Misi Sebagai Penginjilan
Misi Sebagai Penginjilan
I. Pendahuluan
Dalam pertemuan kali ini kita akan membahas tentang Misi Sebagai Penginjilan, misi yakni sebagai “perutusan”, misi mempunyai dua istilah yaitu Missio Dei dan Missio Christi. yang berarti bahwa Allah memberi diriNya sendiri bagi dunia lewat Yesus Kristus. Missio Dei merupakan titik tolak dalam memulai penyelidikan tentang hakikat misi. Yang mana Missio Dei memberitakan kabar baik bahwa Allah adalah Allah untuk manusia. Dan injil adalah adalah kabar tentang kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia untuk melakukan karya penyelamatan bagi manusia berdosa. Banyak lagi yang dapat kita bahas disajian kita kali ini. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Tuhan Yesus Memberkati.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Misi
Missiology bersal dari bahasa Latin mission dan bahasa Yunani logos. Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, dapat disimpulkan baha misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perutusan.[1] Mission juga dapat diartikan sebagai pengutusan Tuhan , dimana Mission beranjak dari hati Allah kedalam dunia penciptaan-Nya. mission adalah rencana pengutusan Allah ( Missio Dei) yang kekal untuk membawa Syalom kepada manusia dan segenap ciptaanNya.
Berangkat dari pengertian misi yakni sebagai “perutusan”, munculah dua istilah Missio Dei dan Missio Christi.[2]yang berarti bahwa Allah memberi diriNya sendiri bagi dunia lewat Yesus Kristus.[3] Missio Dei merupakan titik tolak dalam memulai penyelidikan tentang hakikat misi.[4] Yang mana Missio Dei memberitakan kabar baik bahwa Allah adalah Allah untuk manusia.[5]
2.2. Landasan Alkitab Tentang Misi
2.2.1. Misi dalam Perjanjian Lama
Dalam kitab kejadian 1:28 Adam diberi mandat misi untuk memenuhi, menguasai, dan menahlukkan bumi bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan memberi tanggung jawab sebagai mandat untuk dilakukan Adam dalam mewujudkan damai sejahtera atau syalom bagi bumi dan segala isinya.[6] Pemberian mandat dan tanggungjawab dari Allah kepada orang yang dipilih-Nya merupakan tugas misi Allah untuk kesejahteraan umat manusia dan segala ciptaan-Nya. Allah dalam karya-Nya tentu melibatkan manusia sebagai rekan kerja untuk mewujudkan damai sejahtera bagi semua ciptaan-Nya. Dalam kitab Kejadian 12 dijelaskan tentang pemanggilan Abram untuk keluar dari negerinya dan kaum keluarganya demi mewujudkan misi Allah, yaitu menjadi berkat bagi semua bangsa di bumi (Kej. 12:1-3).[7]
2.2.2. Misi dalam Perjanjian Baru
Injil Matius 28:18-20 menjadi dasar bagi umat Kristen dalam melaksanakan misi bagi orang lain karena pada ayat tersebut tersirat perintah untuk melanjutkan pelayanan Yesus Kristusmemberitakan Injil. [8]Dalam Matius 28:18-20 dikatakan: Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Ayat ini membuat 3 perintah yang harus dilakukan dilakukan olehpara murid Yesus untuk melaksanakan pelayanan misi, yaitu,pertama: menjadikan semua bangsa murid Yesus,kedua: membaptis orang-orang yang menerima Yesus Kristus dalam namaBapa, Anak dan Roh Kudus, dan yangketiga: mengajarkan mereka segala sesuatu yang telah diajarkan Yesus Kristus. Yesus telahmelaksanakan misi Allah, maka murid-murid pun harus melakukandan melanjutkan misi tersebut.[9]
2.3. Pengertian Penginjilan
Kata “Injil’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "kabar baik" atau "berita baik" atau "berita suka cita.” Kabar baik yang dimaksud di sini adalah kabar tentang kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia untuk melakukan karya penyelamatan bagi manusia berdosa.[10] Dalam Alkitab, baik dalam kitab PB mau pun dalam kitab PL, kata penginjilan tidak ditemukan secara hurufiah. Pada hakekatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu εναγγελιςω dibaca “evanggeliso” artinya “mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik,[11] dan “memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam Yesus”.[12]
Dalam konteks aslinya kata “evanggeliso” merupakan satu istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti “upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur, dan atau berita kemenangan itu sendiri.”Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso” untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus.[13]
2.4.Pengertian Penginjilan Menurut para Tokoh
J. I. Packer mendefenisikan penginjilan sebagai memberitakan kabar baik. Penginjilan adalah pengkomunikasian yang dilakukan oleh orang Kristen sebagai penyambung lidah Allah yang menyampaikan pengampunan Allah kepada orang berdosa.[14]
2.5.Dasar –Dasar Penginjilan
Yesus Kristus memberikan amanat kepada gereja-Nya sebelum ia naik ke surga. Amanat ini diberikan setelah kebangkitan-Nya, amanat Agung yaitu Karena itu pergilah,jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa samapai kepada akhir zaman.[15]
2.6. Tujuan Penginjilan
Tujuan penginjilan berkaitan erat dengan dasar-dasar penginjilan. Baik dasar-dasar penginjilan adalah syarat mutlak untuk melaksanakan penginjilan. Yang pertama memberikan alasan dan yang kedua memberikan maksudnya. Kedua hal ini menentukan kelangsungan penginjilan. Tujuan penginjilan mencakup 3 hal, yaitu:
1. Conversion gentilium (pertobatan orang-orang kafir, bangsa-bangsa lain ) ini merupakan tujuan pertama yang dapat terlaksana.
