wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

PAK dan Gender, Ekologi

PAK dan Gender, Ekologi







I. Pendahuluan

Pendidikan Agama Kristen dilakukan dengan cara mengajar, mendidik, membimbing dan memperkenalkan dengan Alkibat dengan tujuan memberikan nilai atau mutu suatu proses yang melibatkan aspek hidup manusia dalam memahami karya Allah. Gender merupakan hal yang digunakan dalam kaitannya dengan peranan sosial, baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan ekologi adalah interaksi antara makhluk hidup dan makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada kali ini, kami akam memaparan lebih jelas mengenai hubungan PAK dan gender, dan juga PAK dan ekologi.

II. Pembahasan

2.1. Pengertian PAK

Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengajar, mendidik, membimbing serta memperkenalkan Alkitab dengan tujuan agar murid dapat percaya serta menerima anugerah. Selanjutnya mereka dapat melihat hakekat Allah yang sempurna seperti Allah melalui proses kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran PAK itu berarti suatu nilai atau mutu suatu proses yang melibatkan semua aspek hidup manusia dalam memahami karya Allah[1].

Pendidikan (atau pengajaran) Kristen biasanya dipergunakan untuk pengajaran di sekolah-sekolah Kristen, baik di sekolah-sekolah rakyat, maupun di sekolah-sekolah lanjutan, yang masih dijalankan oleh gereja atau organisasi (perhimpunan) Kristen. Jadi, nama ini menunjuk kepada pengajaran biasa, tetapi yang diberikan dalam suasana Kristen.[2]



2.2. Tujuan PAK

Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk memampukan orang-orang Kristen, yakni hidup sesuai iman Kristen. Ini kelihatannya menjadi tujuan pendidikan agama Kristen sejak komunitas Kristen pertama mulai mendidik. Apa yang sebenarnya diharapkan dari seorang Kristen dan bagaimana gaya hidup yang demikian dipromosikan telah mengambil ekspresi-ekspresi yang berbeda pada waktu berbeda. Akan tetapi, iman Kristen yang hidup kelihatannya telah menjadi tujuan pendidikan agama Kristen sejak orang-orang Kristen pertama merespons perintah Yesus, “Karena itu pergilah, ajarlah....”. Tujuan utama kita sebagai para pendidik agama Kristen adalah untuk menuntun orang-orang menuju ke Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. [3]



2.3. Pengertian Gender

Secara etimologis, gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Didalam Women Studies Enyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalis dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.[4]

Gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat kepada dan membedakan maskulinitasdan femininitas. Karakeristik tersebut dapat mencakup jenis kelamin (laki-laki, perempuan, atau interseks), hal yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin (struktur sosial sepeti peran gender), atau identitas gender. Orang-orang yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai pria atau wanita umumnya dikelompokkan ke dalam masyarakat nonbiner atau genderqueer. Beberapa kebudayaan memiliki peran gender spesifik yang berbeda dari "pria" dan "wanita" yang secara kolektif disebut sebagai gender ketiga seperti golongan Bissu di masyarakat Bugis di Sulawesi dan orang hijra di Asia Selatan.[5]

Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala ( kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia laki-laki dan perempuan selamanya. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat.

Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang konstruksi secara sosial maupun cultural misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah-lembut, keibuan, sementara itu juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tapi pada zaman yang lain dan di tempat yang berbeda laki-laki yang lebih kuat.

Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, di antaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.[6]

Gender adalah seperangkat peran yang menyampaikan kepada orang bahwa kita adalah feminine atau maskulin. Perangkat perilaku ini mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, tanggung jawab, dan sebagainya, yang secara bersama-sama memoles peran “gender” kita. Salah satu hal yang paling menarik mengenai peran gender adalah bahwa peran-peran ini dapat berubah seiring waktu yang berbeda antara satu kultur dengan kultur lainnya. Peran itu amat dipengaruhi oleh kelas sosial, usia, dan latar belakang etnis. Jadi, gender bukanlah definisi permanen tentang cara “alami” bagi perempuan dan laki-laki untuk berperilaku.[7] Jadi, dapat disimpulkan perbedaan antara seks dengan gender, yaitu seks digunakan untuk menunjuk pembedaan biologis, dan gender digunakan dalam kaitannya dengan peranan sosial, baik laki-laki maupun perempuan.[8]

2.3.1. Pengertian Gender menurut Tokoh-tokoh

a. Oakley

Gender adalah perbedaan perilaku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan manusia melalui proses sosial & kultural yang panjang.

b. Caplan

Gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang tidak sekedar biologi, namun melalui proses sosial & kultural yang berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat dan bahkan dari kelas ke kelas.[9]

2.3.2. Apa itu Kesetaraan Gender?

Dalam beberapa dokumen resmi pemerintah, dikatakan bahwa kesetaraan dalam bahasa Inggris adalah equality, sedangkan dalam dokumen lainnya equality diterjemahkan dengan persamaan. Oleh karena itu, disini dikutip beberapa catatan dalam beberapa kamus sebagai berikut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1988) :

