Tafsiran Kitab Kisah Para Rasul 17:22-25
Dengan Metode Historis Kritis
I.
Pendahuluan
Salam
Sejahtra bagi kita semua,pada pertemuan kita kali ini kita akan mendalami
tentang penapsiran alkitab. Kitab yang akan kita tabsir kali ini adalah Kitab
Kisah Para Rasul 17 : 22-25. Tapsiran ini menggunakan metode historis kritis,
semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan kita dalm menafsir ayat-ayat
Alkitab, Tuhan Yesus Memberkati.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Historis Kritis
Historis Kritis merupakan salah satu cara yang dilakukan
untuk menafsirkan Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat
utama untuk menemukan makna yang terkandung dalam suatu teks Alkitab.[1] Metode
ini juga dikenal sebagai metode kritikal historical atau kritisisme tinggi
sebagai suatu cabang kritisisme yang meneliti asal-usul suatu teks kuno yang
menekankan “dunia di balik teks itu”.[2]
Historis Kritis merupakan metode penafsiran Alkitab yang menunjuk pada hal-hal
yang berkaitan dengan sejarah teks itu sendiri tuturkan, entah tokoh-tokoh
tertentu, peristiwa-peristiwa serta keadaan sosialnya.[3]
2.2.Tujuan Historis Kritis
Metode Historis Kritis bertujuan untuk menemukan arti dan
makna dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis dan menjaga agar
penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan yang asing atau
masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang ke dalam horizon pengertian
masa kini.[4] Metode
ini menjangkau teks asli yang dapat dipercaya. Dengan metode ini penafsir akan
mempelajari teks dan kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan-kesalahan
yang akan dibenarkan, bagaimana melengkapi, menyisipi, memelihara, sampai
kepada tulisan yang kurang atau berlebihan.[5]
2.3.Pengantar Kitab Kisah Para Rasul
2.3.1.
Latar Belakang Kitab Kisah Para Rasul
Dalam sebuah naskah dari bagian terakhir abad
ke-2 sesudah Kristus. Sudah terdapat nama “Kisah Para Rasul” disebut demikian
karena kisah ini hampir semuanya menceritakan para Rasul setelah Tuhan Yesus
naik ke Surga.[6] Kisah
Para Rasul merupakan satu-satunya penghubung antara pelayanan dan pengajaran
Kristus dengan agama Kristen yang telah mencapai kepenuhan bentuknya dalam
surat-surat Paulus dan para penulis perjanjian lainnya.[7]
Inti kitab ini terutama menekankan perbuatan dan pekerjaan pemberitaan Injil
oleh dua Rasul Tuhan, yaitu: Rasul Petrus (pasal 1:12) dan Rasul Paulus (pasal
13-28). Kitab ini sudah ada sejak semula disebut Kisah Para Rasul dan tercantum
di kanon Alkitab. Dalam kanon Muratorianus (±200 sesudah Kristus).[8]
2.3.2.
Penulisan, Waktu, Tempat Penulisan Kitab
Kisah Para Rasul diselesaikan jauh setelah
Kitab Injil Lukas diselesaikan, yang menjadi patokan daripada kitab Kisah Para
Rasul kira-kira pada tahun 85. Namun disatu sisi umumnya, peganut These ini menempatkan Injil Lukas kira-kira pada
tahun 85 dan Kisah Para Rasul pada tahun 95. Waktu penulisan Kitab Kisah Para
Rasul menyusul sesudah Kitab Injil Lukas.[9]
Mengenai tempat penulisannya sama sekali tidak ada ketentuan, Lukas seorang
Siria dari Anthiokhia, yang pekerjaannya adalah tabib menjadi murid dari Rasul,
dan kemudian letaknya di tanah Yunani, penuh dengan Roh Kudus pada umur 84
tahun tanpa seorang isteri dan anak, sesudah ia melayani Tuhan dengan tidak
menyimpang. Sesudah ada Injil, yakni Injil Matius yang ditulis di tanah Yudea
dan Injil Markus yang ditulis di Italia, ia pun mengarang Injil yang didorong
oleh Roh Kudus.[10]
Secara umum hampir semua umat Kristiani
mengakui penulisnya adalah Lukas.[11]
Meskipun dalam Kisah Para Rasul nama Lukas tidak disebutkan, namun ada nama
disebutkan “Ayat-ayat kami”, yakni ayat-ayat dimana Lukas memakai perkataan
“kami” dengan jelas menunjukkan kepada Lukas sebagai penulis. Dalam (Kol. 4:14,
Filemon 24:2, Timotius 4:11) Lukas
disebut sebagai teman sekerja Paulus.[12]
Ada beberapa alasan kuat sebagai indikasi untuk membuktikan bahwa Lukas penulis
kitab Kisah Para Rasul adalah sebagai
berikut:
1.