2. Plantatio Ecc Lesiae (Penanaman atau ditanamnya atau diperkembangkannya gereja). Dimana injil diterima disana lahirlah gereja.
3. Gloria et manifastion gratie divinae (kemuliaan dan pernyataan kasih karunia ilahi). [16]
2.7.Pengkabaran Injil Bagi Umat Kristen
Pekabaran Injil pada dasarnya merupakan suatu bagian yang menjadi tanggung jawab seluruh orang Kristen, sebab Kristus sendiri hadir di tengah dunia dalam rangka memberitakan Injil kepada dunia. Kehadiran-Nya di dalam dunia di hayati sebagai usaha untuk memberitakan Injil sebagaimana yang ditulis dalam (Markus 1:38: Aku memberitakan injil karena untuk itu Aku datang..’yang dimaksud Injil dalam kata ini adalah kata “Injil” di artikan “sebagai kabar baik”.[17] Perintah Tuhan Yesus Kristus pada Hakekatnya adalah perintah untuk memuridkan (mengajar untuk melakukan Perintah Yesus Kritus), dan membaptiskan (sebagaimana yang dilakukan Yesus Kristus sejak awal kegiatan pelayanan-Nya), sehingga orang dapat mengenal dan merasakan tanda-tanda kedatangan Kerajaan Allah dalam hidunya.[18]
2.8. Misi Sebagai Penginjilan
Misi dan penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus, yang harus dilaksanakan dengan khusus pula mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari Yesus sendiri. Jika misi dihubungkan dengan Amanat Agung dapat kita renungkan kesimpulannya bahwa Yesus menginginkan tidak ada satupun dari manusia yang terlewati oleh Injil, baik dari suku atau bangsa manapun juga. Kata semua bangsa ini menyangkut setiap orang, baik itu laki-laki maupun perempuan, miskin-kaya, jadi artinya ialah bahwa Allah menginginkan keselamatan yang holistic atas semua orang. Jika dikaitkan lagi dengan gereja sebagai pengemban atau pelaksana dari Amanat Agung itu, maka dapat kita fikirkan bahwa pernyataan terwujudnya perintah dari misi itu hanya bisa terjadi jika gereja melaksanakan penginjilan keseluruh pelosok, bahkan sampai keujung bumi dengan ketaatan kepada perintah Yesus agar orang-orang yang masih hidup dalam dosa dan belum mengenal Sang Juruselamat itu juga memperoleh berita anugerah melalui Injil keselamatan yang diberitakan. Gereja adalah Ekklesianya Tuhan Yesus ( “eklessia” berasal dari bahasa Yunani yang berarti yang dipanggil dari dunia ini untuk menjadi milik-Nya dan berada dalam sesuatu yang sungguh-sungguh ada dan terpisah semata-mata karena pemanggilannya oleh Allah), Stott mengatakan bahwa misi penginjilan yang menjangkau semua orang tersebut merupakan suatu tugas gereja yang sesungguhnya.[19]
Pemahaman yang konstruktif tentang Penginjilan sebagai berikut:
1. Misi lebih luas daripada penginjilan. Misi berarti keseluruhan tugas yang telah Allah berikan kepada Gereja demi keselamatan dunia, tetapi satu terkait dengan satu konteks khusus kuasa jahat, keputusasaan dan ketersesatan (sebagaimana yang didefenisikan Yesus tentang “misi”-Nya menurut Lukas 4:18). Misi mencangkup semua kegiatan menolong membebaskan manusia dari perbudakannya dihadapan Allah dan misi adalah gereja yang diutus ke dalam dunia untuk mengasihi, melayani, memberitakan, mengajar, menyembuhkan, membebaskan.
