Sketsa Singkat Sejarah Kekristenan di Asia Dalam Pandangan A.A. Yewangoe
Sketsa Singkat Sejarah Kekristenan di Asia Dalam Pandangan A.A. Yewangoe
I Pendahuluan
Pembelajaran semester lalu kita telah mempelajari Sejarah Gereja Umum yang dimana menghantarkan kita bisa mempelajari Sejarah Gereja Asia. Yang dimana kali ini kita di awali dengan pembahasan materi Skesta singkat Sejarah Kekristenan di Asia menurut pandangan A.A Yewangoe. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.
II Pembahasan
2.1. Letak Geografis Asia
1. Letak Geografis Benua Asia
Benua Asia terletak pada 26 o.4 BT-160o.40 BT dan 77o.41 LU-11o LS. Batas sebelah utara adalah Samudra Arktik, di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Benua Eropa dan Pegunungan Ural, pantai barat Laut Kaspia, Tapal batas Iran, Turki, Laut Hitam, Selat Bosporus, Selat Dardanella, Laut Tengah, Terusan Suez dan Laut Merah. Batas sebelah Timur adalah selat Berring dan Samudra Pasifik. Secara Geografis, Benua Asia dibagi menjadi Lima, yaitu wilayah Asia Tenggara, wilayah Asia Timur, wilayah Asia Barat, wilayah Asia Selatan, wilayah Asia Tengah, dan wilayah Asia Utara Bentang Alam Benua Asia dibedakan menjadi Empat bagian sebagai berikut; Dataran Rendah Utara, Daerah Pegunungan Lipatan Muda, Plato Tua Selatan, daerah-daerah depresi dan lembah-lembah sungai besar.[1]
2. Keadaan Benua Asia
A. Menurut Ras
Ras Mongoloid, Ras Mongoloid ini banyak mendiami wilayah Asia Timur, dan Asia Tenggara seperti China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Vietnam dan Thailand. Ras Kaukasoid, Ras Kaukasoid ini banyak menempati kawasan Asia Barat seperti Saudi Arabia, Kuwait, Irak, Iran, Suriah, Turki, Pakistan, dan India bagian Utara. Ras Negroid, terdiri atas bangsa-bangsa berkulit hitam, terutama banyak berdiam di India bagian selatan dan Srilanka, Ras Melayu, ras ini banyak menempati kawasan Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam.
B. Menurut Sistem Geografis
1. Ras Asia, terdiri atas bangsa China, Jepang, Korea, dan sebagian besar bangsa Asia Tenggara.
2. Ras India, menempati sebagian besar wilayah India
3. Ras Eropa, terdiri atas bangsa Yahudi, Turki, Iran, dan Arab
Persebaran penduduk Benua Asia tidak merata, derah-daerah yang padat penduduknya antara lain terdapat di daerah lembah Sungai Gangga dan Indus serta dataran rendah di RRC, Jepang dan Pulau Jawa. Sedangkan daerah-daerah yang jarang penduduknya antara lain terdapat di dataran tinggi Tibet, pegunungan bagian tengah, dan di daerah gurun.
C. Agama-agama
Penduduk Asia menganut agama yang bermacam-macam, antara lain ;
1. Islam, banyak dianut oleh Penduduk yang ada di Asia Barat (Arab Saudi, Irak, dll.), juga banyak dianut di Asia Tenggara
