Pertobatan dan Pembaharuan Hidup sebagai dasar Etika Hidup Orang Kristen
Pertobatan dan Pembaharuan Hidup sebagai dasar Etika Hidup Orang Kristen
I. Pendahuluan
Pertobatan dan pembaharuan hidup sebagai dasar etika hidup orang Kristen sangatlah penting. Panggilan untuk bertobat dan menyesal merupakan unsur yang sangat penting dalam warta kitab suci. Jika status kita benar maka kita juga melakukan perbuatan benar dan jika status kita tidak benar maka kita juga akan melakukan perbuatan yang tidak benar. Maka dari itu kita akan menggali atau membahas pertobatan dan pembaharuan baik dalam kitab PL dan juga kitab PB, sehingga kita dapat memahami dasar etika hidup orang Kristen itu dalam makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat kita pahami Bersama.
II. Pembahasan
2.1.Pengertian Pertobatan
Pertobatan adalah karya Roh Kudus di hati manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertobatan seseorang akan terwujud dalam kehidupan sehari-harinya, namun sesungguhnya hal itu terjadi di hati, yakni jika hati yang remuk dan menyesal karena dosa mempercayai Krustus melalui anugerah dan pengampunan. Jadi, pada intinya pertobatan adalah pemberian atau penganugerahan iman. Untuk mendorong perubahan hati, Roh Kudus sendirilah yang mengupayakan pertobatan, menawarkan anugerah, dan menimbulkan iman.[1]
· Pertobatan dalam PL
Dalam kitab PL terdengar panggilan atau seruan untuk tobat, terutama nabi-nabi Israel. Kata Ibrani (untuk tobat itu) yang paling banyak dipergunakan ialah kata Syub, artinya membalikkan diri, memalingkan diri, kembali. Istilah yang plastis ini melukiskan di dalam angan-angan kita seorang manusia yang berjalan kearah yang salah. Pada suatu saat, jalannya terhenti oleh sesuatu, lalu berbaliklah ia, kemudian melanjutkan perjalanannya ke arah yang benar. Apabila ditanyakan kepada nabi-nabi :”Dari hal manakah kami ini harus berpaling?”, maka jawab mereka tentulah, “Dari kejahatan-kejahatan, pelangggaran-pelanggaran, keburukan-keburukan, dari perbuatan-perbuatan jahat dan lapangan social, ekonomi dan politik, dari kemerosotan susila dan agama, dari penyembahan berhala dan sebagainya”.
Dan apabila kita bertanya kepada nabi-nabi itu:” kepada siapakah kita harus berpaling?”, maka hanya satu jawab yang mereka berikan yakini, “Kepada Tuhan, keda Tuhan yang menyatakan diri-Nya, kepada Yahweh”(Yes. 31:16, Yer 3:7). Jadi, tobat adalah suatu perubahan yang radikal di dalam sikap kita terhadap Tuhan. [2]
· Pertobatan dalam PB
Dalam Perjanjian Baru terdapat dua kata Yunani untuk kata tobat. Kedua kata itu saling melengkapi. Kata yang paling banyak dipakai ialah : metanoia, artinya: berubah didalam. Berkehendak, bertujuan, berkeinginan dan bercita-cita lain daripada dulu. Kata lainnya ialah: epistrophe artinya: berbalik dan juga berkelakuan lain daripada dulu di dalam praktek kehidupan. Baik dalam pengajaran Yohanes pembaptis maupun dalam pengajaran Yesus, panggilan untuk bertobat itu didasarkan pada berita kerajaan Allah sudah dekat! Itulah berita yang menggembirakan.