2. Penginjilan tidak boleh disamakan dengan misi. Lebih baik mempertahankan kekhususan penginjilan dalam misi gereja yang lebih luas. Penginjilan adalah bagian yang integral dari misi, “cukup berbeda namun tidak terpisah dari misi”
3. Penginjilan dapat dipandang sebagai “dimensi” yang hakiki “dari keseluruhan kegiatan Gereja. Penginjilan adalah satu dari dua bagian atau komponen dari misi (yang lainnya adalah pelayanan sosial). Penginjilan sesekali tidak boleh diberikan hidupnya sendiri, terpisah dari bagian lainnya dari kehidupan dan pelayanan Gereja.
4. Penginjilan melibatkan kesaksian tentang apa yang Allah telah, sedang, dan akan perbuat. Ini adalah cara Yesus memulai pelayanan penginjilanNya menurut injil-injil Sinoptik: “waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk. 1:15). Penginjilan memberitakan bahwa Allah, Sang Khalik dan Tuhan seluruh alam ini, secara pribadi telah ikut campur dalam sejarah manusia dan telah melakukannya terutama sekali melalui pribadi dan pelayanan Yesus dari Nazaret, yaitu Tuhan atas sejarah, Juruselamat, dan pembebas. Di dalam Yesus ini, yang menjelma, disalibkan, dan bangkit, pemerintahan Allah telah dimulai.
5. Penginjilan mengharapkan suatu tanggapan. Berdasarkan realitaskegenapan zaman dan terobosan pemerintahan Allah, Yesus memanggil orang-orang yang mendengar-Nya “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Panggilan ini merupakan panggilan pada perubahan-perubahan yang spesifik, untuk menolak bukti-bukti dominasi dosa di dalam hidup kita dan untuk menerima tanggung jawab dalam pengertian kasih Allah bagi sesama kita, bukankah metanoia mencakup “transformasi total dari sikap dan gaya hidup kita”.
6. Penginjilan selalu berarti undangan. Usaha ini menyampaikan suatu pesan yang positif; pengharapanlah yang kita tawarkan kepada dunia. Penginjilan sekali-kali tidak boleh merosot menjadi ppembujukan, apalagi ancaman.
7. Orang yang menginjili adalah saksi, bukan hakim. Hal ini mempunyai konsekuensi-konsukuensi penting terhadap cara kita mengevaluasi pelayanan penginjilan kita sering kali dengan mudah membagi orang kedalam kelompok “yang selamat” dan “yang sesat”.
8. Penginjilan merupakan suatu pelayanan yang tidak dapat disisihkan. Ini bukanlah satu tambahan melainkan suatu tugas suci.”harus dilakukan” oleh gereja.
9. Penginjilan hanyalah mungkin bila komunitasyang menginjili itu gereja menjadi perwujudan yang bercahaya dari iman Kristen dan memperlihatkan gaya hidup yang menarik
10. Penginjilan menawarkan kepada manusia kepada keselamatan sebagai karunia masa kini dan dengan jaminan sukacita kekal. Melalui penginjilan dapat menghantarkan kepada orang “suatu keselamatan yang transenden dan eskatologis, yang sungguh-sungguh dimulai dalam kehidupan ini tetapi yang digenapi didalam kekekalan.”
11. Penginjilan bukanlah proselitisme. Terlalu sering penginjilan dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh kembali pengaruh gerejawi yang telah lenyap, dalam Katolisisme dan protestanisme.
12. Penginjilan tidaklah sama dengan perluasan Gereja. Pusat perhatian dari penginjilan ini tidak boleh tertuju pada Gereja tetapi kepada pemerintahan Allah yang menerobos.
13. Yang membedakan penginjilan dengan rekrutmen anggota tidaklah berarti bahwa keduanya saling tidak terkait. Bukankah, “inti misi Kristen adalah mendukung pelipatgandaan jemaat setempat dalam setiap situasi manusia. Kita tidak dapat bersikap bodo amat tentang jumlah, karena Allah “menghendaki supaya jangan ada yang binasa” (2 Ptr. 3:9).