2. Buddha, banyak dianut oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara seperti Thailand, Myanmar, dll.
3. Konghucu
4. Shinto
5. Kristen, dll.
D. Bahasa
Bahasa yang digunakan di Benua Asia juga Bermacam-macam, akan tetapi secara mayoritas ada 4 bahasa yang digunakan di Benua Asia yaitu sebagai berikut ;
a. Bahasa Arab ; banyak dipakai penduduk di kawasan Asia Barat seperti Saudi Arabia, Irak, Iran dll
b. Bahasa Inggris ; banyak dipergunakan di negara India, Singapura, dan Papua Nugini
c. Bahasa Melayu ; dipergunakan di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam
d. Bahasa Mandarin ; dipergunakan di China dan Taiwan.[2]
2.2. Latar belakang Kekristenan di Asia
Jemaat Kristen pertama terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi-Kristen itu tetap mengunjungi Bait Allah dan sinagoge dan menaati hukum Taurat dengan setia (Kis. 2:46; 3: 1). Sama seperti orang-orang Yahudi lainnya, mereka meman- tangkan pergaulan dengan orang-orang kafir, karena mereka tidak menaati Taurat dan dengan demikian adalah "najis" (Kis. 10). Akan tetapi, penghambatan yang datang sesudah kematian Stefanus membuat mereka lari dari Yerusalem; mereka melarikan diri ke daerah-daerah orang Samaria dan orang kafir, dan di mana-mana pemberitaan Injil diterima oleh penduduk daerah itu (Kis. 8; 11: 19-30). Petrus tidak mau memasuki rumah seorang kafir, tetapi Roh Kudus, dia memakai penglihatan buta (Kis. 10). Tentang riwayat pekabaran Injil yang bertolak dari Antiokhia ke arah barat itu kita mendapatkan banyak keterangan dalam Kitab Kisah Para Rasul. Tetapi kitab ini tidak Berbicara mengenai usaha pekabaran Injil ke arah timur. Perluasan ke arah timur ini mengabaikan semudah yang ke arah barat. Sebab orang menghadapi rintangan berupa tapal batas antara kesulitan Romawi dan Keraan Partia (I, 1). Kedua negara ini sering berperang. Lagi pula, bahasa Yunani jarang dipakai di Timur, dan kebudayaan Helenisme tidak laku di sana. Berhubung dengan itu, penginjilan di timur tidak diselenggarakan oleh orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani, melainkan oleh orang-orang Yahudi Kristen dari Siria dan Palestina. Mereka berbahasa Arami (Siria), sama seperti penduduk Partia Barat (Mesopotamia). Orang-orang Kristen Yahudi ini dapat mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh tapal batas politik yang ada di antara umat Yahudi di Palestina-Siria dan jemaat-jemaat Yahudi yang berserak di wila- yah Kerajaan Partia (I, 2; bnd. Kis. 2 : 9). Itulah keyakinan yang sehingga dalam beberapa hal kekristenan di timur Itulah olen pandangan-pandangan Yahudi. Salah satu pusat kekristenan di Siria Timur dan di Mesopota- mia adalah Edessa .Selama abad ke-2, kota ini merupakan negara merdeka yang kecil yang menjadi penyangga antara Roma dan Partia. Pada tahun 179, raja Edessa masuk Kristen, sehingga Edessa merupakan negara Kristen yang pertama. Salah seorang yang mengabarkan Injil di sebelah timur Edessa ialah Addai. Pada tahun 104 Addai menahbiskan uskup Kristen yang pertama di kota Arbil (Mesopotamia Utara). Dari situ, Injil me nyebar ke arah timur dan tenggara. Namun daerah pegunungan di sekitar Arbil tetap merupakan daerah di timur yang paling banyak orang Kristennya. Di kemudian hari, daerah inilah yang menjadi pusat kekristenan di Asia dan pangkalan usaha pekabaran Injil di situ[3]
2.3. Perkembangan agama Kristen di Asia menurut pandangan A.A Yewangoe
Di India, diyakini, pada abad ke-2 sudah ada beberapa paroki Kristen di Selatan. Diyakini juga bahwa Rasul Thomas sendiri datang ke India untuk menyebarkan Injil. Kami tidak tahu apakah cerita ini mengandung kebenaran apapun. "Namun, pasti bahwa pada abad ke-5 sudah ada beberapa komunitas Kristen di India." Kami tidak tahu persis apa yang terjadi pada komunitas ini sampai kedatangan misionaris Katolik Roma di akhir abad ke-15. Kedatangan misionaris Katolik Roma terjadi pada saat proses kolonialisme, yang dikenal sebagai pelayaran "penemuan", yang dipimpin oleh Vasco da Gama yang menjajah masa lalu Barat India. Kegiatan misionaris pada waktu itu dipimpin oleh Franciscus Xavier, misionaris terkenal yang berkeliling dunia. "Kegiatan misionaris modern dari Kelompok Misi Protestan dipelopori oleh Misi Danish Halle (abad ke-16) dan kemudian oleh William Carey, dianggap sebagai perintis dan bapak dari Misi Protestan yang