Setara =

1. Sejajar (sama tingginya dan sebagainya)

2. Sama tingkatnya (kedudukannya dan sebagainya)

3. Sepadan, seimbang (tenaga yang dikeluarkan dengan hasilnya). [10]

Dengan demikian, kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi, atau tidak lebih rendah antara satu dengan yang lain.[11] Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dari tinggi derajatnya dibandingkan mahluk lain.[12]

2.3.3. Bentuk Kesetaraan Gender

1. Perempuan Sebagai Mitra Laki-laki

Kemitraan yang berasal dari kata mitra yang artinya rekan, teman, kemitraan yang dekati antara laki-laki dan perempuan adalah mitra didalam Yesus Kristus, sebab tidak ada mitra yang tidak setara. Didalam pengertian melampaui hubungan antara atasan dan bawahan itulah kemitraan laki-laki dan perempuan dalam Kristus dihadirkan untuk dapat bersama-sama memberitakan injil di dunia ini. Perbedaan tetap ada tetapi perbedaan itu harus dihargai dan diakui. Dalam narasi penciptaan (kej. 1:26-28) laki-laki dan perempuan adalah gambaran Allah.[13]

2. Perempuan dan Laki-laki Bermartabat Sama

Meskipun pada dasarnya ada perbedaan tetapi perbedaan itu adalah sebagai sarana untuk melihat kesatuannya. Homes mengatakan jika ingin memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena keduanya memiliki derajat yang sama dan merupakan satu kesatuan yang sama yang tidak terpisahkan.[14] Martabat atau hak perempuan dan laki-laki seharusnya sama karena semua individu diciptakan sama oleh Tuhan dan telah menganugerahkan hak asasikepada manusia, dan tidak dapat di cabut oleh siapapun juga[15]

2.3.4. Bentuk Ketidakadilan Gender

Sangat penting untuk perempuan mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan Gender sebab akan sulit untuk menentukan persamaan dan keseimbangan tanpa mengenali ketidakadilan Gender yang terjadi disekitar kita. Kondisi seperti apa yang dapat dikatakan tidak adil Gender?

Ketidakadilan Gender terjadi manakala seseorang diperlakukan berbeda (tidak adil) berdasarkan alasan Gender. Misalnya seorang perempuan yang ditolak kerja sebagai supir bis karena supir dianggap bukan pekerjaan untuk perempuan, atau seorang laki-laki yang tidak bisa menjadi guru TK karena dianggap tidak bisa berlemah lembut dan tidak bisa mengurus anak-anak kecil. Ketidakadilan Gender bisa terjadi pada perempuan maupun laki-laki. Namun pada kebanyakan kasus, ketidakadilan Gender lebih banyak terjadi pada perempuan. Itulah juga sebabnya masalah-masalah yang berkaitan dengan Gender sering diidentikkan dengan masalah kaum perempuan.[16]

Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan Gender.Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di Negara berkembang seperti penggusuran dari kampung halaman, dan eksploitasi. Namun pemiskinan atas perempuan maupun laki-laki yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti internsifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki.

· Subordinasi

Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari laki-laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama maupun dalam aturan birokrasi yang meletakkan kaum perempuan sebagai subordinasi dari kaum laki-laki.Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan dalam kehidupan. Sebagai contoh apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar, atau hendak berpergian ke luar negeri harus mendapat izin suami, tetapi kalau suami yang akan pergi tidak perlu izin dari istri.

· Pandangan Stereotipe

Stereotipe dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan),Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.

· Kekerasan

Berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan, muncul dalam bebagai bentuk. Kata kekerasan merupakan terjemahkan dari violence, artinya suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang.Oleh karena itu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti pemerkosaan, pemukulan dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik, seperti pelecehan seksual sehingga secara emosional terusik.[17]

2.3.5. Perspektif Teologis terhadap Gender

a) Menurut Perjanjian Lama[18]