14. Dalam penginjilan hanya manusia yang dapat disapa dan hanya manusia yang dapat menjawab. Penginjilan yang otentik tak pelak lagi mempunyai dimensi pribadi. Injil adalah “pemberitaan tentang suatu perjumpaan pribadi, yang diperantarai oleh Roh Kudus, dengan Kristus yang hidup, yang menerima pengampunan-Nya dengan secara pribadi menerima panggilan kemuridan”.
15. Penginjilan yang otentik selalu bersifat konstektual. Injil datang sebagai damai, penghiburan, pemenuhan dan sukacita. Tetapi injil menawarkan semua ini hanya di dalam konteksnya sebagai firman tentang kedudukan Kristus sebagai Tuhan dalam semua bidang kehidupan, suatu firman pengharapan yang berwibawa tentang dunia yang kita ketahui akan selamanya tinggal.
16. Penginjilan tidak dapat dipisahkan dari pemberitaan. Penginjilan berarti memanggil orang untuk pemerintahan Allah, membebaskan mereka dari diri mereka sendiri, dosa-dosa mereka, keterlibatan mereka dan keterikatan mereka, sehingga mereka akan bebas untuk Allah dan sesamanya. Ia memanggil pribadi-pribadi ke suatu kehidupan yang terbuka, kerentanan, keutuhan, dan kasih. Jadi penginjilan adalah memanggil orang untuk melakukan misi.
17. Penginjilan bukan mekanisme untuk mempercepat kedatangan Kristus kembali.
Penginjilan bukan hanya pemberitaan verbal. Kendatipun demikian, penginjilan mempunyai dimensi verbal tidak dapat dielakkan. Dalam sebuah masyarakat yang ditandai dengan relativisme dan agnostisisme, kita penting menyebut Nama Dia yang kita percayai. Orang-orang Kristen ditantang untuk memberikan pertanggungjawaban atas pengharapan yang ada di dalam diri mereka (1 Ptr. 3:15); hidup mereka tidaklah cukup transparan bagu orang lain untuk mampu mengenali mana asal-usul pengharapan tersebut. Karena itu firman itu tidak boleh dipisahkan dari perbuatan, teladan, “kehadiran Kristen”, kesaksian kehidupan. Injil itu adalah “Firman yang menjadi Daging
2.9. Gereja dan Misi
Misi gereja adalah kegiatan-kegiatan gerejawi yang dilaksanakan untuk mencapai cita-cita yang dinyatakan oleh Yesus, yaitu ‘agar tidak ada kawanan domba yang terhilang, agar semuanya diselamatkan dan semuanya menjadi satu.[20] Ketika Tuhan Yesus menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini, Ia dan murid-muridnya beserta pengikut-Nya berkumpul di suatu bukit yang disebut bukit zaitun dan memberikan tugas kepada pengikut-pengikut-Nya, “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku, beritakanlah injil keseluruh bumi. (Mat. 28:18-20; Mrk. 16;15; Luk. 24:27-48; Yoh. 17:18; 20:21; Kis. 1:8). Keterpanggilan gereja dalam dunia ini merupakan tugas atau amanat agung dalam mengeban tugas dan pelayanan.[21] Gereja harus mampu dan menjalankan visi dan misi dari Allah kepada dunia.
1. Marturia (Kesaksian)
Sebagai umat pilihan Allah Marturia (Kesaksian) adalah wajib memberitakan kepada orang lain segala perbuatan Tuhan yang telah memanggil kita kepada-Nya (Band. 1 Ptr.2:9-10). Bersaksi adalah sesuatu yang wajib bagi umat ketebusan Allah, memberi kesaksian teradap orang lain atas segala sesuatu yang Tuhan nyatakan dalam kehidupan gereja.[22] Oleh karena itu dalam mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai umat pilihan sudah seharusnya menampakkan wujud dari panggilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, melalui sikap hidup, tutur kata serta seluruh aspek kehidupannya. Dengan demikian gereja adalah saksi kristus di tengah-tengah dunia.
2. Koinonia (Persekutuan)
Dalam kehidupan beriman gereja, tidaklah efektif bila tidak disertai dengan kehidupan dalam persekutuan, karena dalam bersekutu hubungan dengan sesama semakin dibangun, hubungan sosial menjadi baik ketika aktif dalam persekutuan. [23]Umat pilihan yang yang telah dipersatukan dalam Kristus hendaknya saling memperhatikan satu sama lain sebagaimana Kristus telah mempersatukan jemaat-Nya. Saling memperhatikan dalam artian bahwa gereja yang telah dipersatukan tersebut hendaknya saling mendukung, saling memberikan motivasi, saling memberikan pengharapan serta saling meguatkan dalam menjalani kehidupan ini.