baru.7 Di Sri Lanka seperti India, agama Kristen datang bersama Portugis pada tahun 1505. Pater Xavier juga pergi ke Sri Lanka. Sebagian besar misionaris yang bekerja di sini adalah anggota Ordo Fransiskan (Ordo Fratrum Minorum). Ketika Belanda tiba di Sri Lanka pada abad ke-17, sudah ada beberapa ratus ribu orang Kristen Katolik Roma. Belanda datang berperang, merebut Sri Lanka dari tangan Portugis dengan paksa pada tahun 1658. Selanjutnya, Misi Gereja Reformasi juga mulai bekerja di pulau itu. Saat itu Gereja Reformasi adalah gereja negara Republik Belanda Bersatu. Semua penganut Katolik Roma adalah dinyatakan sebagai Protestan dan kegiatan Gereja Katolik Roma dilarang. Larangan ini tidak dicabut sampai kedatangan Inggris pada tahun 1796, ketika kebebasan beragama diproklamasikan. Mereka yang pernah dipaksa menjadi Protestan oleh Belanda, kembali ke Gereja Katolik Roma. Gereja Reformasi Belanda kemudian menghilang dari Sri Lanka. Baru pada tahun 1815 perhatian diberikan lagi ke Sri Lanka dari beberapa Perhimpunan Misionaris Protestan. Kelompok Baptis dari Serampore, tempat William Carey bekerja saat itu, pergi ke Sri Lanka. Akhirnya, Metodis Wesleyen juga melakukan hal yang sama. Pada tahun 1817 Gereja Anglikan mengirimkan beberapa misionaris ke Sri Lanka. "Di China, kedatangan agama Kristen diperkirakan sudah terjadi pada abad ke-7. Asumsi ini berasal dari sebuah monumen Kristen yang ditemukan di Sian pada tahun 1625. Tampaknya terbukti bahwa pada saat itu Saat itu, agama Kristen hanya ditemukan di dalam dan di sekitar biara, dan hanya dipatuhi oleh kelas atas. Antara 960-1275, ketika Tiongkok berada di bawah kekuasaan Dinasti Sung, semua upaya untuk membawa agama Kristen ke Tiongkok gagal. Pada misionaris abad ke-13 kegiatan dimulai oleh kaum Nestorian dan Fransiskan. Upaya mereka untuk menyebarkan Injil di antara orang-orang Tionghoa berjalan cukup baik karena Kubilai Khan, seorang raja Mongolia yang pada waktu itu menguasai Tiongkok di bawah kekuasaannya, menggunakan agama Kristen, terutama dari Nestorians, untuk mempengaruhi budaya Mongolia, dengan demikian bermaksud untuk membawanya ke tingkat budaya Cina, Via Marco Polo yang mengunjungi Cambulac (sekarang Beijing) pada saat itu, Khan mengirim pesan kepada Paus meminta 100 misionaris. Para misionaris, (bukannya 100, hanya beberapa) tiba di Cambulac pada 1294, setelah Kubilai Khan meninggal. Abad ke-16 ketika Portugis mencoba memasuki Cina lagi, bersama mereka datanglah misionaris Katolik Roma. Melalui Macao, tempat Portugis membangun benteng mereka pada tahun 1570, Injil dibawa ke Tiongkok. Fr. Xavier sendiri dikatakan telah berencana untuk mengunjungi China, tetapi sebelum rencana ini menjadi kenyataan, dia meninggal di pulau Sjang Tsjwan pada 3 Desember 1552 dan tidak pernah berhasil memasuki China. Ketika Macao menjadi keuskupan pada tahun 1576, seorang misionaris bernama Matteo Ricci berhasil memasuki Tiongkok. Ia terkenal dengan konsep adaptasinya yang artinya berusaha menyesuaikan cara evangelisasi dengan cara hidup Tionghoa. Roma pada akhirnya tidak setuju dengan eksperimen Ricci ini, tetapi Kaisar Kong Sji (1661-1723) setuju. Konflik atas konsep adaptasi ini sayangnya telah merusak semua upaya untuk membawa Injil kepada orang Tionghoa. Belakangan dengan kedatangan misionaris Prancis pada tahun 1684 yang dipimpin oleh Maigrot, yang cara penyebaran Injilnya sangat agresif, agama Kristen menjadi semakin tidak populer di kalangan orang Cina. Ketika Paus membubarkan Ordo Yesuit pada tahun 1773, Gereja di Tiongkok menjadi semakin lemah. Pada tahun 1810 hanya ada 31 misionaris Eropa dan 80 imam Cina, dan antara tahun 1813-1881. Gereja mengalami serangkaian penganiayaan. Masyarakat Misionaris Protestan tidak memperhatikan China sampai awal abad ke-19. London Missionary Society mengutus Robert Morrson pada tahun 1804, yang berhasil menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Mandarin. Ada juga misionaris lain yang dikirim, seperti William Milne dan William Henry Medhurst, yang tidak diizinkan masuk ke Tiongkok, dan pindah ke Batavia untuk bekerja di antara orang Cina di sana. Ketika Tiongkok dibuka secara paksa akibat Perang Candu pada tahun 1842, Medhurst memiliki kesempatan kedua untuk memasuki Tiongkok, dan kali ini berhasil. Misionaris Protestan lainnya yang masuk ke Tiongkok pada waktu