Dari Penerimaan
Penerimaan Surat ini adalah Teofilus. Surat
ini merupakan surat kedua yang
ditunjukkan kepada Teofilus. Dari keempat Kitab Injil, hanya Injil Lukas yang
ditujukan kepada Teofilus (Lukas 1:1-2 dengan Kis. 1:4-14 ).
2.
Dari Pembukaan Surat
Isi kitab Kisah Para Rasulmerupakan sambungan
atau kelanjutan kitab Injil Lukas ( Luk.
24:49-52 dengan Kis. 1:4-14 )
3.
Bahasa Surat
Kitab Injil Lukas dan Kitab Kisah Para
Rasul ditulis dengan bahasa Yunani. Hal
itu karena Lukas adalah seorang kafir (bukan orang Yahudi), yang telah menerima
pendidikan sastra Yunani kuno. Selain itu Lukas juga seorang terpelajar yang
menyebut bahwa Lukas sebagai teman sekerja Rasul Paulus yang bersunat.
4.
Dari Kata “Kami”
Dalam Kitab Kisah Para Rasul banyak menyebut kata ganti orang pertama
jamak “kami”.[13]
2.3.3.
Tujuan Penulisan Kitab Injil Kisah Para Rasul
Lukas mengumpulkan keterangan dari saksi mata
tentang kehidupan Yesus dan pengikut-pengikutnya. Ia menulis keterangan ini
dalam dua naskah yang sekarang disebut kabar baik (Injil) yang disampaikan oleh
Lukas dan Kisah Para Rasul. Keduanya merupakan bagian dari Perjanjian Baru.
Bagian pendahuluan pada permulaan Injil Lukas adalah pendahuluan untuk kedua
tulisan tersebut. Ada kesinambungan antara dua tulisan ini yang memiliki satu
tujuan. Tujuan itu adalah untuk memberikan suatu laporan teratur tentang segala
sesuatu yang berlangsung di antar Yesus dan pengikut-pengikutnya. Tulisan Lukas
mencakup informasi geografis dan historis yang terperinci. Dia mengaitkan
peristiwa-peristiwa didalam kehidupan Yesus dan pengikutnya dengan
peristiwa-peristiwa politis pada waktu itu. Lukas menulis cerita-cerita ini
dalam bahasa Yunani untuk orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi.[14]
2.3.4.
Ciri-Ciri Kitab
Ø
Gereja: kitab ini menyatakan
sumber kuasa dri sifat sejati dari misi Gereja bersama beberapa prinsip
yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
Ø
Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas diseut secara khusus lima puluh
kali, Baptisan dalam pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa Ilahi (Kis. 1:8),
keberanian (Kis.4:31), ketakuan yang Kudus akan Allah (Kis.5:3), kebijaksanaan
(Kis.6:3) dan bimbingan (Kis.16:6-20).
Ø
Amanat Gereja Mula-mula: Lukas
dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang di Ilhamkan oleh Petrus, Stefanus,
Paulus, Yakobus, dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang Gereja
mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab Perjanjian Bru lainnya.
Ø
Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap daan
sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya sempurna.
Ø
Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, dan mujizat-mujizat: pernyataan ini
menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
Ø
Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan
pertentangan dengan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun sekuler.
Ø
Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan
pelayanan gerejawi.
