PERNIKAHAN DAN KELUARGA BERTANGGUNG JAWAB
PERNIKAHAN
DAN KELUARGA BERTANGGUNG JAWAB
I.
Pendahuluan
Pernikahan
merupakan sebuah ikatan hubungan antara suami-istri yang dilandaskan oleh
kehendak Allah dan diberkati oleh Allah. Pernikahan dapat dikatakan salah satu
bentuk lembaga yang paling tetap dalam sejarah manusia. Pernikahan bukanlah
peristiwa antarpribadi dua orang yang kebetulan terlibat dalam cinta itu,
melainkan merupakan peristiwa yang menyangkut baik orang yang bersangkutan,
keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Dengan menciptakan hubungan ikatan
pernikahan, maka akan terbentuk sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak. Hubungan keluarga ini harus saling bertanggungjawab untuk memperkokoh
ikatan keluarga inti. Kita akan membahas bagaimana pernikahan dan keluarga
bertanggungjawab dalam pengajaran Kristen. Semoga sajian kami ini membantu kita
semua.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian
Pernikahan
2.1.1. Allah yang Menciptakan Pernikahan[1]
1. Allah
menyediakan penolong yang sepadan (Kejadian 2:8)
2. Allah
menciptakan seorang wanita, dan wanita itu dibawa kepada seorang pria (Kejadian
2:22).
Dapat dilihat dari ayat diatas Allah
yang merencanakan pernikahan antara Adam dan Hawa. Allah yang menjodohkan
manusia (Matius 19:6).
2.1.2.
Allah
yang Mengatur Peraturan Pernikahan[2]
Agar
manusia dalam pernikahan yang direncanakan Allah, maka Allah membuat
peraturan-peraturan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
1. Satu
orang pria harus memiliki satu orang istri. Demikian juga satu orang wanita
harus memiliki satu orang suami (Kejadian 2:21-22; 1 Korintus 7:10-14).
2. Allah
ingin agar anak-anak Allah (orang Kristen) menikah dengan orang Kristen (2
Korintus 7:14).
3. Allah
ingin agar orang yang menikah meninggalkan rumah orangtuanya. Dan hidup sebagai
suatu keluarga yang utuh (Kejadian 2:24).
4. Allah
memberkati pernikahan, itulah sebabnya Allah tidak menghendaki perceraian dalam
pernikahan Kristen (Matius 19:6; Mazmur 127:3).
2.1.3. Sejarah
Singkat Pernikahan Kristen
Pernikahan merupakan bagian hidup yang amat azasi. Di
situ kehidupan manusia diperkembangkan dalam pelbagai seginya, kebudayaan,
sosial emosional, moral, religius dsb. Sejak awal sejarah hidup manusia, pernikahan
merupakan salah satu bentuk Lembaga yang paling tetap dalam sejarah manusia.
Keyakinan iman amat berperan dalam memberikan bentuk dan warna religius bagi
Lembaga ini, karena justru keyakinan inilah yang menjadi landasan perjuangan
hidup selanjutnya. Pernikahan wajib dilaksanakan dihadapan 2 saksi dan seorang
imam sebagai saksi resmi Gereja. Upacara ini menjadi sekaligus tanda dan sarana
orang yang bersangkutan mengikat diri dalam Gereja sebagai suami-istri secara
resmi.
Sesudah pernikahan, pernikahan itu dicatat dalam buku
Catatan Sipil, agar pernikahan itu sekaligus mendapat kekuatan dampak sipilnya.
Pasangan yang bersangkutan dijamin hidup keluarganya, dibantu dan dilindungi
oleh negara. Di Indonesia, baik peneguhan pernikahan secara agama, demi sahnya
pernikahan, maupun percatatan oleh petugas pada Catatan Sipil.[3]
2.1.4. Pernikahan
gerejawi[4]
Perkawinan gerejawi membutuhkan keputusan pribadi mereka
yang besangkutan. Ada kala nya orang merasa sulit memberikan dasar mengapa
mereka itu harus menikah dalam gereja. Kerap kali mereka merumuskan harapan dan
keinginan mereka demikian.
a.
