Era Konstantinus Agung dan Dampaknya atas Kekristenan di Asia


Era Konstantinus Agung dan Dampaknya atas Kekristenan di Asia



I. Pendahuluan

Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai Era Konstantinus Agung dan Dampaknya atas Kekristenan di Asia. Adapun pembahasan itu yang mencakup mengenai Agama Kristen yang dianggap sebagai agama yang berasal dari Barat padahal lahirnya di Timur Tengah di daerah Asia Barat, dan kebudayaan dari tiga benua bertemu, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Kemudian hari Injil ini diberitakan di Asia Timur, tetapi Injil yang dibawa itu “berpakaian” Barat. Kiranya pembahasan kali ini dapat mudah kita pahami.

II. Pembahasan

2.1 Latar Belakang

Dari sudut pandang sejarah Asia, masa Perang Dunia II dianggap sebagai periode yang telah membagi sejarah dunia modern ke dalam dua era: zaman kolonial dan zaman pasca kolonial. Zaman kolonial yang dimaksud ialah era di mana berlangsung ekspansi peradaban imperialis Barat ke bagian dunia non-Barat, yang dikenal di Asia dengan sebutan era Vasco Da Gama (1492-1947). Sedangkan zaman pasca kolonial yang dimasud ialah era di mana berakhirnya dominasi Barat pada satu pihak, dan bangkitnya bangsa-bangsa baru di Asia dan Afrika di lain pihak.

Pada zaman kolonial umumnya negeri-negeri di Asia dan Afrika hanyalah wilayah jajahan bangsa-bangsa Barat, khususnya Eropa. Negeri-negeri jajahan ini hanyalah dianggap “pinggiran”, sedang penjajahan sendiri menganggap negeri-negeri mereka sebagai pusat dunia. Dengan kata lain, secara politis negeri-negeri jajahan ini diperintah dan ditentukan oleh negeri-negeri Eropa. Sesungguhnya, gerakan misi modern lahir pada era Vasco Da Gamma. Karena itu dalam banyak hal dianggap berkaitan dengan kolonialisme Barat. Karena gerakan misi modern itu dilakukan oleh para misionaris Barat, maka umumnya corak agama ini di Asia dikembangkan sama seperti yang terlihat.[1]

2.2 Permulaan Gereja di Asia

2.2.1 Timur Tengah

Antiokhia, ibukota provinsi Siria, kota ketiga dalam Kekaisaran Romawi, menjadi pusat penginjilan kepada orang-orang bukan-Yahudi. Di kota inilah para pengikut Yesus untuk pertama kalinya disebut “Kristen” (lih. Kis. 11:26). Gereja di Antiokha menjadi gereja pengutus bagi perjalanan Paulus dan Barnabas ke provinsi Asia Kecil (Turki). Gereja-gereja ditanam di provinsi tersebut, terutama di Efesus, tempat Rasul Yohanes wafat.

Konsili Nicea pada tahun 325 mengakui Uskup Antiokhia sebagai salah satu di antara tiga uskup agung (beserta Uskup Roma dan Uskup Aleksandria). Uskup Antiokhia berkuasa atas daerah di sebelah timur Laut Tengah. Dalam kekaisaran Romawi ada beberapa faktor yang menolong penyebaran Injil ke arah Barat. Hukum dan tata-kenegaraan Romawi (Pax Romana ‘Perdamaian Roma’) menjamin keamanan dan stabilitas. Negara-negara dengan berbagai agama, adat dan bahasa dipersatukan di bawah pemerintahan Roma yang kuat, dengan satu bahasa perantara, yaitu bahasa Ynani dan satu kebudayaan bersama, yaitu kebudayaan Romawi-Yunani, atau Helenisme.