Ø
Kemenangan: temok pemisah (nasional,agama,budaya,suku) dan pertentangan
serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.[15]
2.3.5.
Struktur Kitab
1.
Roh Kudus memberikan kuasa kepada Para Rasul Yesus (Kis.1:1-2: 47)
·
Para Rasul mempersiapkan diri untuk menerima Roh Kudus (Kis.2:1-26)
·
Allah menurunkan Roh Kudus (Kis.2:1-47)
2.
Jemaat di Yerusalem (Kis.3:1-8: 3)
·
Petrus dan Yohanes (Kis.3:1-4:22)
·
Kehidupan Jemaat Perdana di Yerusalem (Kis.4:23-5 :42)
·
Para Pemimpin bagi Jemaat Baru (Kis.6:18)
3.
Injil diberitakan di Yudea dan Samaria (Kis.8:4-9:31)
·
Filipus, Petrus dan Yohane di Samaria (Kis.8:4-40)
·
Allah memilih Saulus (Kis.9:1-31)
4.
Injil diberitakan di Dunua bukan Yahudi (Kis.9:32-15:35)
·
Petrus berkhotbah dan mewujudkan Injil itu (Kis.9:32-11:18)
·
Jemaat yang sedang bertumbuh menghadapi penganiayaan (Kis.11:19-12:15)
·
Perjalanan Saulus dan Barnabas untuk memberitakan Injil (Kis.13:1-14:28)
·
Sidang penting di Yerusalem (Kis.15:1-35)
5.
Injil diberitakan di Asia kecil, Yunani dan Roma (Kis.15:36-18:23)
·
Perjalanan Paulus yang kedua (Kis.15:36)
·
Perjalanan Paulus yang ketiga (Kis.18:24)
·
Paulus di Yerusalem (Kis 21:17-23:22)
·
Paulus di Kaisarea (Kis.23:23-26:23)
·
Paulus memberitakan Injil ke Roma (Kis.27:1).[16]
2.4.Sitz Im Leben
Sitz Im Leben merupakan suatu upaya untuk mencari tahu perihal bidang
kehidupan sosial dalam konteks teks yang dapat memperlihatkan dan mempengaruhi
teks sebagai suatu pergumulan yang tepat untuk dibahas. [17]
Untuk itu, Penafsir akan menggali sejarah kehidupan yang terjadi pada masa
Kisah Para Rasul ini yang meliputi konteks keagamaan, Sosial, Budaya, Politik
dan Ekonomi.
2.4.1. Konteks Agama
Sistem kepercayaan masyarakat pada peradaban
Yunani kono adalah memuja banyak dewa atau politeisme. Agama Yunani kuno melihat
ilah-ilah atau dewa-dewi sebagai kekuatan penyeimbang dan yang mengarahkan.
Zeus adalah pembalas kejahatan dan pasangannya Themis adalah ratu yang
memberikan hukum. Apollo adalah dewa keteraturan dan keseimbangan. Athena
adalah dewi kecerdikan.Hermes adalah dewa yang melindungi saat-saat yang baik.
Dionisius adalah dewa kelimpahan dan kesuburan.Namun sudah lama sesudah
munculnya Alexander Agung, ciri sakral Yunani kuno makin melemah akibat
pengaruh rasionalisme filsafat.
Kekristenan lahir bukan ketika di dunia ini
belum ada agama atau kepercayaan, tetapi agama Kristen lahir di tengah-tengah
kepercayaan yang telah muncul terlebih dahulu dan telah mengakar
ditengah-tengah masyarakat. Pada zaman Kisah Para Rasul di Yerusalem telah ada
agama Yahudi, karena itu orang Yahudi menganggap orang Kristen sebagai suatu
sekte sesat, walaupun pada perkembangan selanjutnya banyak orang Yahudi yang
menjadi Kristen, tetapi mereka tetap mengikuti pola ibadah Yahudi dan adat
Istiadat Yahudi. Selain itu, karena berada di bawah kekuasaan pemerintahan
Romawi, di daerah Palestina dan sekitarnya juga mendapat pengaruh dari agama
Romawi.Bangsa Romawi menganut Politeisme, selain itu mereka juga menganggap
bahwa kaisar adalah titisan dewa sehingga setiap orang diwajibkan untuk menyembah
kaisar. Hal ini juga yang membuat pemerintah Romawi memaksa rakyat jajahannya
untuk menyembah kaisar.