Perbedaan pengajaran Yohanes Pembaptis dengan pengajaran Yesus ialah: Yohanes Pembaptis menberitakan tentang kerajaan Allah yang akna dating, sedangkan kerajaan Allah itu sudah datang di dalam Yesus. Kerajaan itu sudah datangdi dalam pribadi Yesus sendiri dan kerajaan itu bekerja di antara kita dengan cara yang tersembunyi. Bagaimanakah manusia bertobat? Dari kekuatan sendirikah? Prestasi sendirikah? Perbuatan sendirikah yang yang mendatangkan pahala? Dapatkah manusia bertobat melalui garis:-lebih baik- utama, seperti anggapan Nikodemus dan lorang muda yang kaya itu? (Yoh 3 dan Mat 19:16-26).
Tidak. Manusia dapat bertobat, “itu hanya karena pekerjaan Roh Kudus”(Yoh. 3). Manusia mulai bertobat, bilamana ia telah menjadi seperti kanak-kanak (Mat 18:3).[3]
Dapat dilihat dalam pengajaran Yohanes pembaptis maupun dalam pengajaran Yesus, panggilan untuk bertobat itu dasarkan pada berita kerajaan Allah sudah dekat!. Itulah berita yang menggembirakan. Hendaklah engkau bertobat, ... Sebab kerajaan Allah sudah dekat (Mat. 4:17). Pertobatan adalah suatu proses yang berlangsung terus sampai mati.[4] Isi tobat nyatakan dalam 2 Korintus 7:10 bahwa "duka cita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan". Dalam Efesus 4: 22-24 dikatakan: menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Itulah pertobatan.[5] Allah memanggil manusia akan kesatuan dengan dia. Namun manusia adalah pendosa, ... Maka untuk menjawab panggilan Allah dituntut agar manusia untuk bertobat. Untuk seterusnya hendaknya manusia membina sikap tobat seumur hidup. Panggilan untuk bertobat dan menyesal merupakan unsur yang sangat penting dalam warta kitab suci. Kata-kata yang mengungkapkan tobat dan sesal baru lama-kelamaan mendapat arti yang penuh, sejak paham "dosa" pula menjadi semakin mendalam. Sikap manusia, yang dengan sadar mengarahkan kembali hidupnya kepada Allah diungkapkan, dalam beberapa istilah: "Mencari Yahweh" (Am 5:4; Hos 10:12),", mencari wajah-Nya" (Hos 5:15; Mazmur 24:6; 27:28), "menghambakan diri di Hadapan-Nya" (1 Raj 21:29;2 Raj 22:19). dalam bidang religius, istilah tersebut berarti berpaling dari yang jahat dan mengarah hidupnya kepada Allah. Siapa yang berpaling kepada Allah harus percaya. Orang yang percaya harus menerima, karena orang yang menerima diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12), karena kalau percaya tapi tidak menerima itu sama seperti setan setan juga percaya tapi tidak menerima (Yak. 2:19). Dengan demikian terungkaplah inti dari tobat, yang mengandung perubahan sikap dan suatu orientasi baru bagi seluruh hidup. Seterusnya dalam sikap tobat dibedakan unsur mendalam dari perbuatan-perbuatan lahir yang dijiwai oleh sikap mendalam tadi. Maka orang mendapat kesan bahwa tobat adalah terutama tugas dan beban dari orang pendosa untuk berkiblat kembali kepada Allah, sebelumnya ia ingkari. Namun sejarah tobat memperlihatkan, bahwa peristiwa tobat dan pengampunan jauh lebih berbelit-belit; tidak semudah ajakan moral untuk memperbaiki diri. [6]