Dalam kitab Kejadian 1dan 2, Alkitab memberi keterangan tentang perbedaan jenis kelamin itu.Dengan cara yang amat dalam dan mengagumkan di telaah dan diuraikanlah di dalam kitab Kejadian 1 dan 2 rahasia persamaan dan perbedaan jenis kelamin. Dalam Kejadian 1 diceritakan tentang penciptaan manusia laki-laki dan perempuan sebagai suatu keutuhan .Dalam Kejadian 2 perbuatan-perbuatan Tuhan diuraikan lagi menurut urutannya. Dalam Kejadian 1 ada tertulis sebagai berikut:Maka Allah Berfirman: “Baiklah kita menjadikan menurut gambar dan rupa kita (ay.26). Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”(ay.27).Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya, artinya sedemikian rupa, hingga makhluk-makhluk itu dapat bergaul dengan dia.Tuhan akan bercakap-cakap dengan anak-Nya. Tuhan akan mengikat dengan mereka suatu perjanjian dan mereka pun akan menjawab firman-Nya. Diantara Tuhan dan manusia akan selalu terdapat percakapan yang kekal. Firman dan jawab.Jawab dan Firman.Allah akan menjadi Allah-untuk-manusia dan manusia akan dipanggil menjadi manusia-untuk-Allah, sehingga Allah dan manusia hidup bersama-sama di dalam suatu perjanjian kasih-setia yang kekal. Kedua manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Mereka berdua adalah manusia.Tetapi manusia yang satu mempunyai eksistensi sebagai lelaki dan manusia yang lain mempunyai eksistensi sebagai perempuan. Dalam Kitab Kejadian 2:18-25, menguraikan tentang penciptaan jenis kelamin oleh Tuhan . Mula-mula Adam seorang diri saja di sekelilingnya terdapat tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang.Adam merasa bahwa ia sendiri saja di tengah-tengah tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang itu. Ia merasa kesepian (tiada berteman) dan sadar bahwa hal itu “tidak baik”.Kemudian berfirmanlah Tuhan: “Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia”.

b) Menurut Perjanjian Baru[19]

Didalam Perjanjian Baru, sangat ditekankan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Didalam pernikahan tidak ada hierarki atau struktur antara suami dan istri. Mereka adalah sama, setara, dan partisipatoris. Ketundukkan istri sebagaimana ditekankan dalam Efesus 5:22-24 tidak mencerminkan hubungan hierarkis dan struktural melainkan hubungan fungsional yang menjadi simbol ketaatan dan kesetiaan jemaat kepada Tuhan. Demikian pula kasih suami yang di tekankan dalam Efesus 5:25-30 menjadi simbol baru kasih (avage) Kristus terhadap jemaat.

2.3.6. Ajaran Sosial Gereja sebagai Tanggapan Gereja terhadap Masalah Gender

Gereja sunguh menyadari perubahan zaman yang juga mempengaruhi polapikir dan tindakan masayarakat pada umumnya. Perkembangan dan perubahan itu perlu dihadapi dan ditanggapi. Prinsip aggionarmento merupakan tonggak sejarah perubah arah dari ajaran gereja katolik dalam Konsili Vatikan II.Konsili ini menyesuaikan tanda-tanda zaman yang makin menuntut keterbukaan, demokrasi, bebas dari segala bentuk ketidakadilan termasuk keadilan bagi kaum perempuan, serta penghormatan terhadap setiap pribadi manusia. Gereja berusaha peka terhadap masalah-masalah sosial kemanusiaan peledakan penduduk, kemiskinan, perang, terror, kekerasan terhadap perempuan, dan semua masalah yang berujung kepada kesengsaraan dan penghinaan terhadap pribadi.[20]



2.4. Hubungan Gender dan PAK

Permasalahan gender dalam Kristen tidak terlepas dari konteks tradisi dan budaya, khususnya budaya agama Yahudi.Dalam agama Yahudi, laki-laki mempunyai posisi yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan.Dominasi ini menciptakan ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki, maka dianggap sebagai suatu kebenaran. Dalam Kejadian 2 disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia daridebu tanah. Manusia yang pertama kali diciptakan adalah Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanlah Hawa.

Kemudian disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa karena Hawa. Teks ini memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah manusia kedua. Perempuan juga dipandang sebagai sumber dosa. Gereja mengambil teks ini sebagai dasar pandangan hubungan (relasi) antara laki-laki dengan perempuan.Hubungan ini dipandang hanya berdasarkan jenis kelamin saja. Posisi sub ordinat perempuan seperti inilah yang menjadi dasar pandangan awal gereja mengenai perempuan.[21]

Setelah kita memahami pengertian PAK dan memahami beberapa bagian penting tentang gender dan masalah-masalah kesetaraan gender, maka dapat dilihat hubungan PAK dengan gender, sebagaimana pengertian PAK adalah pendidikan yang memperlengakpi setiap orang dengan sumber Iman, khususnya berkaitan dalam hal berdoa, Alkitab dan ada rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk juga masyarakat dan negara serta bertanggungjawab dalam persekutuan Kristen.

Biasanya kemunculan permasalah gender dikarenakan tafsiran yang salah dan system budaya Patriakh, oleh sebab itu PAK mendudukung pemahaman gender yang sebagaimana alkitab menegaskan bahwa tidak ada perbedaan-perbedaan yang signifikan, perbedaan-perbedaan yang dapat merugikan sebelah pihak, dengan adanya PAK membantu kita memandang dari sudut pandang Alkitab.