2.2.2 India

Menrut Kisah Rasul Tomas, setelah hari Pentakosta kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan ke mana setiap orang diutus untuk mengabarkan Injil. Di India, Tomas disuruh membangun istana untuk Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterima untuk pembangunan istana diberikan oleh Tomas kepada orang miskin. Tomas menerangkan bahwa ia sedang membangun istana di sorga bagi Raja Gudnaphar. Raja itu sangat marah dan ia memenjarakan Tomas. Akan tetapi, sesudah itu raja dan adiknya Gad menerima “tiga tanda materai kekristenan”, yaitu urapan minyak, baptisan dan Perjamuan Kudus. Tomas berjalan jauh untuk mengabarkan Injil, sampai ia ditombak mati di bagian lain di India.

2.2.3 Edesa

Di antara dua negara besar, Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Partia, terletak beberapa negara kecil yang berjuang dengan susah payah untuk mempertahankan kedudukan mereka sebagai negara merdeka. Salah satu negara kecil itu adalah kerajaan Osrhoene. Ibukotanya adalah Edessa, yang terletak di Sungai Daisan, anak Sungai Efrat, dekat jalan raya perdagangan antara Armenia dan padang gurun pasir di Siria. Eusebius, dalam bukunya Sejarah Gereja, ditulis kira-kira tahun 320, melaporkan cerita yang diambilnya dari kantor arsip Edessa, tentang pertobatan Raja Abgar V (13-50 M).

2.2.4 Kristologi dan soteriologi Gereja Asia Purba

Agama Kristen lahir di suatu tempat dan pada suatu waktu di mana berbagai kebudayaan dan kepercayaan bertemu. Akarnya ada dalam agama Yahudi, tetapi iman Kristen harus juga harus menghadapi pola pemikiran filsafat Yunani, tetapi iman Kristen harus juga menghadapi pola pemikiran astrologi Babilonia (ilmu nujum perbinatangan), agama-agama misteri, kepercayaan kepada dewa-dewi dan lain-lain.

Dalam perkembangan teologi Kristen muncul berbagai perbedaan antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Mengenai hubugan antara Tuhan Allah dan manusia Gereja Roma berpikir secara praktis dan etis. Pokok persoalan utama yang dibicarakan adalah kebenaran; yaitu masalah dosa dan akibat dosa, pertobatan, dan kasih karunia Allah dalam pengampunan dosa. Yesus dianggap terutama sebagai Juruselamat. Perjamuan Kudus diberi tempat yang pokok, oleh karena dalam sakramen tersebut kematian Tuhan Yesus di kayu salib untuk kita diperingati. Pokok persoalan utama bagi Gereja Asia adalah perbedaan antara yang abadi dan yang fana; apa yang harus diketahui untuk memperoleh hidup yang kekal.[2]

2.3 Gereja di Asia dengan Zaman Konstantinus Gereja di Asia pada Zaman Perjanjian Baru

2.3.1 Pertumbuhan Gereja di dalam Kekaisaran Romawi di bagian Asia

1. a. Gereja di Palestina dan Suriah

Gerja dari latar belakang Yahudi (Ebionit) kehilangan peran yang pentng sesudah bangsa Yahudi dikalahkan oleh Roma. Sesudah beberapa ratus tahun kemudian Gereja Ebionit hilang sama sekal. Pengaruh Gereja di Suriah pada awalnya lebih besar di kota-kota besar di antara orang-orang yang berbahasa Yuhudi. Di bidang Kehidupan Kristen dan Teologi terjadi perubahan dibandingkan dengan zamana Perjanjian Baru, secepat abad ke dua itu sendiri. Perubahan ini nyata dalam karangan-karangan bapak-bapak Apostolik. Ignatius dari Antiokhia dalam tujuh suratnya sudah menunjukkan tanda-tanda moralisme dan Hukum Tuarat yang baru. Perkembangan pikiran itu menuju kearah menggantikan Inji dengan Hukum Taurat lagi. Theophilus, uskup Antiokhias pada pertengahan kadua abad ke dua, dapat disebut sebagai apologet pertama di Surih, yaitu seseorang teolog yang membela iman kristen secara argumentatif dan intelektual. Kanon Perjanjian Baru juga menhadi pokok perselisihan teologis. Seuatu yang khusus dan ciri khas buat Gereja di Suriah pada abad-abad pertama menjadi pengaruh Diatessaron yang disusun oleh tatian.