Selain itu terdapat juga agama-agama misteri,
adapun yang membedakan agama misteri dengan agama negara atau pemujaan terhadap
kaisar adalah pada agama negara hanya menjalankan upacara kurban dan hanya
mencari perlindungan dari dewa dan tak satu pun yang memberikan penghiburan dan
kekuatan pribadi pada saat kesesakan dan kesulitan.
Oleh karena itu banyak orang yang akhirnya
mencari suatu kepercayaan yang bersifat pribadi sehingga mereka dapat
berhubungan langsung dengan dewa. Kebanyakan agama-agama misteri ini berasal
dari daerah timur. Selain agama-agama misteri, juga ada berkembang
filsafat-filsafat yang disamakan dengan agama. Adapun filsafat yang terkenal
pada zaman itu adalah : yang pertama Epikuros,
aliran Epikuros yang didirikan oleh
Epikuros dari Samosa (342-270 SM). Aliran ini menganut Deisme artinya percaya kepada suatu keallahan tanpa ada suatu
kepribadian dan tanpa adanya penyataan khusus tentangnya. Menurut filsafat ini
satu Allah tidak ada hubungannya dan minat terhadap persoalan manusia. Filsafat
ini juga tidak mengakui adanya hidup yang kekal.Karena menurutnya suatu tubuh
hanya terdiri dari atom-atom yang tidak dapat hidup kembali.[18]
2.4.2. Konteks Budaya
Secara sosial masyarakat Yerusalem, secara
umum digolongkan menjadi tiga golongan:
a.
Golongan atas (para bangsawan),
b.
Golongan menengah (para imam dan rabi),
c.
Golongan bawah (budak dan rakyat).[19]
Kelas
sosial ini menjadikaan adanya jurang pemisah antara kelas atas dan kelas bawah,
di mana tak pernah dapt disatukan dalam suatu acara. Kebiasaan ini dibuah oleh
gereja mula-mula yang menggangap bahwa tidak ada perbedaan, semua manusia sama
dihadapan Allah dan orang yang berkelebihan ini harus membantu orang yang
berkekurangan. Hal ini menjadi satu daya tarik orang utuk menjadi kristen. Yang
menjadi kristen kebanyakan adalah orang-orang yang telah disisihkan dalam
masyarkat, khususnya para budak bergabung dalam persekutuan jemaat mula-mula.[20]
Di bawah pemerintahan Romawi, bangunan-bangunan terus bermunculan. Bahasa
Yunani adalah bahasa kebudayaan yang dikenal oleh semua kaum cendikiawan dan
merupakan bahasa sampingan mayoritas penduduk Romawi bagian Timur. Terjadi
percampuran budaya dalam kehidupan masyarakat karena walaupun pemerintahan
Romawi yang berkuasa namun budaya Yunani mendominasi. Gaya hidup yang
menonjolkan adalah munculnya kota-kota atau polis yang membuat semua orang
berusaha meninggalkan gaya hidup suku atau belum menyesuaikan tuntutan gaya
hidup kota. Berkembanganya kota mengakibatkan berkembangannya sarana komunikasi
yang belum pernah ada sebelumnya. Bahasa Yunani perlahan menjadi bahasa
pengantar. Hal ini kelihatan dari penulisan-penulisan kitab-kitab Perjanjian
Baru ditulis dalam bahasa Yunani ditandai dengan Ptolomeus II Filadelpus yang
menugaskan para sarjana orang Yahudi untuk menerjemahkan naskah Perjanjian Lama
ke dalam bahasa Yunani Kione yang disebut dengan Septuaginta. Adanya penerjemahan
itu berperan dalam pertumbuhan jemaat, karena dapat membantu orang Non-Yahudi
yang tidak mengerti bahasa Ibrani menjadi dapat membaca Perjanjian Lama ke
dalam bahasa Yunani.[21]
2.4.3. Konteks Sosial-Politik[22]
Dari
sisi politiknya dari dua golongan yaitu orang-orang Ibrani di kalangan Yahudi
Palestina dan orang-orang Hellenis dikalangan Yahudi Diaspora dan juga orang
Kristen. Kelompok Yahudi Palestina terdiri : bawah Herodes secara politis, kaum
saduki adalah kelompok oportunis yang bersedia untuk memihak kepada pihak
manapun yang sedang berkuasa asalkan dengan demikian mereka dapat
mempertahankan kedudukan dan pengaruhnya.
