Minggu, 7 Nopember 2021 (23 Dung Trinitatis)
Evangelium : Psalmen 146:1-10
MENGASIHI BUMI DAN SEGALA ISINYA
Dalam nats khotbah ini, pemazmur mau mengajarkan kepada kita siapa yang benar-benar sanggup menolong kita menghadapi segala bentuk tantangan kehidupan, menjaga kita dari segala ancaman dan marabahaya, membebaskan orang-orang dari segala bentuk ketertindasan. Pada pasal ini pemazmur adalah Raja Daud yaitu seorang raja yang bijaksana dan kuat secara politis. Daud sendiri adalah raja yang hebat yang namanya dikenang turun temurun di kalangan bangsa Israel bahkan di kalangan bangsa asing sekalipun. Bahkan hingga hari ini nama Daud tetap dikenang karena kebijaksanaannya dan kerajaan yang kuat yang dibangunnya ketika ia menjadi raja. Bukan berarti karena Daud adalah sosok yang hebat maka dia tidak memiliki pergumulan atau tantangan. Banyak tantangan yang dia hadapi selama hidupnya. Akan tetapi adakah Daud menyombongkan diri dengan mengisyaratkan bahwa dia adalah orang hebat dan bijaksana? Tentu tidak. Daud selalu mengaku mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Bukan seperti ketika raja Hosea bin Ela menjadi raja di Israel Utara (Samaria), Raja Hosea menjadikan Raja So (Raja Mesir) tempat pengaduannya dan pargantungan keselamatannya, sehingga yang terjadi Raja Salmaneser (Asyur) meruntuhkan Kerajaan Israel Utara (Samaria) pada sekitaran tahun 722 SM dan lenyap untuk selama-lamanya (bnd. 2 Raja-raja pasal 17). Daud mengajarkan kepada kita bahwa sehebat apapun kita atau mungkin selemah apapun kita, bijaklah memilih kepada siapa kita harus mengadu dan meminta pertolongan. Adakah dari antara kita yang hidup di zaman sekarang ini merasa lebih hebat atau lebih bijaksana dari Daud yang tidak membutuhkan pertolongan Tuhan?
Pada nats ini (ayat 3), Daud mengajarkan kepada kita agar supaya jangan mempercayakan hidup kita kepada siapapun, apakah itu kaum bangsawan, para pejabat tinggi, para pengusaha, ataupun orang-orang terkaya sekalipun. Tetapi sebaliknya justru mereka para kaum bangsawanlah yang harus tunduk dan takut akan Tuhan. Begitu juga kaum awam yang bukan bangsawan seluruhnya harus tunduk kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan hanya satu-satunya tempat pengaduan dan pertolongan kita. Pada ayat 4 juga dipertegas oleh Daud bahwa kaum dari manapun tidak akan ada yang bisa memberi jaminan keselamatan nyawa kita. Ketika nyawa kita telah melayang, tidak akan ada satu orang pun di dunia ini menjamin nyawa kita bisa kembali. Karena ketika nyawa kita melayang, ia akan kembali ke tanah untuk selama-lamanya. Jika kita menggantungkan hidup kita, menggantungkan keselamatan jabatan kita, menggantungkan keselamatan posisi atau pekerjaan kita, atau bahkan mengggantungkan keselamatan nyawa kita kepada seseorang, ketika itu juga kita telah salah memilih tempat pengaduan dan sandaran hidup kita dan telah salah di hadapan Tuhan karena telah melupakan Dia. Mengapa kita menyandarkan hidup kita pada orang-orang sementara mereka sendiri tidak bisa menjamin keselamatan hidup atau nyawanya sendiri? Mereka pun butuh pertolongan dan lindungan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang tua atau yang muda yang bisa menjamin bahwa dia masih hidup 5 tahun lagi atau 10 tahun lagi atauu 20 tahun lagi. Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin bahwa ia tidak akan mengalami penyakit dalam seminggu ke depan atau satu bulan atau setahun apalagi 10 tahun ke depan. Tidak ada pula orang yang akan bisa menjamin bahwa ia bebas dari segala marabahaya seperti bencana alam, kecelakaan di jalan, atau jatuh dari tangga atau apapun itu. Anak-anakmu, cucu-cumu, kasihanilah mereka dengan menyerahkan mereka di dalam pelindungan Tuhan. Bumi dan seluruh isinya butuh pertolongan Tuhan. Berbahagialah orang yang berharap hanya pada Tuhan, Allah Yakub.
Pada ayat 6 sampai 10, Daud juga mengajarkan bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Setia. Dia berbelas kasihan kepada orang-orang lemah, kepada orang-orang yang mengalami pergumulan hidup, kepada orang-orang yang mengalami penderitaan, kepada orang-orang yang benar-benar butuh pertolongan. Dia tetap setia untuk selama-lamanya. Sekalipun kita tidak setia kepadaNya, Dia tetap setia kepada kita. Janganlah kiranya kita ragu dan takut untuk kembali lagi kepadaNya. Dia tidak menghendaki kematian kita oleh karena kesalahan kita di masa yang lampau. Kapan pun kita kembali padaNya, Ia akan tetap membukakan pintu bagi kita. Jangan kita menyamakan Dia dengan manusia, kesalahan besar pun yang kita lakukan di masa lalu akan Dia lupakan asal kita datang kepadanya memohon ampun dan berjanji untuk menyerahkan diri kita kepadaNya. Tetapi jangan pernah sedikit pun meragukan Dia dan kuasaNya. Tidak ada yang mustahil Tuhan. Segala sesuatu yang ada di bumi adalah ciptaanNya dan di bawah kuasaNya. Burung-burung di udara, ikan-ikan di laut, semuanya diberi makan olehNya. Ketika kondisi ekonomi separah apapun, janganlah kita berbuat salah dengan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang. Janganlah menipu atau berbohong, atau mengambil yang bukan milik kita, tetapi sabarlah menanti hingga Tuhan datang memberi pertolongan. Janganlah pula menjilat seorang bos, apakah itu di perkantoran, atau di perusahaan manapun, atau tetapi tetaplah berbicara benar dan bertingkah benar karena Tuhan akan menjaga orang-orang yang dikasihiNya. “Seorang Raja bisa memerintahkan kesatria untuk membunuh, seorang bos bisa memerintahkan anggota untuk mencuri, seorang teman bisa mengajakmu untuk berbohong, tetapi ketika di hadapan Tuhan, jiwamu adalah tanggungjawabmu. Ketika di hadapan Tuhan kamu tidak bisa berkata kamu disuruh orang atau diperintah orang. Ketika di hadapan Tuhan kamu tidak bisa berkata kamu melakukan kejahatan karena situasi hidup yang susah atau parah. Jadilah jujur dan benar agar dikasihi Tuhan” (Ridley Scott)
Ketika datang tantangan, disitu jugalah iman kita teruji, apakah kita mengadu kepada orang atau mengadu kepada Tuhan. Janganlah kita mengadu kepada siapapun yang tidak akan bisa memberi keselamatan atau jaminan hidup kita. Hanya padaNyalah kita mengadu. Amin.
Post a Comment