Karena
perkawinan gerejawi itu indah dan meriah
Ada pengakuan bahwa perkawian Kristen pantas dihormati
karena memiliki nilai yang mengairahkan, membahagiakan. Peristiwa itu menentukan
hidup seseorang sehingga harus diperingati dengan mreiah.
b.
Karena
pernikahan membutuhkan pengakuan bekat Tuhan
Perkawinan mengandaikan pelbagai unsur yang terkait. Ada
unsur pribadi emosional, unsur ekonomi, dan unsur yang lan. Dalam perkawinan
gerejawi berkah itu akan menjadikan perjuangan hidup berarti bagi yang
bersangkutan dan bagi orang yang telibat. Mereka itu akan berjuang besama Allah
ikut menciptakan kehidupan baru.
c.
Karena
iman, perkawinan di teguhkan dan dijamin kelanggengannya.
Mereka yang menikah mendambakan hubungan mereka itu
lestari, karena mereka saling menemukan hidup amat berarti. Dari sinilah muncul
bahwa hal ini merupakan suatu perjuangna terus menerus, sepanjang hidup. Orang
yang menikah sanggung menjadi saksi perjuangan seperti itu seumur hidup.
2.2.
Tujuan Pernikahan[5]
1.
Tujuan dari pernikahan Kristen adalah
agar Allah dipermuliakan
melalui keluarga tersebut.
2.
Allah ingin manusia bahagia melalui
pernikahan.
a.
Allah ingin mendekatkan dua peribadi
secara paling dekat (Kejadian 2:24; Matius 19:4-5).
b.
Agar manusia dapat mengalami kebahagiaan
dalam hubungan pria dan wanita, sebagai suami-istri. Sehingga manusia tidak
melakukan pencabulan atau perzinahan, pelacuran (hubungan pria dan wanita
sebagai suami-istri di luar pernikahan). Hal-hal tersebut dilarang dengan keras
oleh Allah karena perbuatan itu merupakan perkawinan yang berlipat ganda. Hal
ini bertentangan dengan rencana Allah (Matius 19:6). Agar manusia melanjudkan ciptaan-ciptaan
Allah menurut peta dan teladanNya (Kejadian
4:1).
2.3.
Pengertian Keluarga
2.3.1. Keluarga
Yang Dimaksudkan Allah
Keluarga merupakan gagasan Allah. Allah yang menentukan
dan mempersatukan laki-laki dan perempuan yang pertama dalam pernikahan.
Hubungan mereka baik. Hubungan itu dimaksudkan untuk menimbulkan suasana kasih
dan kepemimpinan untuk anak-anak yang merupakan buahnya. Allah tak pernah
mengkhendaki keluarga itu berfungsi tanpa Dia. Membangun rmah sama dengan
membangun keluarga. Rumah yang dibangun dengan indah menarik perhatian.
Pembangunan keluarga yang kokoh juga membutuhkan dasar
yang baik. Paulus menulis dalam 1 Kor. 3:11, “Karena tidak ada seorang pun yang
dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus.” Rencana Allah ialah bahwa setiap kehidupan dan setiap keluarga
didirikan di atasdasar Yesus Kristus. Memiliki Kristus sebagai dasar tidak
berarti hanya percaya kepada-Nya, teapi juga mengikuti Dia dan melakukan apa
yang dikatakan-Nya.[6]
2.4.Mengapa
Membangun Keluarga[7]
1.
Keluarga dapat bersama-sama menyembah
Allah
2.
Keluarga dapat melaksanakan kehendak dan
misi Tuhan
3.
Keluarga selamat dan mendapat berkat
Tuhan
4.
Keluarga luput dari hukuman Tuhan
5.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan utama bagi anak
6.
Keluarga dapat meneruskan firman kepada
generasi selanjudnya
7.
Keluarga mampu meberikan rasa aman untuk berbagi
8.
Keluarga dapat merendam degradasi moral
dalam masyarakat
9.