2.5. LGBT Dalam Perspektif Misi Gereja

1. Pengertian LGBT

LGBT adalah singkatan dari “Lesbian, gay, biseksual dan transgender. Istilah ini digunakan sejak tahun 1990-an untuk menunjukkan pada kelompok orang-orang yang secara seksual dan gender tergolong dalam yang diistilahkan itu. Dalam perkembangannya, istilah ini diperluas meliputi kelompok seksual/gender yang baru, menjadi LGBTQ: Q singkatan dari qeer, yakni yang tidak jelas identitas seksualnya. Ada juga yang menambahkan hurug I (dari intersex), sehingga menjadi LGBTQI. Orang dilahirkan sebagai laki-laki dan perempuan. Namun dalam pertumbuhannya ada normal fisiknya tetapi secara seksual tertarik pada sesama laki-laki(gay) atau sesama perempuan (lesbian). Ada beberapa orang transgender, secara fisik laki-laki tetapi psikis perempuan dan membawa diri sebagai perempuan dan sebaliknya.

Sejak akhir abad ke-20 ditemukan secara ilmiah medis ada faktor bawaan LGBT sejak lahir (nature, kodrati), yang dalam bahasa agama berarti ciptaan Tuhan. Kalangan psikiater sedunia dan di Indonesia tidak menganggap LGBT sebagai kelainan. Menurut perkembangan studi mengenai LGBT dewasa ini, faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi LGBT bisa saja berasal dari nature dan berkembang dalam nurture (kombinasi antara gen, hormonal dan pengaruh lingkungan). Dengan kata lain LGBT merupakan preferensi seksual yang bisa dibawa sejak lahir (walau bisa juga dipengaruhi lingkungan). Dalam psikologis ditemukan ada LGBT yang menerima keadaannya (sistonik) dan yang bergumul dengan kelainannya (distonik). Jenis yang kedua ini perlu pendampingan untuk dapat berdamai dengan jati dirinya.Keberadaan LGBT dalam masyarakat tradisional diterima dan mendapat tempat atau fungsinya sendiri, sebagaimana dalam beberapa masyarakat tradisional Indonesia. Dalam masyarakat modern mereka umumnya berptofesi dibidang kecantikan (salon,butik) dan kesenian, tetapi ada pula dalam profesi umum. Salah seorang pioneer pengembang komputer asal inggris, Alan Mathison Turing, adalah seorang gay.

2. Permasalahan LGBT

Secara umum LGBT dianggap masyarakat sebagai orang yang memiliki kelainan, tidak normal. Pandangan konservatif agama (terutama Kristen dan Islam) cenderung menghakimi LGBT sehingga mereka dimusuhi dan dikucilkan (diskriminasi, dimarginalisasi) dalam masyarakat sebagai pendosa. Sejak beberapa dekade terakhir muncul gerakan yang menuntut pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) kaum LGBT termasuk pengakuan atau penerimaan terhadap perkawinan sesama jenis.Gerakan ini memakai simbol pelangi. Perkawinan sejenis ini mulai diakui dan diresmikan di sejumlah negara-khususnya di Eropa dan Amerika. Perkawinan sejenis ini juga diterima dan diberkati oleh sejumlah gereja disana. Penerimaan ini menghebohkan karena dianggap menyimpang dari apa yang lazim dalam kehidupan masyarakat selama ini. Para LGBT bergumul dengan diri sendiri dan dengan penolakan keluarganya-mereka ada yang bunuh diri karena tidak menemukan solusi.

3. Perspektif Alkitab

Penolakan keras terhadap LGBT sebagai dosa biasanya merujuk pada beberapa bagian teks alkitab, alkisah penghukuman Sodom dan Gomora (Kej 19), hukum Imamat terhadap hubungan seks sesama lelaki (Im 18:22; 20:13) dan daftar kejahatan dalam surat-surat Rasul Paulus (Rom 1:27; 1 Kor 6:9-10; 1Tim 1:10). Istilah-istilah atau ungkapan yang dipakai dalam Alkitab (TB-LAI) adalah:Banci (1Kor 6:9 ), pemburit (1 kor 6:9 ), semburit (Ul 23:17,18). Orang yang membaca Alkitab secara harafiah (tekstual) dengan anggapan ayat-ayat di atas menyangkut penolakan LGBT jelas langsung menghakimi LGBT sebagai dosa. Tetapi mereka yang membaca teks-teks itu dalam kerangka pemahaman yang mempertimbangkan keadaan terkait masa itu dan masa kini (memahami secara kontekstual) akan berpendapat lain.

Jadi dosa Sodom dan Gomora adalah tindakan seksual yang tidak pantas. Maka baik bagi orang yang menganggap diri normal maupun yang LGBT tindakan tidak pantas itu yang harus sama ditolak sebagai sosa: pelecehan, pemerkosaan, hubungan seks bebas (termasuk berselingkuh), hubungan seks berbayar (WTS, kawin kontrak), hubungan seks dengan anak kecil (pedofili), hubungan seks dengan binatang (bestiality).

4. LGBT dalam Perspektif misi Gereja

Injil Kristus adalah tentang kasih Allah kepada manusia, yakni sambutan dan pengampunan untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah dan sesama.Sebab itu salah satu fungsi gereja adalah “menjadi rumah bersama” semua orang, bahkan semua ciptaan, untuk mengalami bersama kasih dan pengampunan Allah dalam Kristus. Berbagai aspek panggilan gereja terhadap kaum LGBT dapat dirinci sebagai berikut:

· Menyediakan ruang untuk saling menerima dan memahami mereka.

