk membangun suatu system teologi, melainkan untuk membebaskan manusia dari dosa. Dalam pengertan ini mereka menganut system yang “praktis” terhadap Alkitab, yang membuat berfungsi di dalam keselamatan dan penyucian manusia, ketimbang meletakkan banyak tekanan atas system pemikiran atau masuk kedalam masalah-masalah teologi yang spekulatif. Dengan kata lain: Alkitab terutama digunakan untuk memberitakan Injil keselamatan dan mengajak pendengarnya kepada pertobatan dan hidup baru, seraya menenangkan jiwa-jiwa mereka bagi Kristus.[32]
5. Gereja
Gereja dipahami sebagai persekutuan dari pribadi-pribadi yang telah diselamatkan Allah melalui pengorbanan dan penebusan Kristus. Orang atau jiwa yang telah dilahirkan kembali dan sudah dibaptis dengan cara diselam, merekalah yang layak menjadi anggota gerja. Didalam gereja boleh ada berbagai jabatan Negara, tetapi semua jabatan termasuk tata cara pemilihan, pengangkatan dan penahbisan, harus berpedoman dan mengacu kepada Alkitab.[33]
2.6.Pengakuan Iman Schleiteim
Pengakuan Iman Schleiteim, kurang lebih antara lain:
1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih menjadi Kristen.Pembatisan adalah diberikan kepada mereka yang telah belajar untuk bertobat dan memperbaiki hidupnya. Merka yang sungguh-sungguh percaya dosanya sudah ditanggung oleh Kristus, meraka yang hidup di dalam kebangkitan Kristus dan mau dikuburkan di dengan Dia dalam kematian-Nya. Agar mereka boleh bangkit bersama Dia, dan juga bagi mereka yang oleh karena makna ini memohon agar mereka sendiri dibaptis, ini meniadakan semua baptisan anak, tindakan Paus yang paling dibenci. Dasar kesaksian serta sikap ini diperoleh dari rasul-rasul.(Mat 28, Mark 16, Kis 2, 8, 16, 19).
2. Orang-orang yang sudah dibaptis tetapi masih berbuat dosa lagi dan tidak mau mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan.
3. Upacara memecahkan roti dan perjamuan persekutuan untuk memperingati Yesus Kristus dan hanya murid yang sudah di baptis boleh berpartisipasi.
4. Orang yang percaya harus memisahkan diri dari dunia yang jahat ini, termasuk dari gerja-gerja Katolik Roma maupun Protestan.
5. Gembala-gembala dipilih dari antara laki-laki yang memiliki nama baik di dunia ini. Gaji mereka harus dijamin kawannya.
6. Pedang (Jabatan Pemerintah) diperintahkan oleh Allah untuk dipakai pejabat duniawi untuk menghukum orang jahat. Di gereja satu-satunya senjata yang dipakai adalah ekskomunikasi Yesus Kristus melarang penggunaan kekerasan. Oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima menjadi pejabat.
7. Bagi orang Kristen bersumpah itu adalah salah.[34]
2.7.Dampak Reformasi Radikal Bagi Gereja dan Dunia
Reformasi radikal ini membawa dampak dalam perkembangannya, antar lain.
1. Mampu menyerang gereja katolik roma (GKR)
Para orang radikal mampu menyerang GKR dan menjadikan masyarakat menengah kebawah sebagai pemberontak terhadap GKR. Mereka tidak mau membayar pajak sehingga GKR menjadi lemah disudut ekonomi. Dan para bangsawan kehilangan penghasilannya, kelompok ini juga menyerang kelompok reformator dengan tambahan wawasan teologi munzer mengenai umat pilihan yang artinya sebagai umat pilihan Allah harus mengosongkan diri, supaya tempat yang kosong dapat diisi dengan Roh Kudus.
2. Disenangi masyarakat kebawah
Disenangi karena masyarakat menengah kebawah ingin mendapatkan keadilan dalam situasi sosial dan ekonomi, yaitu kebebasan dari kewajiban-kewajiban membayar pajak. Mereka ingin agar ada perbedaan antara orang kaya dengan orang yang miskin. Dengan mellihat keadilan ini masyarakat menengah kebawah banyak yang ikut menjadi anggota reformasi radikal. Untuk membentuk gereja yang terpisah dari Negara dan hidup suci didalam kelompok radikal yang menggunakan kebebasan.
3. Mudah berkembang dan menyebar keseluruh dunia
Kelompok ini mudah berkembang karena hidup didalam kelompok-kelompok yang dapat memengaruhi setiap hidup masyarakat biasa dengan menekankan yang sempurna. Sehigga reformasi radikal mudah berkembang di Strassbuurg, Jerman, Zurich dan Schleitheim (swiss), Moravia, belanda, italia.[35]
4. Para pengkhotbah aliran Protestan sering terganggu diakibatkan gangguan orang-orang anabaptis sehingga menjadi kericuan.