Keluarga dapat memperkuat pelayanan dan
kesaksian gereja
2.5.Rumah
Tangga Kristen
2.5.1.1.Hubungan Suami dengan Istri[8]
Bagaimana seharusnya
sikap istri terhadap suami?
1. Istri
harus bersikap tunduk kepada suami. (Efesus 5:22-23)
a. Hal
ini adalah perintah Allah.
b. Seperti
jemaat yang tunduk kepada Kristus, jemaat tunduk dalam ketaantan kepada
kehendak Yesus Kristus, dengan kasih. Demikian juga istri melakukan hal yang
sama dengan suami, yaitu tunduk dalam ketaatan kepada kehendak suami yang
mengasihinya.
c. Tunduk
berarti juga menghormati suami.
Bagaimana seharusnya sikap suami
terhadap istri?
2. Suami
harus mengasihi Istrinya (Efesus 5:22-23)
a. Hal
ini adalah perintah Allah.
b. Seperti
Kristus mengasihi jemaat. Kristus adalah Kepala Jemaat, yang karena kasihNya
telah mengorbankan hidupNya, agar jemaat
yang dikasihi memperoleh hidup. Demikian juga dengan seorang suami. Ia adalah
kepala istri (keluarga) yang memimpin dan mengasihi istri (dan keluarga) dengan
melakukan yang terbaik yang dapat ia lakukan bai kepentingan istrinya.
c. Suami
mengasihi istri seperti mengasihi diri sendiri.
2.5.1.2. Hubungan Orang Tua dengan Anak-anak[9]
Bagaimana hubungan anak
dengan orangtua?
1. Sikap
anak terhadap orangtua (Efesus 6:1-3)
a. Mentaati
orangtua
b. Menghormati
orangtua
c. Sebagai
perintah Allah
d. Menghasilkan
kebahagiaan dan umur panjang.
Bagaimana
hubungan orangtua dengan anak?
2. Orangtuaharus
bersikap (Efesus 6:4)
a. Jangan
menimbulkan kemarahan dalam hati anak-anaknya
b. Mendidik
anak-anak dalam firman Allah
III.
Kesimpulan
Manusia
dalam pernikahan yang direncanakan Allah, maka Allah membuat
peraturan-peraturan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Pernikahan merupakan bagian hidup yang
amat asasi yang merupakan peristiwa yang menyangkut baik orang yang
bersangkutan, keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Sebuah hubungan pernikahan
merupakan salah satu bagian dari unsur penting di dalam gerejawi. Dengan
terjalinnya hubungan pernikahan maka akan terbentuklah sebuah keluarga di dalam
rumah tangga. Sebuah keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Maka haruslah
menciptakan sebuah tanggungjawab antara anggota keluarga untuk dapat
memperkokoh ikatan keluarga inti. Orangtua haruslah memiliki tanggungjawab atas
anak-anaknya untuk mensejahterakan kebutuhan anak-anaknya.
IV.
Daftar Pustaka
Jonch Christian, Membangun
Mezbah Keluarga, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2016
Lessin Roy, Disiplin
keluarga, Malang: Penerbit gandum Mas, 2002
Pr St. Darmawijaya, Mengarungi
Hidup Berkeluarga, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1994
Seminari Theologia Injil Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen, Jakarta: BPK-GM, 1988
[1] Seminari Theologia Injil Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen,
(Jakarta: BPK-GM, 1988), 66.
[2] Seminari Theologia Injil Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen,
66-67.
[3]
St. Darmawijaya,
Pr, Mengarungi Hidup Berkeluarga,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994), 26-27.
[4]
St. Darmawijaya,
Pr, Mengarungi Hidup Berkeluarga, 27-29.
[5]
Seminari Theologia Injil Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen, 67.
[6]
Roy lessin, Disiplin keluarga, (Malang: Penerbit gandum Mas, 2002), 13-15.
[7] Christian Jonch, Membangun Mezbah Keluarga, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2016), 23-36.
[8]
Seminari Theologia Injil Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen,
68-69.
[9]
Seminari Theologia Injil Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen, 69.