Pertobatan mutlak diperlukan untuk pengampunan dosa dan beroleh hidup yang kekal menyatakan bahwa keselamatan mustahil tanpa pertobatan. Iman tanpa perbuatan bukanlah iman yang membawa kepada keselamatan. Karena itu keduanya terjadi serentak (Ibr. 11:6). Iman terarah kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yang disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah dalam Kristus dengan iman. Orang yang sudah bertobat akan menghasilkan buah-buah roh. Rasul Paulus menyebutkan buah Roh adalah kasih karunia, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelembutan, pengendalian diri" (Galatia 5 22-23).[7] Dalam pertobatan yang paling penting bukan bagaimana cara ia bertobat tapi bukti dari pertobatan ia adalah manusia bertobat karena ia sadar akan dosa-dosanya sehingga ia juga sadar bahwa ia memerlukan keselamatan sehingga ia bertobat atas karunia Roh Kudus. Oleh karena itu, orang beriman harus bersedia untuk bertobat setiap hari, untuk senantiasa berjalan pada jalan yang benar menurut pimpinan Roh Kudus.[8]
2.2.Hubungan antara Iman dan Pertobatan[9]
Dalam alkitab kerap kali iman dan pertobatan disebutkan dalam satu kalimat. Iman dan pertobatan selalu erat hubungannya, tidak dapat dipisah-pisahkan. Kedua hal itu adalah bagaikan kedua buah sisi dari suatu pokok yang sama. Dari segi pengetahuan dan pengharapan, pekerjaan rahmat Allah itu menjadi nyata dalam iman. Dari segi kehendak, pekerjaan rahmat Allah iu menjadi nyata dalam pertobatan. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan tobat? Tobat ialah pembaharuan hati dan hidup kita karena rahmat atau kasih karunia Yesus Kristus.dalam pertobatan tersimpul tiga ndur dasariah, yakni: keinsafan akan dosa atau penyesalan, kebencian terhadap dosa dan kekembalian kepada Tuhan.
Dalam alkitab terdapat dua contoh yang tepat tentang penyesalan hati. Yang pertama dalam Mazmur 51, yakni Mazmur dari Daud, ketika nabi Natan memperingatkan dia tentang dosanya dalam menghampiri Batsyeba. Daud terkejut di hadapan Alla ia berseru: “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukannya yang kau anggap jahat” (ay.6). Contoh yang kedua terdapat dalam perumpaan “Anak yang hilang”. Apabila anak itu akhirnya bangun dari tidurnya dalam dosa, berkatalah ia: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa” (Lukas 15). Bertobat tidak hanya terdiri dari penyesalan atau keinsafan saja, tetapi terdiri dari kebencian terhadap dosa.
2.3.Pengertian Pembaharuan Hidup (Kelahiran Kembali)
Membahas tentang kelahiran baru, pada dasarnya sering disebut dengan regenerasi. Regenerasi dalam bahasa Yunani yaitu paliggesia yang artinya “kelahiran kembali”. Kelahiran kembali merupakan kelahiran spritual sebagai kontras dengan kelahiran yang pertama yang adalah suatu kelahiran fisik. Dalam kelahiran spiritual Roh kudus meregenerasikan seorang manusia; Ia adalah alat regenerasi.[10] Secara teologis, setiap orang mampu melakukan dua kelahiran: kalahiran fisik dan kelahiran rohani. Kelahiran fisik adalah kelahiran duniawi yang memungkinkan semua orang memiliki kemampuan untuk memasuki dunia materi, dunia dosa, penderitaan, penyakit, kegelapan, kematian fisik. Kelahiran rohani adalah kelahiran baru di dalam Tuhan, yang menawarkan semua orang untuk dapat mendapat kesempatan masuk kedalam Kerajaan Allah.