b. Gereja di Asia Kecil

Seperti yang terlihat pada zaman Perjanjian Baru, Asia Kecil menjadi pusat Geraja Mula-mula. Sama seperti di Suriah kota-kota beser lebih dulu dicapai oleh Injil. Asia kecil menjadi daerah yang pertama di mana orang Kristen merupakan mayoritas. Sejak abad yang pertama ada penganiayaan-penganiayan orang Kristen bersifat insidentil. Sebagai berita asli ada surat Plinius kepada Kaisar Trayanus dan surat jawaban Kaisar Trayanus kepada Plinius. Antara tahun 109 dan 113, Plinius ditugaska sebagai Legatus untuk megatur hal-hal pitik dan Bitinia dan Pontus. Pneumatologijuga menjadi ajang perselisihan teologias dia Asia Kecil pada pertegahan abad kedua. Montanus dari Erigia mendirikan Montanisme, baik yang bersifat askatologis mupun yang ekstatis. Di Asia Kecil juga dapat dilihat bagaimana pengaruh agama setempat dan kepercayaan lokal masuk Geraja. Ireneus dari lyon, yang berasal dari Asia Kecil, menjadi pendiri dan pelopor teolog Roma-Katolik.

2. Pertumbuhan Gereja di Luar Kekaisaran Romawi

Buat Eusebius dari Kaiserea, pelopor penulisan sejarah Gereja yang pertama pada zaman kaisar Konstantinus, mengenai gambaran dan konsep Gereja hanya terbatas pada Gereja yang hidup di dalam Kekaisaran Romawi. Untuk sejarah perkembangan Gereja di luar Kekaisaran Romawi pada abad-abad yang pertama kita memiliki kesaksian yang sangat penting dalam Kronik dari Arbela, yang disusun oleh Meshikha-Sekha antara tahun 509 sampai dengan 569. Kronik itu menyaksikan sejak awal abad ke-2 ada jemaat Kristen di Mesopotamia. Doktrin Rasu-Rasul, yang disusun kira-kira pada tahun 250 di Edessa, juga menyebut pelayanan Rasul Thomas di India: “India, dan semua daerah yang termasuk wilayahnya dan berada disekelilingnya, bahkan sampai laut terjauh, menerima penahbisan para rasul kepada jabatan imam dari Yudas Thomas, yang menjadi pembimbing dan penguasa yang telah dibangunnya disana. Ia juga melayani di dalam gereja tersebut.” (Teaching of the Apostles, Ante-NiceneFathers VIII, HLM.671).[3]

2.4 Konstantinus Gereja di Asia pada Zaman Perjanjian Baru

2.4.1 Gereja di Asia pada Zaman Perjanjian Baru Menurut Kisah Para Rasul

Sejarah Gerja mulai di Yerusalem pada hari Pentakosta (Kis. 2). Yerusalem terletak di Asia Barat, dan bangsa Yahudi adalah bangsa Asia Barat. Tempat kegiatan-kegiatan Kisah Para Rasul 1-7 adalah Yerusalem. Sesuai dengan Kisah Para Rasul 1:8 Injil kemudian dikabarkan di Yudea dan Samaria (Kis. 8:1); baik ibu kota Samaria (Kis. 8:5), maupun desa-desa (Kis. 8:25). Filipus kemudian melayani di setiap kota mulai dari Asdod sampai ke Kaisarea (Kis. 8:40).