itu adalah Karl Frederich August Gützlaff dari Jerman. Pada tahun 1828, Dewan Amerika juga mulai mengalihkan perhatiannya ke China. Yang disebut Perang Candu antara Cina dan Inggris, yang akhirnya dimenangkan oleh Inggris, juga menguntungkan kegiatan misi di Cina. Melalui Perjanjian Nanking secara eksplisit dinyatakan bahwa di 5 pelabuhan, Kanton, Amoy, Footsjow, Ningpo dan Sjanghai, misionaris dapat menyebarkan Gomel tanpa gangguan; tetapi bahkan di luar pelabuhan misionaris diizinkan untuk bekerja. Namun, jelaslah bahwa "hak istimewa" untuk menginjili melalui dan dengan pasukan Inggris sangat merugikan Injil. Orang mendapat kesan bahwa Injil tidak lepas dari kekuatan Barat yang telah diletakkan mereka (orang Cina) di bawah sistem kolonialistik dan imperialisitnya. Oleh karena itu, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ini merupakan halaman hitam dalam sejarah kegiatan misionaris di Tiongkok, dengan hasil yang masih dirasakan hingga saat ini. Setelah perang tahun 1849, Perkumpulan Misionaris Gereja dari Gereja Anglikan bergabung dengan Perkumpulan Misionaris London untuk bekerja di Cina. Perang lain yang meletus pada tahun 1858 antara Cina, Inggris dan Prancis, menghasilkan apa yang disebut hak eksteritorial, di mana warga negara Inggris diberi hak untuk bepergian di seluruh negeri dengan bebas. Termasuk dalam keistimewaan ini adalah para "misionaris. Kegiatan misionaris di China dipimpin oleh berbagai Dewan Misi, Katolik Roma, dan juga Protestan. Berkat berbagai hak dan keistimewaan yang diberikan oleh kekuatan Barat ini, aktivitas misionaris terus berlanjut hingga berdirinya Dewan Misi. Republik Rakyat Cina pada tahun 1947. Ketika Komunis mengambil alih kekuasaan pada tahun 1947, mereka mengambil sikap toleran terhadap orang-orang Kristen. Sayangnya, toleransi ini berkurang seiring waktu. Umat Kristen akhirnya harus menandatangani sebuah manifesto, di mana dinyatakan bahwa orang-orang Kristen akan harus menunjukkan permusuhan mereka terhadap imperialisme, feodalisme dan birokratik-kapitalisme. Banyak komunitas misionaris Protestan mulai bekerja di Korea seperti Gützlaff, American Presbyterian Group, Australian Presbyterian Group, Canadian Presbyterian Group, serta Methodist dari Amerika. Jepang mencaplok Korea pada tahun 1910. Itu adalah masa yang sulit tidak hanya bagi orang Korea, tetapi juga bagi orang Korea Kristen. Penggunaan bahasa Korea dalam ibadah dicurigai oleh orang Jepang, sebagai sarana untuk mempromosikan nasionalisme di kalangan orang Korea. Umat Kristen juga dituduh berencana membunuh Gubernur Jenderal Jepang. Ketika Prins Saito menjadi Gubernur Jenderal (1920-1925), hubungan dengan orang Kristen membaik. Umat Kristen mengalami penganiayaan terberat selama Perang Dunia kedua. Jepang menuntut sekolah Kristen mengadakan upacara untuk menghormati Kaisar, yang dianggap sebagai dewa[4]
III Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa awal mulanya Kekristenan di Asia berasal dari Yerusalem. Salah satu pusat kekristenan di Siria Timur dan di Mesopota- mia adalah Edessa .Selama abad ke-2, kota ini merupakan negara merdeka yang kecil yang menjadi penyangga antara Roma dan Partia. Pada tahun 179, raja Edessa masuk Kristen, sehingga Edessa merupakan negara Kristen yang pertama. Salah seorang yang mengabarkan Injil di sebelah timur Edessa ialah Addai. Dan menurut pandangan A.A Yewangoe penyebaran Kekristenan itu tersebar dari India sampai ke Cina, Jepang bahkan sampai Ke Asia Tenggara.
IV Daftar Pustaka
End, Thomas Van Den Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia: 2019
Mu’in MK Indianto, Pengetahuan Sosial ; Geografi SMP Kelas 3 Kurikulum 2004 , Jakarta ; Penerbit Grasindo, 2004
Mulyadi, Benua dan Samudra, Semarang; Penerbit Alprin, 2006
End, Thomas Van Den Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia: 2019
Yewangoe, A.A Theologia Crucis in Asia (diterjemahkan ), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996
[1] Indianto Mu’in MK, Pengetahuan Sosial ; Geografi SMP Kelas 3 Kurikulum 2004 , (Jakarta ; Penerbit Grasindo, 2004), 121.
[2] Drs. Mulyadi, Benua dan Samudra, (Semarang; Penerbit Alprin, 2006) 8-10.
[3] Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia: 2019), 16-28.
[4]A.A Yewangoe, Theologia Crucis in Asia (diterjemahkan ), (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 22-37.