· Untuk mendampingi LGBT menerima dan berdamai dengan dirinya dan tidak putus asa.

· Untuk menggembalakan para keluarga terkait supaya mampu memahami dan menerima anggota keluarganya yang LGBT.

· Untuk membela hak-hak LGBT di dalam masyarakat, khususnya terkait HAM dan kekerasan serta pengucilan.

· Dan untuk membuka kemungkinan-kemungkinan bagi kaum LGBT untuk turut mrlayani dalam gereja.

· Untuk menggembalakan mereka yang terpaksa hidup di dunia remang-remang.

Aspek-aspek pastoral dan advokasi ini tentu tidak mudah, terutana karena memerlukan pemahaman dan penerimaan baik oleh para pejabat gereja maupun warga gereja. Penerimaan LGBT dimulai pada pengakuan bahwa dia sesama manusia, dia ciptaan Allah yang dikasihi dan ditebus Allah dalam Kristus. Sebagaimana semua orang dia juga orang berdosa, yang mewarisi dosa turunan kecenderungan melawan kehendak Allah.[22]

2.6.Perkawinan Sejenis (LGBT)

1) Homoseksual

Perilau Homoseksual memiliki beberapa jenis berdasarkan intensitas perilakunya. Jenis-jenis homoseksual dapat digolongkan kedalam beberapa sifat, yang membedakannya dengan perilaku homoseksual yang lain.Penegrtian homoseksual didefenisikan secara berbeda oleh banyak ahli. Tetapi pengertian homoseksual mengacu pada hubungan seksual dengan jenis kelamin yang sama.

2) Penyimpangan Seks (Lesbian)

Yang dimaksud dengan lesbian adalah wanita yang lebih cenderung menyukai sesama jenisnya daripada lawan jenisnya. Perasaan-perasaan seksual ini dapat berubah sewaktu-waktu dan tidak bersifat konstan. Bahkan sangat mungkin remaja yang lesbian tetapi ketika dia dewasa menjadi heteroseksual bahkan bisa sebaliknya. Tidak jarang wanita menyukai wanita lain tetapi dia malu untuk mengungkapkannya, dia merasa aneh pada dirinya sendiri. Sebenarnya tidak perlu merasa ada yang aneh karena hal ini normal. Ada perbedaan antara minat seksual dengan ketertarikan kepada wanita.Wanita yang memiliki ketertarikan secara fisik yang konstan kepada wanita tidak pada lelaki ini baru dikatakan lesbian.

3) Waria/Ganti Kelamin

Dikalangan masyarakat umum, sering menyamakan istilah kelamin ganda dan banci/waria. Dalam dunia medis kelamin ganda sebenarnya disebut dengan ambiguous genitalia yang artinnya alat kelamin meragukan, namun belakangan ini para ahli endoktrin menggunakan istilah Disorder of Sexual Development (DSD).Transseksual dapat diakibatkan faktor bawaan (hormon dan gen) dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri.Perlu dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan bawaan.

4) Hubungan Sex dengan Hewan

Hal ini disebut juga zoophilia atau yang biasa dikenal dengan beastiality.Para pengidap kelainan ini memiliki kecenderungan untuk melakukan adegan percintaan bukan dengan sesama manusia, melainkan hewan seperi hewan ternak, kuda, dan anjing.Saat orang kebanyakan mengatakan bahwa melakukan hubungan seks dengan hewan ini adalah hal yang menjijikan, jorok, dan tak bermoral, para pengidap beastiality malah merasa kebalikannya. Dari segi biologis, manusia memang membutuhkan sarana untuk menumpahkan birahinya.Ini sudah merupakan suratan takdir di mana melakukan hubungan biologis dilakukan semua makhluk hidup dengan tujuan mencari kesenangan, menunjukkan perasaan emosional, ataupun untuk membuat keturunan.Kebanyakan dari kasus beastiality sendiri diakibatkan oleh rasa ingin tahu dari manusia terhadap organ seksualnya.

5) Pandangan Alkitab Tentang Perkawinan Yang Sejenis

Tindakan perkawinan sejenis sangatlah dilarang oleh Tuhan bahkan suatu tindakan kekejian. Kekejian disini meliputi baik dari sudut agama maupun dari sudut moral. Hal ini memiliki masalah teologi dalam pandangan imam pada saat itu yaitu ingin mengembalikan pemikiran dan tindakan bangsa Israel yang telang terkontaminasi oleh kebudayaan sekeliling Israel yaitu bersetubuh dengan sesama jenis merupakan hal keji di mata Tuhan sehingga hal tersebut telah menentang Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan untuk kawin, hal tersebutlah yang ingin dikembalikan oleh penulis kitab Im. 18:22 ini.[23]