Damsyik (Damaskus), Yerusalem, Kaisarea dan Tarsus disebut berhubungan dengan pertobatan Saulus (Kis. 9:2, 10, 22, 30). Sebagai akibat penganiayaan, Injil dibawa dari Yerusalem dan Yudea (Kis. 11:1,2) ke Fenisia, Siprus dan Aniokhia (Kis. 11:19), tetapi Injil masih hanya dikabarkan kepada orang Yahudi. Untuk sementara perhatian kembali ke Yerusalem (Kis. 11:22,27; ps; 12); Tarsus (Kis. 11:25) dan Yudea (Kis. 11:29).

Pada permulaan perjalanan Rasul Paulus kita melihat perluasan pemberitaan Injil secara luar biasa. Secara geografis kita dapat membedakan nama daerah, seperti Pisida dan Likaonia, dan nama propinsi Kekaisaran Romawi seperti Pamfilia dan Galatia. Melalui perjalanan yang pertama wilaayah yang sudah ada kontak dengan Injil menjadi jauh lebih luas. Sesudah perjalanan yang pertama Rasul Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia (Kis. 14:26). Hasil sidang di Yerusalem adalah surat yang dibawa oleh Paulus dan Silas ke jemaat di Antiokhia (Kis. 14:26, 27) dan kmudian pada permulaan perjalanan yang kedua ke jemaat-jemaat yang didirikan pada perjalanan yang pertama sebagai tindak lanjut perjalanan yang pertama (Kis. 15:36; 16:1-4: Derbe, Listra, Ikonium).

Tetapi melalui perjalanan yang kedua Gereja menjadi jauh lebih besar. Pada kesempatan perjalanan yang kedua Injil masuk ke Eropa (Kis. 16:9, 11,12). Lewat Kaisarea Rasul Paulus kembali ke Antiokhia (Kis. 18:22), berangkat dari situ untuk perjalanan yang ketiga, yang dimulai dengan tindak lanjut ke Galatia dan Frigia (Kis. 18:23). Titik berat pelayanan Rasul Paulus yang paling luas terjadi di Efesus, pusat Provinsi Asia (Kis. 19:1-12). Sesudah di Yunani (Kis 19:21; 20:2, 3). Rasul Paulus menuju ke Yerusalem. Sesudah ditangkap Rasul Paulus pada akhirnya menuju ke Italia (Kis. 27:1, 6), dan khususnya ke Roma, ibu kota Kekaisaran Romawi, lewat Kaisarea (Kis. 23:23, 34; 25:13), Sidon (Kis. 27:3), malta (Kis. 28:1) dan Puteoli (Kis. 28:13, 14).

2.4.2 Gereja di Asia pada Zaman Perjanjian Baru Menurut Kitab-Kitab lain Perjanjian Baru

Kitab Kisah Para Rasul menunjukkan gerakan misioner yang menuju ke daerah baru. Dalam Kitab-kitab lain Perjanjian Baru kita juga dapat melihat bagaimana Asia presentasikan dalam Gereja Zaman Perjanjian Baru. Surat 1 Korintus yang ditulis di Efesus (1 Kor. 16:8) mencerminkan pelayanan Rasul Paulus di Efesus dan sekitarnya (1 Kor. 15:32; 16:8,9, 19).

Surat 1 Petrus 1:1 menyebut lima daerah di Asia Kecil: Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia. Dapat kita lihat bahwa pusat Kekristenan pada zaman Perjanjian Baru terletak di Asia Barat. Gereja berasal dari Asia Barat dan mempunyai akar disitu. Gereja bersifat asli Asia.[4]