1.
Kaum Eseni, yaitu mereka adalah merupakan persekutuan hidup membiara
yang hanya dapat diikuti oleh mereka yang bersedia mematuhi segala peraturannya
dan menjalankan suatu upacara penerimaan anggota baru. Dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri mereka melakukan pekerjaan tangan, dan juga mau memakan
makanan yang sederhana dan memakai pakaian kain putih bila tidak bekerja.
2.
Kaum Zelot, adalah suatu partai nasionalis dan fanatik yang ingin
membebaskan diri dari Roma dengan jalan kekerasan. Kepercayaan mereka dalah sangat
tegas yaitu Allah adalah satu-satunya Tuhan. Maka tidak ada alasan untuk
memberikan penghormatan kepada kaisar Romawi .
3.
Golongan Hebrais, adalah orang Yahudi yang bukan hanya memegang teguh
keyakinan religius Yudaisme, tetapi juga penggunanaan bahasa Ibrani atau pun
bahasa Aram serta adat Istiadat Ibrani.
2.4.4. Konteks Ekonomi[23]
Adanya
stratifikasi sosial dan adanya pembedaan antara orang kaya dan orang miskin.
Kehidupan orang dalam ekonomi tidak semua orang kaya yang mempunyai status
sosial yang tinggi, tetapi semua anggota elit sosial mempunyai banyak uang.
Kaum bangsawan mengahbiskan banyak uangnya untuk berfoya-foya dan kampanye
pemilu dan kemudian menghabiskan banyak uang pada masa jabatan mereka.
Pekerjaan mereka adalah pertanian, pentingnya kekayaan bahwa masyarakat kuno,
seperti masyarkat manapun tergantung pada makanan. Perdagangan juga orang-orang
yang mempunyai sumber-sumber untuk investansi dan naluri untuk mendapatkan
keuntungan besar dalam perdangan mereka.
Sedangkan orang miskin tidak mempunyai kecakapan-kecakapan khusus harus
menjual tenaga mereka dipasar terbuka, dengan bayaran rendah, diladang-ladang
dan kebun-kebun anggur, atau di tempat bangunan atau sebagai pengangkut barang
barang di pelabuhan-pelabuhan, sebagai pelaut dikapal, ataupun penjag-penjaga.
2.5.Analisa Sastra
Bahasa yang digunakan dalam kitab ini,
berpengaruh pada bahasa Aram, hal ini disebabkan karena bahasa Aram adalah
bahasa ibu. Kitab ini memuat keterangan-keterangan yang bertentangan dengan
keterangan-keterangan bangsa Yahudi. Baik dalam bagian pertama kitab, maupun
dalam kisah perjalanan-perjalanan Rasul Paulus. Tetapi yang merupakan pokoknya
adalah dalam kitab ini dilukiskan bagaimana Juruselamat yang dimuliakan dan Roh
Kudus bekerja dengan perantaraan para Rasul dan jemaat-jemaat Kristen penuh
dengan semangat.[24]
2.6. Analisa Sumber
Hal ini adalah hal yang sangat sulit untuk
ditentukan, penulis sejarah zaman sekarang pada hakekatnya mempunyai
bermacam-macam sumber tertulis yang dapat digunakan untuk menuliskan karyanya.