2.7. Pengertian Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya.Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914).[24]



2.8. Aspek dan Prinsip Ekologi

Dari pengertian ekologi dan ruang lingkup untuk mempelajari interaksi makhluk hidup dan lingkungannya, terdapat beberapa aspek dan prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:
· Aspek Utama Ekologi, aspek penting dalam mempelajari ekologi adalah:
ü Studi mengenai hubungan organisme / kelompok organisme dengan lingkungannya
ü Studi mengenai struktur dan fungsi alam.
· Prinsip Utama Ekologi, prinsip dalam ekologi meliputi sebagai berikut:
ü Adanya interaksi (interaction)
ü Adanya saling ketergantungan (interdependence)
ü Adanya keanekaragaman (diversity)
ü Adanya keharmonisan (harmony)
ü Adanya kemampuan berkelanjutan (sustainability)



2.9. Manfaat Ekologi

Ekologi memiliki banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup. Berbagai manfaatnya adalah sebagai berikut:

· Mengenal Keanekaragaman Hayati

Ekologi memberikan manfaat kepada manusia dalam memahami berbagai makhluk hidup serta hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Misalnya, mengenai bagaimana seekor unta dapat bertahan hidup pada lingkungan kering dan bersuhu tinggi dan bagaimana seekor pinguin dapat bertahan hidup di lingkungan dengan suhu yang dingin.
· Mengenal Perilaku Makhluk Hidup
Ekologi memberikan manfaat kepada manusia untuk mengenal perilaku makhluk hidup dan hubungannya dengan lingkungan.Misalnya, sistem sonar pada kapal selam yang meniru indera dari hewan kelelawar dan lumba-lumba sehingga dapat bermanfaat bagi manusia untuk menentukan target atau lokasi.
· Mengetahui Peran Manusia Terhadap Lingkungan
Ekologi membuat manusia lebih mengetahui peran manusia terhadap lingkungannya. Seperti contohnya produkDDT yang bertujuan untuk memberantas hama, ternyata dapat mencemari lingkungan manusia dan juga organisme lainnya.
· Pemetaaan Konsumsi Pangan
Ekologi berguna untuk memetakan konsumsi pangan dan mengetahui struktur serta skala pangan dari setiap makhluk hidup.Misalnya, tumbuhan sebagai produsen dan hewan herbivora sebagai konsumen tingkat I.Selain itu, hewan karnivora berkedudukan sebagai konsumen tingkat II dan manusia sebagai konsumen tingkat III.Setelahnya, masih ada lagi hewan pengurai dan hasil dari pengurai tersebut dikonsumsi kembali oleh produsen sebagai sumber energi.

· Solusi Masalah Pertanian

Ekologi dapat memecahkan berbagai macam masalah pertanian.Seorang petani membutuhkan beberapa mikroba yang dapat menghasilkan nitrat dan ammonium untuk menjaga kesuburan tanah.

· Solusi Masalah Energi

Ekologi berguna untuk membantu manusia memastikan adanya ketersediaan energi untuk menunjang kehidupannya.Misalnya, penggunaan energi alternatif dari tenaga surya dengan tujuan untuk menghasilkan energi listrik.

· Solusi Masalah Kesehatan

Ekologi membantu manusia untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan.Melalui ekologi maka manusia dapat mengetahui mengenai penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.Kondisi ini dapat diatasi dengan cara penanganan tertentu, misalnya dengan cara menguras tempat penampungan air agar nyamuk tidak bertelur di genangan air.



2.10. Jenis Ekologi

Ada beberapa jenis ekologi yang diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu:

· Ekologi manusia adalah cabang ekologi dengan fokus mempelajari tentang keadaan lingkungan hidup manusia.

· Ekologi tumbuhan adalah cabang ekologi yang mempelajari tentang tumbuhan sebagai suatu organisme dan memusatkan tumbuhan itu sendiri sebagai fokus dengan mengabaikan hewan dan manusia.

· Ekologi hewan memusatkan fokus pada hewan sebagai suatu organisme dengan mengabaikan manusia dan tumbuhan.

· Ekologi perairan, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungan perairan, sepert sungai, waduk, muara dan laut.

· Ekologi habitat adalah cabang ekologi yang memusatkan fokusnya pada pembahasan mengenai sifat dari suatu habitat.

· Ekologi populasi adalah cabang ekologi yang berfokus mempelajari berbagai hubungan antara kelompok organisme dan jumlah individu. Ekologi populasi juga mempelajari faktor penentu besarnya suatu populasi beserta penyebarannya.

· Ekologi sosial adalah cabang dari ekologi yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan teknologi yang ada di sekitarnya.

· Ekologi bahasa mempelajari dan juga melakukan penyelidikan terhadap hubungan antara bahasa dengan lingkungan manusia.