3. Diakonia (Pelayanan)
Secara harafia kata “diakonia” berarti memberi pertolongan atau pelayanan.[24] Kalau diartikan secara luas, diakonia berarti semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus dalam jemaat, untuk membangun dan memperluas jemaat oleh mereka yang dipanggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat biasa. Serta diakonia dalam artian yang khusus yaitu memberikan bantuan kepada semua orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupan masyarakat. [25]Sebagaimana yang dikatakan Yesus bahwa “Anak Manusia tidak datang untuk dilayani melainkan untuk melayani,” begitupun Gereja hadir di tengah-tengah dunia ini. Artinya bahwa kehadiran gereja di dunia ini bukan untuk menjadi pengemis atau minta dilayani melainkan melayani. Gereja harus tanggap melihat realita yang terjadi, prihatin, dan kepedulian terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan. Tampil dalam pelayanan sebagai wujud pelayanannya dan wajud iman kepada Tuhan.
4. Pengajaran
Misi pengajaran dengan jelas disampaikan Yesus, bahwa “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:20). Misi ini diamanatkan kepada semua orang tanpa memandang siapapun, diamanatkan untuk mengajarkan ajaran Yesus. Oleh sebab itu dianjurkan untuk belajar dengan baik agar mengajarkan yang baik pula.[26]
2.10. Hubungan Gereja dengan Misi dan Penginjilan
Gereja tidak bisa berkembang dan bertahan tanpa misi dan penginjilan. Hubungan antara penginjilan dengan pertumbuhan gereja sangatlah erat, sehingga gereja akan mati apabila penginjilan dan misi sudah tidak dilaksanakan lagi dengan efektif dan metode yang kreatif.
Purnawan menuliskan hubungan erat antara pertumbuhan gereja dengan misi dan penginjilan yaitu penginjilan adalah motor pertumbuhan gereja, tanpa penginjilan gereja tidak lahir. Penginjilan memiliki peran utama dalam pertumbuhan gereja, pertumbuhan yang dihasilkan adalah pertumbuhan yang sehat. Sehat karena pertumbuhan ini sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menginginkan agar jangan ada yang binasa, melainkan semua orang bertobat (2 Pet. 3:9). Tanpa penginjilan dan misi, gereja akan berhenti untuk bertumbuh, bahkan mungkin dengan segera mati.[27]
Gereja sebagai mandataris Allah yang telah menerima Amanat Agung memiliki tanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada setiap orang yang belum selamat. Gereja adalah pengemban tugas menyampaikan Amanat Agung itu. Gereja diutus sebagai suatu subjek yang wajib membagikan keselamatan yang telah diterimanya kepada dunia ini sebagai objek dari misi Allah tersebut. Dunia ini yang adalah objek dari misi gereja berisi masyarakat luas dengan berbagai macam ragam perbedaan dan kemajemukan didalamnya dan gereja tidak bisa dipisahkan dari hal-hal tersebut.[28]
III. Kesimpulan
Missiology bersal dari bahasa Latin mission dan bahasa Yunani logos. Mission berarti perutusan dengan pesan atau message khusus untuk disampaikan atau tugas khusus untuk dilaksanakan. Logos berarti ilmu atau studi, kata atau wacana, dapat disimpulkan baha misiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perutusan. Misi gereja adalah kegiatan-kegiatan gerejawi yang dilaksanakan untuk mencapai cita-cita yang dinyatakan oleh Yesus, yaitu ‘agar tidak ada kawanan domba yang terhilang, agar semuanya diselamatkan dan semuanya menjadi satu. Ketika Tuhan Yesus menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini, Ia dan murid-muridnya beserta pengikut-Nya berkumpul di suatu bukit yang disebut bukit zaitun dan memberikan tugas kepada pengikut-pengikut-Nya, “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku, beritakanlah injil keseluruh bumi. Hubungan antara penginjilan dengan pertumbuhan gereja sangatlah erat, sehingga gereja akan mati apabila penginjilan dan misi sudah tidak dilaksanakan lagi dengan efektif dan metode yang kreatif.
IV. Daftar Pustaka
.., Konsultansi Nasional Pekabaran Injil. Semarang: Hotel Gracia, 2011.
Alkitab
Ambarita, Darsono. Perspektif Misi Dalam Perjanjian Lama & Perjanjian Barui. Pelita Kebenaran Pers , 2018.