Sehingga bukanlah hal yang mustahil jika Lukas mempergunakan sumber-sumber
tertulis yang tertentu untuk Kitab Kisah Para Rasul. Namun Lukas mengguakan
berita-berita lisan sebagai sumber tulisannya, khususnya Pulus yang setia
didampinginya sampai dalam penjara (2 Tim. 4:11). Dari Paulus, Lukas banyak
menerima bahan keterangan yang dapat dipercaya, hal ini dapa menjadi dasar yang
dapat kita temukan dalam Kis. 16:10 dan mungkin jugaLukas mendapatkan
keterangan dari kisah saksi-saksi lainnya.[25]
2.7.Perbandingan Bahasa
Penafsir menggunakan 4 bahasa yang akan
diperbandingkan, yaitu Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), New Internasional
Version (NIV), Bibel Pakon Haleluya (BPH), dan New Testemant Greek (NTG)
Ayat 22
LAI : Dalam
Segala hal
NIV : In
Every Way (dalam segala hal)
BPH : Bani Haganup
(pada semua)
NTG : παντα (dalam segala hal)
Kesimpulan:
yang mendekati NTG ialah LAI dan NIV
Ayat 23
LAI : Berjalan-jalan
NIV : Walked
(berjalan)
BPH : Mardalani
(Jalan-jalan)
NTG : διερχομενος
(melewati)
Kesimpulan: tidak
ada yang mendekati NTG
Ayat 24
LAI : Buatan tangan
NIV : By
Human (oleh manusia)
BPH : pinauli ni
tangan (yang dibuat oleh tangan)
NTG : χειροποίητους (buatan tangan)
Kesimpulan:
yang mendekati NTG
ialah LAI
2.8.Kritik Aparatus
Ayat 22: kritik
Aparatus mengusulkan (o) yang artinya dengan satu kata membaca yang
didukung oleh Nestle Injil-injil dan surat-surat Katholik, surat-surat Pauline,
dan Wahyu (kiamat) yang ke IV, V pada kalimat
Ayat 23: Kritik
Aparatus mengusulkan (┌ ) yang
artinya dengan
satu kata, sebuah bacaan
alternatif yaitu δυστορων yang artinya maju atau berjalanlah yang didukung oleh injil-injil Kisah Para Rasul V secara konsisten mengutip
saksi dari ordo kedua; ( Injil-injil, Kisah Para Rasul dan Surat-surat
Katholik, Surat-surat Pauline, Wahyu (kiamat) ) sebagian, tradisi terbagi pada
kata αναθεωρών yang artinya pengulas.
Kesimpulan:
Penafsir menolak usulan kritik Aparatus karena usulan ini
dianggap mengganti arti dari nats yang sudah ada atau memperkabur kejelasan
teks
Ayat 24: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayata 25:
kritik Aparatus mengusulkan untuk
melampirkan kata-kata bacaan alternative yaitu οτι ουτος ο δους yang artinya itu terjadi yang didukung oleh
Injil-injil, Kisah Para Rasul yang beda pada kalimat τίνος yang artinya kecil
Kesimpulan: penafsir meolak usulan
dari Kritik Aparatus karena dianggap memperkabur makna teks
2.9.Tafsiran Akhir
Ayat 22:Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata:
“Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah
kepada dewa-dewa.
Ayat 23: Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan
melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan
tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Ayat 24:Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya,
Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan
manusia.
III.
Kesimpulan
Dalam paparan di atas dapat kita simulkan
bahwa dalam menafsir, sebaiknya kita mengunakan sebuah metode agar apa yang
kita tafsirkan dapat kita pahami. Dalam menafsir juga kita harus mencantum
metode apa yang kita gunakan begitu juga dengan pengantar kitab yang akan kita
tafsir. Dalam metode historis kritis ini memudahkan kita utuk lebih memahami
pendalaman kita akan ayat-ayat Alkitab
yang kita tafsir. Adapun hasil dari tafsirannya adalah Ayat 22:Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata:
“Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah
kepada dewa-dewa. Ayat 23: Sebab
ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu,
aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak
dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada
kamu.
Ayat
24:Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya,
Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan
tangan manusia.
IV.