5. Timbulnya dan meluasnya gerakan orang-orang yang membunuh aliran anabaptis karena aliran mereka menerima peristiwa-peristiwa poligami dan pengakuan bahwa mereka menerima wahyu dari Allah, sehingga orang proteestan tidak terima dengan hal ini.[36]
6. Meskipun reformasi radikal muncul di swiss dan jerman, namun keasaan ini juga membawa dampak terhadap tempat lain, seperti Belanda, gerakan ini menunjukkan serta menampilkan sedikit saja teolog yang ada, serta timbulnya aliran baru.[37]
III. Kesimpulan
Reformasi Radikal adalah gerakan yang mucul di Eropa pada abad ke-16 yang berusaha melakukan pembaharuan gereja secara radikal. Mereka menilai upaya pembaruan yang dilakukan oleh para reformator Gereja (Luther, Calvin, Zwingli) terlalu lamban. Reformasi radikal adalah paham dan gerakan yang menghendaki agar upaya reformasi tidak hanya bersifat modifikasi terhadap aspek-aspek tertentu dalam kehidupan bergereja. Gerakan yang dilakukan oleh sejumlah tokoh reformasi radikal adalah juga untuk membela kaum yang miskin atau masayarakat yang miskin, oleh karena itu muncul gerakan dimana untuk memberikan hak terhadap tanah masyarakat dan menentang pemerintahan dan gereja yang semena-mena terhadap kekuasaan. Bisa dikatakan bahwa gerakan reformasi radikal muncul dalam hal untuk membela kaum menengah kebawah atau orang miskin dan juga dalam pemahaman Alkitab.
IV. Daftar Pustaka
Aritonang Jan S., Berbagai Aliran Didalam dan Diluar Gereja, BPK:Gunung Mulia,2008
Aritonang Jan Sihar, Dasar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Aritonang Jan Sihar, Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Curtis A. Kenneth, C. Stephen Lang, Randy Patersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016
End Thomas Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: Gunung Mulia, 2015
End Van Den, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisne, Jakarta:BPK Gunung Mulia
Jonge C. De & Jan. S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995
Jonge De dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 1989
Lane Tony, Runtut Pijar: tokoh dan pemikiran Kristen dari masa ke masa, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016
McGrath Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016
Wallem F. D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2011
Wallem F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2003
V. Sumber Lain
Tambahan Penjelasan Dosen: Berthalyna Tarigan M.Th
http:/translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://personal.linkline.com/rwreed/revol.htm
[1] Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 60
[2] F. D. Wallem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 239
[3] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 175
[4] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,173-174
[5] A. Kenneth Curtis, C. Stephen Lang, Randy Patersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 79.
[6] A. Kenneth Curtis, C. Stephen Lang, Randy Patersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, 79
[7] Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 12
[8] Tambahan Penjelasan Dosen: Berthalyna Tarigan M.Th.
[9] F.D. Wallem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja , (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 140
[10] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia, 2015), 174
[11] F.D. Wallem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja , (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 140
[12] F.D. Wallem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja , 54-55
[13] Tony Lane, Runtut Pijar: tokoh dan pemikiran Kristen dari masa ke masa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 162-163.
[14] F.D. Wallem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 87
[15] Jan Sinar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 63
[16] F.D. Wallem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 87
[17] Jan Sinar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 64
[18] F. D. Wallem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 97
[19] F.D. Wallem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 98
[20] http:/translate.google.co.id/ translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://personal.linkline.com/rwreed/revol.htm, diakses pada Minggu 27 setember 2020, pukul 20.30 WIB
[21] De Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), 37-38
[22] F. D. Wallem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 16
[23] Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 12
[24] C. De Jonge & Jan. S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 38
[25] Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 63-64
[26] A. Kenneth Curtis, C. Stephen Lang, Randy Patersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 79.
[27] F. D. Wallem, Kamus Sejarah Gereja, 16-17.
[28] Van Den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisne, (Jakarta:BPK Gunung Mulia), 133-134
[29] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Didalam dan Diluar Gereja, (BPK:Gunung Mulia,2008) 140-141
[30] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Didalam dan Diluar Gereja,(Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008),145-145
[31] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Didalam dan Diluar Gereja, (BPK:Gunung Mulia,2008), 172
[32] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Didalam dan Diluar Gereja,(Jakarta:BPK Gunung Mulia,2008),120
[33] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Didalam dan Diluar Gereja,(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2008), 140
[34] Aritonang, Jan Sihar, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media,2007),65-66
[35] Jan Sihar Aritonang, Dasar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 62-63
[36] A. Kenneth Curtis, C. Stephen Lang, Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 79
[37] Alster E. McGrarth, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 12