Pembaharuan hidup atau kelahiran kembali adalah pembaharuan hati hidup secara menyeluruh yang dikerjakan oleh Allah melalui Roh Kudus yang berdiam di dalam hati orang yang dibenarkan dan diselamatkan, sehingga mereka bisa hidup sesuai dengan statusnya anak-anak Allah yang dibenarkan oleh iman. Yang menentukan perbuatan kita dihadapan Allah adalah status. Jika status kita benar maka kita juga melakukan perbuatan benar dan jika status kita tidak benar maka kita juga akan melakukan perbuatan yang tidak benar. Pada hakekatnya manusia diikat oleh tabiat keberdosaannya. Untuk itu kita dibenarkan oleh Yesus Kristus melalui iman. Kita dibenarkan dan diselamatkan melalui iman dan pertobatan dari dosa. Bertobat adalah datang kepada Allah dan mengakui segala perbuatan dan kejahatannya, dan menyerahkan dirinya kepada Allah, serta meninggalkan hidupnya yang lama Yohanes 1:12; 2 Korintus 5: 17 “Jadi siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”). Dilahirkan kembali bukan suatu hal yang manusia lakukan, melainkan sesuatu yang Allah kerjakan. Manusia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah melalui penglihatan atau dengan melihat karya-karya mukjizat. Tetapi manusia harus dilahirkan kembali untuk masuk ke dalam kerajaan itu, dan kelahiran Baru adalah suatu hal yang dikerjakan oleh Allah. Allah-lah yang menjadi pemrakarsa dari karya penyelamatan ini. Allah membenarkan kita melalui karya Kristus Sang penebus, dan kita akan berada di tengah-tengah karya keselamatan itu. Kita akan menjadi manusia baru di dalam Kristus (Yohanes 1: 1-13, 2 Korintus 5: 17). Kelahiran kembali adalah pemasukan hidup ilahi dalam jiwa manusia. Kelahiran kembali adalah penanaman dan pemberian kodrat ilahi ke dalam jiwa manusia Dengan mana kita menjadi anak-anak Allah. Kristus dengan perantaraan Roh Kudus berdiam dalam hati kita.[11]
2.4.Pertobatan dan Pembaharuan Hidup sebagai Dasar Etika Orang Kristen
Di dalam sejarah etika Kristen, hidup baru itu sering dirumuskan dengan "mengikut Kristus". Di dalam perumusan "mengikut Kristus" terangkan hubungan antara Yesus dan hidup baru. Dialah pokok anggur dan kita ranting-rantingnya (Yohanes 15). Mengikut Kristus ialah hidup dari kasih setia Tuhan Yesus Kristus dalam ketaatan Iman. Hidup dalam ketaatan Iman di tengah kehidupan sehari-hari.[12] Pekerjaan Roh Kudus dalam hati da hidup manusia dijelaskan dalam dua perkataan atau kiasan dalam alkitab yang menggambarkan pembaruan manusia yaitu pertobatan dan kelahuran kembali atau pembaharuan hidup. Pertobatan tidak bisa dipisahkan dari percaya (Markus 15). Begitu pula hal nya kelahiran kembali. Idak kebetulan bahwa justru dalam percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus tentang kelahiran kembali itu terdapat tuntutan untuk menjadi percaya (Yoh 3:16). Pertobatan berarti bahwa manusialah yang harus bertindak untuk mengerjakan keselamatannya (Fil 2:12b) kelahiran kembali mengandung penghiuran bahwa baik hal menghendaki maupun hal bekerja itu Allah juga yang mengerjakannya di dalam kita (Fil 2:13)[13]. Buah-buah pertobatan dan kelahiran baru yang tetap ialah melakukan keadilan, tidak melakukan dosa, mengasihi satu terhadap yang lain, percaya bahwa Yesus adalah Kristus. Buah-buah ini menyatakan bahwa manusia bertobat secara aktif, percaya pada Kristus dan berjalan dalam hidup yang baru (Yoh 3:8. 4:7). Sehigga pertobatan dan pembaruan hidup akan menjadi nampak dan nyata di dalam manusia dan ia akan mampu berbuat baik dalam kehidupannya.[14] Kelahiran kembali menyatakan diri di dalam pertobatan dan iman. Kelahiran kembali itu sendiri terjadi di dalam batin manusia,oleh karenaya tidak dapat di lihat oleh orang. Akan tetapi pengungkapankelahiran kembali dapat dipersaksikan. Orang yang dilahirkan kembali tentu bertobat dan percaya.[15]