2.5 Kesaksian-kesaksian Kristen yang Semula di Asia Tenggara

Agama Kristen sudah meluas sebelum agama Islam mulai disebarkan oleh Nabi Muhammad. Dalam Kerajaan Persia pra-Islam, beberapa Gereja Timur yang berbahasa Arami (Suriah) berkembang dan pasti ada anggotanya yang ikut dalam perdagangan, sebab saluran perjalanan perdagangan antara Timur Tengah dan Timur Jauh bukan saja lewat “Jalur Sutra”, melainkan juga lewat saluran laut. Orang-orang Kristen pernah ditindas dengan kejam di Kerajaan Persia. Sebabnya ialah bahwa pada masa itu, kebanyakan dari orang-orang Kristen yang bermukim dalam Kerajaan Persia, secara gerejawi masih terikat dengan Patriarkat Antiokhia (Suriah) yang tetap dikuasai oleh Kerajaan Bizantium, musuh Persia, dan karena itu mereka dianggap sebagai golongan yang mungkin akan berpihak pada musuh dan mengkhianati Persia.

Nestorius menekankan bahwa dua natura, yakni “yang ilahi” dan “yang manusiawi”, dalam diri pribadi Yesus hadir secara terpisah. Dengan demikian, Bunda Maria juga tidak boleh disebut theodokos, “Ibunda Ilah”, seperti yang menjadi kebiasaan dalam Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Katolik Roma waktu itu, melainkan sebagai christodoks, ‘Ibunda Kristus’. Ajarannya ini diterima oleh gereja yang berpusat Ktesiphon, dan akibatnya ialah bahwa hubungan kegerejaan dengan Gereja Yunani dan Gereja Latin yang ortodoks terputus.[5]

III. Kesimpulan

Dari sudut pandang sejarah Asia, masa Perang Dunia II dianggap sebagai periode yang telah membagi sejarah dunia modern ke dalam dua era: zaman kolonial dan zaman pasca kolonial. Zaman kolonial yang dimaksud ialah era di mana berlangsung ekspansi peradaban imperialis Barat ke bagian dunia non-Barat, yang dikenal di Asia dengan sebutan era Vasco Da Gama (1492-1947). Sedangkan zaman pasca kolonial yang dimasud ialah era di mana berakhirnya dominasi Barat pada satu pihak, dan bangkitnya bangsa-bangsa baru di Asia dan Afrika di lain pihak.

Agama Kristen sudah meluas sebelum agama Islam mulai disebarkan oleh Nabi Muhammad. Dalam Kerajaan Persia pra-Islam, beberapa Gereja Timur yang berbahasa Arami (Suriah) berkembang dan pasti ada anggotanya yang ikut dalam perdagangan, sebab saluran perjalanan perdagangan antara Timur Tengah dan Timur Jauh bukan saja lewat “Jalur Sutra”, melainkan juga lewat saluran laut. Orang-orang Kristen pernah ditindas dengan kejam di Kerajaan Persia. Sebabnya ialah bahwa pada masa itu, kebanyakan dari orang-orang Kristen yang bermukim dalam Kerajaan Persia, secara gerejawi masih terikat dengan Patriarkat Antiokhia (Suriah) yang tetap dikuasai oleh Kerajaan Bizantium, musuh Persia, dan karena itu mereka dianggap sebagai golongan yang mungkin akan berpihak pada musuh dan mengkhianati Persia.



IV. Daftar Pustaka

Dr. Pdt. Richard A.D. Siwu, Misi Dalam Pandangan Ekumenikan dan Evangelikal Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia).

Ruck, Dr. Anne, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019).

Wetzel, Dr. Klaus, Ringkasan Sejarah Gereja Asia, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2015).

Schumann, Olaf, Kekristenan Di Asia Tenggara, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017).




[1] Pdt. Dr. Richard A.D. Siwu, Misi Dalam Pandangan Ekumenikan dan Evangelikal Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 1-2.


[2] Dr. Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 9-21.


[3] Dr. Klaus Wetzel, Ringkasan Sejarah Gereja Asia, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2015), 11-15.


[4] Dr. Klaus Wetzel, Ringkasan Sejarah Gereja Asia, (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2015), 7-10.


[5] Olaf Schumann, Kekristenan Di Asia Tenggara, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 1-2.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca selengkapnya disini ya