Daftar Pustaka
..... Alkitab Edisi Studi, Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2012
B Samuel.A Century With Sitz Im Leben. Dalam
International Refiew Studies Vol 53, Leidem Kninklijke Brill NV.2008
Balch Jhon Stambaung
& David, Dunia Sosial Kekristenan
Jemaat Mula-mula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Brink H.V.D., Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, Jakarta:Gunung Mulia, 2003
Champman Adina, Pengantar Perjanjian Baru, Bandung: Yas.
Kalam Hidup, 1980
dkk Saulena, Handbook
of Biblical Criticisme, Lousville, Westminster John Knox Press
Duyverman M.E., Pembimbing Dalam Perjanjian Baru,
Jakarta:Gunung-Mulia,2008
Duyverman M.E., Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta:BPK-GM, 2003
Drane Jhon, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta : BPK-GM,2009
Holladay Jhon H. Hayas
& Carl R., Biblical Exegetis, Atlanta: John Knox Press,
1982
Jumawan Nathan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul
Yogyakarta. Yayasan Andi,2003
Lembaga Alkitab
Indonesia Kitab Suci Injili dengan
catatan studi Jakarta LAI 2004
M Robert., Sejarah Singkat
Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2010
Marpaung H., Penuntun Memahami Alkitab Medan:Aston Sinaga, 2014
Kraybill Donald B., Kerajaan yang Sengsara, Jakarta: BPK GM, 2005
Stambugh Jhon, Dunia Sosial keKristenan Mula-mula, Jakarta:BPK-GM,2008
Tenney Meril C., Survei Perjanjian Lama,
Malang: Gandum Mas, 2006
White J. L. Packer,
Merril C. Tenney, William, Dunia
Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1995
[1]Jhon H. Hayas & Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, (Atlanta:
John Knox Press, 1982), 53
[2]Saulena, dkk, Handbook
of Biblical Criticisme, (Lousville, Westminster John Knox Press), 78
[3]Jhon H. Hayas &
Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, 52
[4]Robert. M, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2010), 171
[5]Jhon H. Hayas &
Carl R. Holladay, Biblical Exegetis, 54
[6] Nathan Jumawan, 52 Ikhtisar Khotbah Kisah Para Rasul
(Yogyakarta. Yayasan Andi,2003), 2
[7] Meril C.Tenney, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas, 2006), 283.
[8] Nathan Jurnawan, 52 Ikhtisa,
2
[9] M.E. Duyverman, PembimbingDala Perjanjian Baru,
(Jakarta:Gunung-Mulia,2008), 73.
[10] M.E.Duyverman, 75.
[11] Nathan Jumawan, 3
[12] H.V.D. Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, (
Jakarta:Gunung Mulia, 2003), 9
[13] M.F.Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru,
(Jakarta:BPK-GM, 2003), 86.
[14] Lembaga Alkitab
Indonesia Kitab Suci Injili dengan
catatan studi (Jakarta LAI 2004 ), 505.
[15]H.Marpaung, Penuntun Memahami Alkitab (Medan:Aston
Sinaga, 2014)
[16] ..... Alkitab Edisi
Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 1775
[17] Samuel B .A
Century With Sitz Im Leben. Dalam International Refiew Studies Vol 53,
(Leidem Kninklijke Brill NV.2008), 165
[18] J. L. Packer, Merril
C. Tenney, William White, Dunia
Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1995), 65.
[19] Jhon Stambaung &
David Balch, Dunia Sosial Kekristenan
Jemaat Mula-mula, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 71.
[20] Donald B. Kraybill, Kerajaan yang Sengsara, (Jakarta: BPK
GM, 2005), 62
[21] Jhon Drane,
Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta : BPK-GM,2009),58-59.
[22]Merril. C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 131-142
[23]Jhon Stambugh, Dunia Sosial keKristenan Mula-mula,
(Jakarta:BPK-GM,2008),67-69
[24] Adina Champman, Pengantar Perjanjian Baru, (Bandung:
Yas. Kalam Hidup, 1980), 12.
[25] H.V.D. Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul, (
Jakarta:Gunung Mulia, 2003), 7.
Post a Comment