Pertobatan itu tidak hanya terdiri dari kematian manuisa lama yang tabiat kita yang lama secara aktif, tetapi juga pembaharuan hidup.[16] Dalam mengenal pertobatan ada juga terdapat iman sehingga adanya prtobatan itu erat hubungannya dengan iman dan ini tidak dapat dipisahkan. Dalam prtobatan adanya memiliki rasa penyesalan yaitu perasaan sedih hati karena dosa itu sendiri. Di dalam penyesalan itu menjadi nyata pekerjaan Roh Kudus dan tampaklah dibongkar hidup kita yang lama, hidup kita di dalam dosa dan dibangun hidup yang baru.[17] Manusia baru adalah cara hidup setelah bertobat dan dilahirkan kembali, setelah kepadanya dicurahkan hidup yang baru yang dikuasai oleh Roh Kudus. Rasul Paulus mengatakan, manusia yang baru itu ialah: Belas Kasian, Kemurahan, kerendahan hati,, kelemahlembutan, kesabaran dan lain sebagainya (Kol 3:12-16, E 4:2). Manusia yang baru juga dapat jatuh oleh karena itu harus ada pertobatan sehari-hari yang dengannya orang beriman dapat diperbaharui sehari-hari (2 Kor 4:16). Oleh karena itu, orang beriman harus bersedia untuk bertobat setiap hari untuk senantiasa berusaha berjalan pada jalan yang menrut pimpinan Roh Kudus.[18]
III. Kesimpulan
pertobatan adalah pemberian atau penganugerahan iman. Untuk mendorong perubahan hati, Roh Kudus sendirilah yang mengupayakan pertobatan, menawarkan anugerah, dan menimbulkan iman. Pertobatan mutlak diperlukan untuk pengampunan dosa dan beroleh hidup yang kekal menyatakan bahwa keselamatan mustahil tanpa pertobatan. dalam pertobatan tersimpul tiga ndur dasariah, yakni: keinsafan akan dosa atau penyesalan, kebencian terhadap dosa dan kekembalian kepada Tuhan. Pembaharuan hidup atau kelahiran kembali adalah pembaharuan hati hidup secara menyeluruh yang dikerjakan oleh Allah melalui Roh Kudus yang berdiam di dalam hati orang yang dibenarkan dan diselamatkan, mengikut Kristus ialah hidup dari kasih setia Tuhan Yesus Kristus dalam ketaatan Iman.
IV. Daftar Pustaka
Koehler,Edward W . A, Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: GKPI, 2010.
Verkuyl,J, Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK-GM, 1999.
Soedarmo,R, Ikhtisah Dogmatika, Jakarta: BPK-GM, 2011.
Kieser ,Bernhard, Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Metzner ,U. Dan Pdt. H.P.V. Renner, Penelaahan Alkitab tentang hidup baru, Jakarta: BPK GM, 2004.
Paul ,Enns, The Moody Handbook of Theology Malang: Literatur SAAT, 2003.
Graham ,Billy, Damai Dengan Allah, Jakarta: YKBK/OMF, 1988.
Boland,B. J, Inti Sari Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2011.
Bruce Milne, Menggali Kebenaran, Jakarta: BPK-GM, 2009.
Hadiwijono,Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2014. Verkuyl ,J, Aku Percaya, Jakarta: BPK-GM, 1989.
[1] Edward W . A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: GKPI, 2010), 142.
[2] Dr. J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2012), 176-178.
[3] Ibid,,178-180.
[4] J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta: BPK-GM, 1999), 179.
[5] R. Soedarmo, Ikhtisah Dogmatika, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 203.
[6] Bernhard Kieser, Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 225-226.
[7] Dr. U. Metzner Dan Pdt. H.P.V. Renner, Penelaahan Alkitab tentang hidup baru, (Jakarta: BPK GM, 2004), 27.
[8] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 402-403.
[9] Dr. J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1995),179-182.
[10] Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology (Malang: Literatur SAAT, 2003), 420.
[11] Billy Graham, Damai Dengan Allah, (Jakarta: YKBK/OMF, 1988), 181.
[12] J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 196 & 204.
[13] B. J. Boland, Inti Sari Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 79-80.
[14] Bruce Milne, Menggali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 72.
[15] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 400.
[16] J. Verkuyl, Etika Kristen, 108.
[17]J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK-GM, 1989), 189-192.
[18]Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 402.