· Ekologi antariksa mempelajari tentang ekosistem yang dapat menopang kehidupan manusia selama ada dalam penerbangan antariksa.[25]



2.11. Hubungan Ekologi dalam PAK

Manusia sangat erat hubungannya dengan lingkungan karena manusia hidup dalam suatu sistem yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap hidupnya. Dalam kehidupannya manusia sangat berkaitan dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya dan berpengaruh pada keberlangsungan hidupnya dengan demikianlah itulah lingkungan hidup manusia. Jadi, ada semacam keterkaitan secara antara manusia dan lingkungan hidupnya karena setiap saat manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Pada akhirnya muncul suatu disiplin ilmu yang dikenal dengan ekologi. Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Alam sekitar tempat manusia adalah suatu realitas yang diberikan Tuhan Allah kepada manusia untuk dikuasai, diusahakan dan dipelihara, . “Allah memberkati mereka lalu berfirman kepada mereka, beranakcuculah dan penuhilah bumi.......” (Kejadian 1:28). Itulah sebabnya, Allah mengangkat manusia menjadi “raja” atas sekalian alam sebagai wakil-Nya dan kuasa-Nya terhadap dunia dan semua ciptaan. Sehingga dalam hal ini manusia bertugas untuk melanjutkan karya ciptaan Allah (Latin: Creatio continua). Tujuan ini adalah agar supaya dunia menjadi semakin baik seperti halnya yang telah di firmankan oleh Tuhan pada waktu penciptaan (Kej 1:4,10,12, 18,25,31).[26]

Manusia dengan lingkungan hidup atau alam sebenarnya saling membutuhkan dan saling bergantung karena merupakan sesama ciptaan. Belajar dari teologi penciptaan, suatu teologi yang eko-sentris menuntut kita untuk menilai ulang beberapa anggapan dasar dari antropologi teologis. Suatu pemahaman hierarki atas gagasan Imago Dei (Citra Allah), yang menjadikan manusia berada tanpa batas di atas semua ciptaan lainnya, mestilah diganti dengan pemahaman yang lebih relasional. Meneladani hidup Yesus, kita melihat suatu gaya hidup yang dicirikan oleh kesederhanaan, kerendahan hati, dan keterbukaan pada alam.[27]

Dimana kita dapat mengambil dari kedua cerita tragedi tentang kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3), Air Bah (Kejadian 18:16;19:29)

· Manusia adalah sumber penyebab utama bencana alam dan rusaknya lingkungan hidup. Jadi, kerusakan alam punya korelasi dengan dosa manusia.

· Seberat-beratnya murka Allah atas manusia dan segenap alam, kasih setia-Nya ternyata masih jauh lebih besar daripada itu.

· Allah menciptakan semuanya sangat baik adanya, dan yang terbaik itu dianugerahkan kepada manusia, tetapi manusia telah merusak dan membinasakannya.

· Karena itu pendidikan ekologi tidak bisa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh kurikulum pendidikan Kristen pada umumnya dan kurikulum PAK secara khusus. Pendidikan ekologi sebagai bagian integral pendidikan iman hendaknya meliputi penyampaian informasi, latihan-latihan, pengalaman pergaulan langsung dengan alam (tanah, air, udara, fauna dan flora), serta pengembangan usaha-usaha untuk mengubah dan membaharui alam. Kurikulum pendidikan ekologi dalam PAK yang meliputi tugas dan tanggungjawab manusia baik secara domestik maupun publik, baik secara lokal maupun global.[28]



III. Kesimpulan

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengajar, mendidik, membimbing yang bertujuan untuk memampukan orang-orang Kristen, yakni hidup sesuai iman Kristen. Gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat kepada dan membedakan maskulinitasdan femininitas. Karakeristik tersebut dapat mencakup jenis kelamin (laki-laki, perempuan, atau interseks), hal yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin (struktur sosial sepeti peran gender), atau identitas gender.

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi, atau tidak lebih rendah antara satu dengan yang lain.[29] Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dari tinggi derajatnya dibandingkan mahluk lain. Terdapat dua bentuk kesetaraan gender yaitu perempuan sebagai mitra laki-laki dan perempuan dan laki-laki bermartabat sama.

Permasalahan gender dalam Kristen tidak terlepas dari konteks tradisi dan budaya, khususnya budaya agama Yahudi.Dalam agama Yahudi, laki-laki mempunyai posisi yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan.Dominasi ini menciptakan ketidakadilan gender.Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki, maka dianggap sebagai suatu kebenaran.Dalam Kejadian 2 disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dari debu tanah.Manusia yang pertama kali diciptakan adalah Adam.Kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanlah Hawa.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya.Ekologi memiliki banyak manfaat seperti, dapat mengenal keanekaragaman hayati, mengenal perilaku makhluk hidup, mengetahui peran manusia terhadap lingkungan, pemetaan konsumsi pangan, solusi masalah pertanian, solusi masalah energi dan kesehatan.



IV. Daftar Pustaka



Ardianto, Sulaiman Mappiasse dan Hadirman, Prosiding The 2nd Iternational Seminar On Contemporary Islamic Issues, (Manado: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado, 2019.