Balz, Horst & Schneider, Gerhard. Exegetical Dictionary Of The New Testtament (Volume 2). Michigan William B. Eerdmans Publishing Company Grands Rapids 1999.
Bosch David J. Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
BPMS GKI.Visi dan Misi Gereja Kristen Indonesia. Jakarta:BPMS GKI, 2004. Conterius, Wilhem Djulei. Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru. Flores: Nusa Indah, 2001.
A. D. Siwu, Richard,. Misi Dalam Pandangan Ekumenikal Dan Evangelikal. Jakarta: BPK-GM, 1996.
Elbers, Veronika J., Gereja Misioner. Malang: Literatur SAAT, 2015. Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Kuiper , Arie De,. Missiologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Noordegraaf, A. Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Packer, J. I. , Evangelism And The Sovereigh Of God. Surabaya: Momentum, 2003.
Proyek Pembinaan Calon Tenaga Kependidikan, Agama Kristen. jakarta: Sekretariat Jenderal Dapertemen Agama RI, 2003.
Sils, M.David. Penginjilan Misi. Surabaya: Momentum, 2015.
Stott, John. Satu Umat . Malang : Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1990.
Strong, James. Strong’s Exhaustive Concordance Of The Bible. Iowa: Riverside Book and Bible Haouse Iowa Falls.
Tanya, Eli. Gereja dan Pak.Jakarta: Agiamedia, 1999.
Tomata, Y. Penginjilan Masa Kini. Malang: Gandum Mas, 2004.
Tomata,Yakub. Penginjilan Masa Kini (Jilid I). Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1988.
Wongso, Peter. Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini. Malang : Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1996.
Sumber Lain:
http://samuelwau.blogspot.co.id/2010/10/apa-itu-injil.html
[1] Wilhem Djulei Conterius, Misiologi dan Misi Gereja Milenium Baru, (Flores: Nusa Indah, 2001), 13.
[2] David J Bosch, Transformasi Misi Kristen, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 15.
[3]Richard A. D. Siwu, Misi Dalam Pandangan Ekumenikal Dan Evangelikal, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 197.
[4] David J Bosch, Transformasi Misi Kristen, 27.
[5] David J Bosch, Transformasi Misi Kristen, 15.
[6] Y. Tomata, Penginjilan Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004), 7.
[7] M. David Sils, Penginjilan Misi, (Surabaya: Momentum, 2015), 45.
[8] Veronika J. Elbers, Gereja Misioner,(Malang: Literatur SAAT, 2015), 1.
[9] Y. Tomata, Penginjilan Masa Kini, ( Malang: Gandum Mas, 2004), 25.
[10] http://samuelwau.blogspot.co.id/2010/10/apa-itu-injil.html Diakses tanggal 6 April 2021, Jam 13.07 WIB.
[11] James Strong, Strong’s Exhaustive Concordance Of The Bible, (Iowa: Riverside Book and Bible Haouse Iowa Falls), 33.
[12] Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary Of The New Testtament (Volume 2), (Michigan William B. Eerdmans Publishing Company Grands Rapids 199), 69.
[13] Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (Jilid I), (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1988), 24.
[14] J. I. Packer , Evangelism And The Sovereigh Of God , (Surabaya: Momentum, 2003), 27.
[15] Mat. 28:19-20.
[16] Arie De Kuiper, Missiologi, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 97.
[17] .., Konsultansi Nasional Pekabaran Injil, (Semarang: Hotel Gracia, 2011).
[18] BPMS GKI , Visi dan Misi Gereja Kristen Indonesia, (Jakarta:BPMS GKI, 2004), 16.
[19]John Stott, Satu Umat ( Malang : Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1990 ), 10.
[20] Proyek Pembinaan Calon Tenaga Kependidikan, Agama Kristen, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Dapertemen Agama RI, 2003), 14.
[21] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 50.
[22] Eli Tanya, Gereja dan Pak, ( Jakarta: Agiamedia, 1999), 10.
[23]Ibid, 11.
[24]A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 2.
[25]A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja,5.
[26] Proyek Pembinaan Calon Tenaga Kependidikan, Agama Kristen, (Jakarta: Sekretaris Jenderal Dapartemen Agama RI, 2003), 15.
[27] Darsono Ambarita, Perspektif Misi Dalam Perjanjian Lama & Perjanjian Baru, (Pelita Kebenaran Pers , 2018), 54.
[28]Peter Wongso, Tugas Gereja Dan Misi Masa Kini, ( Malang : Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1996 ), 129.