Bone, Indriani, Berikanlah Aku Air Hidup,Jakarta: Persetia, 1997.

Borrona, Robert P.,Etika Seksual Kontemporer, Bandung: Ink Media,2006.

Brotosudarmo, RM, PAK untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: ANDI, 2008),

Creegren, Nicola Hoggard&Pohl, Christine D.,Perempuan di perbatasan, Jakarta: BPKGunung Mulia,2010.

Davidson, Scoot, Hak Asasi Manusia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994.

De Vries, Dede William, Gender bukan tabu: Catatan Perjalanan fasilitas kelompok perempuan di Jambi, Bogor Barat, CIFOR:2006.

Fakih, Mansour, Analisis Gender& Transformasi sosial,Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,1999.

Fakih, Mansour, Analisis Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Granberg, Wesley, Menebus Ciptaan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Groome, Thomas H., Christian Religious Education, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.

Homrighausen E. G. & Enklaar I, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Hutagalung, RA, Ekologi Dasar,Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Ismail, Andar, Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Jurnal Teologi STT ABDI SABDA, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender),Medan: STT ABDI SABDA,2016.

Lapian, L. M., Disiplin Hukum yang Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.

Mosse, Julia Cleves, Gender dan Pembangunan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2002.

Poerwadarminta, W.J.S,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Teichman, Jenny, Etika Sosial,Yogyakarta: Kanisius,1998.

Verkuyl, J., Etika Kristen:Seksuil,Jakarta: BPK-Gunung Mulia,1913.

Zebua, Syukurman, Sibernetik dalam Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, Jawa Tengah: Lakeisha, 2019.

Sumber Lain

http://blog.unnes.ac.id/imamalfarizi96/2017/12/04/pengertian-bentuk-bentuk-dan-contoh-ketidakadilan-gender/

https://id.wikipedia.org/wiki/Gender

https://mahasiswantt.wordpress.com/2012/08/04/kesetaraan-gender-dari-perspektif-ajaran-gereja-khatolik/

https://memahamiwanita.weebly.com/relation-gender/relasi-gender-dalam-agama-kristen

https://rimbakita.com/ekologi/






[1] SyukurmanZebua, Sibernetik dalam Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2019) 62.


[2]E. G. Homrighausen & I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 19


[3]Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 48-49

[4]Ardianto, Sulaiman Mappiasse dan Hadirman, Prosiding The 2nd Iternational Seminar On Contemporary Islamic Issues, (Manado: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Manado, 2019), 102.


[5]https://id.wikipedia.org/wiki/Gender di akses pada pukul 15:23, Tanggal 4 November 2020


[6]Mansour Fakih, Analisis Gender& Transformasi sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999) 7-9


[7] Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002),3-4


[8] Jenny Teichman, Etika Sosial, (Yogyakarta: Kanisius,1998), 142


[9] Mansour Fakih, Analisis Gender& Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 71-72.


[10]L. M. Gandhi Lapian, Disiplin Hukum yang Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), 53.


[11] W.J.S Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 358


[12] Indriani Bone, Berikanlah Aku Air Hidup, (Jakarta: Persetia, 1997), 142


[13]Nicola Hoggard Creegren & Christine D. Pohl,Perempuan di perbatasan, (Jakarta: BPK-GM, 2010),65-66.


[14]Ibid,152


[15] Scoot Davidson, Hak Asasi Manusia,(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1994), 57.


[16]Dede William-de Vries, Gender bukan tabu: Catatan Perjalanan fasilitas kelompok perempuan di jambi,(Bogor Barat, CIFOR:2006),12


[17]http://blog.unnes.ac.id/imamalfarizi96/2017/12/04/pengertian-bentuk-bentuk-dan-contoh-ketidakadilan-gender/ diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 14:16 WIB


[18] J. Verkuyl, Etika Kristen:Seksuil,(Jakarta: BPK-Gunung Mulia,1913), 15-16


[19] Robert P. Borrona,Etika Seksual Kontemporer, (Bandung: Ink Media,2006),7


[20]https://mahasiswantt.wordpress.com/2012/08/04/kesetaraan-gender-dari-perspektif-ajaran-gereja-khatolik/ diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 12:48 WIB


[21]https://memahamiwanita.weebly.com/relation-gender/relasi-gender-dalam-agama-kristen diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 16:08 WIB


[22] Jurnal Teologi STT ABDI SABDA, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender),(Medan: STT ABDI SABDA,2016),24-38.


[23] Jurnal Teologi STT ABDI SABDA, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender), (Medan: STT ABDI SABDA, 2016),144-158.


[24] RA Hutagalung, Ekologi Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 20


[25]https://rimbakita.com/ekologi/ diakses pada tanggal 10 November 2020 pukul 01.21 WIB.


[26]RM Brotosudarmo, PAK untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: ANDI, 2008), 96


[27]Wesley Granberg, Menebus Ciptaan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 86


[28]Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 106-107


[29] W.J.S Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 358

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: