Kesurupan dari Sudut Alkitab dan Psikologi Serta Jalan ke Luarnya


1.1.Pengertian Kesurupan

1.1.1.      Secara umum

Dalam kamus bahasa Indonesia kesurupan berasal dari kata surup, yang artinya kemasukan (setan, roh) sehingga bertindak yang aneh-aneh. Dalam kamus bahasa inggris yang disusun oleh John M. Echols dan Hassan Shadily kata kesurupan disebut dengan trance. Trance adalah suatu perubahan status kesadaran dan menunjukkan penurunan responsivitas terhadap stimulus lingkungan. Dalam dunia psikiatri, Maramis membagi kondisi orang kesurupan menjadi dua, yaitu: Pertama, munculnya keyakinan akan adanya kekuatan lain yang menguasai diri seseorang. Gejala seperti ini merupakan bagian dari terbelahnya isi pikiran yang merupakan ciri dari penderita skizofrenia. Bentuk keyakinan seperti itu disebut juga waham.

Kedua, orang yang kesurupan mengalami metamorfosis total, ia menganggap dirinya dengan orang lain atau benda tertentu. Gejala seperti ini sering dilihat pada orang yang mengalami gangguan Disosiasi. Jika pemicunya adalah konflik atau stres psikologik, keadaan ini disebut dengan reaksi Disosiasi yang merupakan sub-jenis dalam neorosa histerik. Disosiasi yang didasari kepercayaan atau kebudayaan tertentu disebut dengan kesurupan. Sementara, berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, ilmu kesehatan jiwa modern menganggap bahwa gangguan kesurupan adalah merupakan bentuk gangguan disosiatif, yaitu proses terpecahnya integritas kepribadian individu akibat stres psikologis yang berat sehingga bertahan di tengah gejolak stres yang berat ini ia beralih menjadi pribadi lain.[1]

Kerasukan atau kesurupan setan merupakan suatu peristiwa hadirnya roh jahat dalam kehidupan manusia dan dipercaya dapat menyebabkan kepribadian seseorang berubah. Pribadinya menjadi tidak sesuai dengan lingkungan sosialnya. Kerasukan setan juga dipercaya sebagai suatu peristiwa yang membuat orang sakit secara fisik dan mental.[2]

1.1.2.      Menurut dalam Psikologi

Menurut Kaplan dan Sadock, keadaan “kesurupan” (trance) adalah suatu bentuk disosiasi yang mengundang keingintahuan dan tidak benar-benar dimengerti. Tampaknya, keadan trance lazim terjadi pada medium yang mendahului pertemuan dengan roh halus. Medium secara khas memasuki keadaan disosiatif, saat itu, seseorang dari dunia roh mengambil alih kesadaran medium dan memengaruhi pikiran dan pembicaraannya. Dimana Orang tersebut menjadi lain dalam hal bicara, perilaku, sifat, dan perilakunya menjadi seperti kepribadian yang “memasukinya”. Fenomena yang berhubungan dengan trance adalah hipnotis dan keadaan mental serupa yang dialami oleh pilot pesawat udara.[3]

1.1.3.      Menurut dari Sudut Alkitab

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa adanya kuasa kegelapan dan juga beberapa kesaksian beberapa orang tentang dikuasai oleh roh jahat membuat fenomena kesurupan dari sisi Alkitab dan umat Kristen benar-benar ada. Tentunya roh jahat ini tidak menyerang seseorang secara tiba-tiba. Ada beberapa hak yang diberikan oleh leluhur yang menggunakan sebuah perjanjian-perjanjian okultisme serta celah dosa.

Di dalam Markus 1:23-24 pun menjelaskan. “Pada saat di rumah peribadatan, ada seseorang yang telah kerasukan berbagai roh jahat. Orang tersebut kemudian berteriak “Apa urusan-Mu ? Hai Yesus orang Nazaret? Engkau ingin membinasakan kami? Aku mengetahui Engkau, Yang kudus dari Allah“.Dari isi surat tersebut kita bisa melihat bahwa orang-orang yang sedang beribadah pun bisa terkena kesurupan oleh roh jahat. Meskipun begitu, perlu Anda pahami bahwa roh manusia tidak dapat dimiliki oleh roh jahat. Jiwa di dalam raga seseorang itu sedang ditawan.Sedangkan tubuhnya justru dikuasai oleh roh jahat. Ha ini dapat Anda lihat ketika adanya ilmu santet maupun teluh.

Efesus 6:12 "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." Sejak awal, Tuhan telah memaklumkan bahwa dalam pria sejati-nya akan berperang melawan roh jahat di udara. Jadi Persiapkan dirimu untuk bertarung lebih awal. Termasuk ketika ada orang yang kerasukan. Tidak perlu heran karena ini telah ditahbiskan oleh Allah sejak awal. Kunci untuk berhasil mengusir Iblis dari tubuh orang yang kerasukan adalah dengan berdoa dalam Roh dan bagaimana bertobat dari orang Kristen. Karena roh jahat bisa menghapus segala dosa kita. Oleh karena itu pertobatan adalah penting agar hanya Roh Kudus yang menyertai sehingga tidak ada kuasa dari roh jahat yang menelanjangi segala sesuatu dalam kehidupan kita sementara mengusir mereka dari tubuh seseorang.

Markus 5:8 "Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Tuhan Yesus memiliki kuasa yang lebih besar daripada kuasa apa pun di dunia. Ini adalah kenyataan dan bukti mutlak bahwa meskipun salah satu saudara yang dimiliki, maka dalam nama Yesus mereka dapat diusir dan dipulihkan. Yang paling penting meminta tujuan karunia Roh Kudus untuk menemani agar orang yang dirasakannya segera dibebaskan dari belenggu roh jahat. Mintalah kepada Tuhan sendiri untuk dilepaskan dari belenggu yang dimiliki dan dapat menjadi normal kembali. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, kuasa itu akan diungkapkan. Luangkan waktu untuk berdoa dan tujuan puasa Kristen, sehingga memiliki kesiapan hati ketika melayani saudara kita yang kerasukan atau kerasukan roh jahat.[4]

1.1.4.      Menurut Pandangan Teologi

Orang Kristen merasakannya sebagai ancaman terhadap kesetiaan mereka kepada imannya. Hampir selalu kerasukan itu menyebabkan perbudakan manusia yang rohani, bahkan sering juga perbudakan jasmaniah. Adalah suatu kenyataan yang umum dalam gereja-gereja muda bahwa menjadi kerasukan roh orang mati tidaklah memperkuat persekutuan antara yang kesurupan itu dengan Kristus, melainkan melemahkannya. Memang pengalaman tentang realitas dan berkuasanya roh itu tidak bolehdiremehkanTetapijustru di sini perlulah diberitakan kemenangan Kristus dan penegakan kekuasaan-Nya atas kekuatan-kekuatan kekuasaan-kekuasaan yang kelihatan, atas dunia kegelapan.[5]

1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kesurupan

1.2.1.      Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yaitu faktor yang menjadi latar belakang terjadinya kasus kesurupan patologis yang dialami oleh partisipan E. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dalam keluarga partisipan E, sering sekali terjadi konflik. Partisipan E, dan anggota keluarganya yang lain memiliki konflik dengan kakak perempuan dari partisipan E. Anggota keluarganya memiliki penghayatan bahwa kakak perempuannya memiliki sifat yang jahat, dan sengaja mendukuni keluarganya sendiri. Selain konflik antara sesama anggota keluarga, partisipan E juga memiliki konflik secara personal dengan ibu atau orangtuanya. Partisipan E menganggap bahwa orangtuanya, secara khusus ibunya, adalah orangtua yang bodoh, karena tidak dapat memahami dirinya. Partisipan E juga merasa bahwa ibunya tidak dapat memahami dirinya. Konflik yang terjadi sering kali hanya masalah kecil, seperti perdebatan ketika keinginan partisipan E tidak disetujui dan pendapatnya tidak dihargai. Partisipan akan menjadi mudah tersinggung. Hal demikian membuat partisipan menjadi tersinggung dan sakit hati dengan sikap ibu.

Partisipan menganggap bahwa sikap ayahnya kepada dirinya jauh lebih baik daripada sikap ibu, yang sering kali menyakiti dirinya lewat perkataan yang kasar. Partisipan E merasa bahwa sikap ibunya jauh lebih baik kepadanya ketika dirinya masih kecil, sehingga partisipan mengalami konflik di dalam dirinya antara perasaan sayang dan benci kepada ibunya. Selain memiliki konflik di dalam keluarga dan juga konflik personal dengan ibunya, partisipan juga memiliki konflik dengan rekan kerjanya dahulu. Partisipan seringkali merasa sakit hati dengan rekan kerjanya karena perkataan rekan kerjanya yang menyakiti dirinya. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan adanya tes kepribadian (tes grafis) kepada partisipan E. Analisis hasil tes grafis menunjukkan bahwa partispan E merupakan pribadi yang kurang memiliki ketertarikan untuk berinteraksi dalam lingkup keluarga. Ia lebih menyukai aktivitas yang tidak melibatkan anggota keluarganya. Hal ini tampaknya karena ia mempersepsi bahwa ia kurang memiliki peran dalam keluarga.

1.2.2.      Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah faktor yang memicu atau yang menjadi stimulus saat itu juga yang menimbulkan kesurupan patologis terjadi. Dalam hal ini yang menjadi faktor presipitasi adalah pengaruh lingkungan, seperti ketika partsisipan E mengunjungi tempat-tempat yang angker, dan menonoton kuda lumping. Ketika partisipan E pergi mengunjungi tempat yang dianggap angker dan menonoton kuda lumping, maka saat itu juga partisipan akan mengalami kesurupan.

Dalam hal ini, tempat yang angker dan menonton kuda lumping, tempat para pemainnya mengalami kesurupan, menjadi stimulus yang kuat bagi partisipan E. Kedua stimulus ini menimbulkan sugesti kepada partisipan E sehingga memicu partisipan mengalami kesurupan. Sugesti ini diperkuat oleh pembelajaran yang telah diperoleh dari lingkungan, budaya dan keyakinan. Selain pengaruh lingkungan, pengaruh kondisi emosional juga berpengaruh memicu terjadinya kesurupan secara langsung. Partisipan sangat rentan mengalami kesurupan apabila sedang melamun dan sedang merasa sakit hati karena dimarahi.

1.2.3.      Faktor Perpetuasi

Faktor Perpetuasi adalah faktor yang dapat melanggengkan atau membuat kesurupan patologis ini menjadi menetap. Dalam hal ini adalah persepsi partisipan E yang kuat akan pengaruh makhluk halus dan ilmu gaib terhadap keluarga. Partisipan E melakukan sebuah mekanisme pertahanan dirinya dengan mengalihkan rasa kebencian kepada ibunya dan berbagai konflik yang dialaminya, sebagai akibat dari pengaruh makhluk halus dan ilmu gaib. Mekanisme pertahanan ini muncul ketika Ego tidak mampu menyeimbangkan tuntutan Id yang lebih kuat dari Superego. Dalam hal ini partisipan E secara tidak sadar melakukan sebuah pengalihan atas berbagai konflik dan kebencian kepada ibunya sebagai akibat dari pengaruh makhluk halus dan ilmu gaib. Mekanisme pertahanan ini berfungsi agar individu (partisipan E) tetap dapat diterima dalam lingkungan masyarakat, karena norma dalam masyarakat sosial lebih mudah untuk menerima bahwa hal tersebut terjadi karena pengaruh makhluk halus dan gaib. Mekanisme pertahanan yang dibuat oleh partisipan E semakin diperkuat oleh keyakinan yang kuat dari lingkungan keluarganya dan lingkungan sekitar mengenai hal gaib. Beberapa hal ini menjadi faktor yang menetap dalam fenomena kesurupan patologis. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pengaruh budaya sekitar sangat kuat terhadap terjadinya kesurupan patologis. Budaya sekitar partisipan E yang sangat mempercayai adanya kekuatan gaib, mistik, dan makhluk halus, Lingkungan sekitar partisipan E, masih memiliki adat istiadat yang kuat dan sarat akan budaya. Lokasi tempat tinggal partisipan E adalah lokasi yang berdekatan dengan tempat wisata budaya yang berada di Jawa Tengah, sehingga suasana sarat akan budaya masih terasa sangat kental. Selain budaya yang masih kuat, keyakinan akan ajaran agama juga sangat kuat. Partisipan E tinggal dalam lingkup budaya Jawa Tengah yang kental berpadu dengan nuansa Islami yang cukup kuat. Dalam pandangan Springate, yang mengungkapkan bahwa kesurupan dalam dunia Barat dianggap sebagai akibat dari stres yang berkepanjangan, sementara dalam budaya Timur, kesurupan disebabkan oleh makhluk halus, kepercayaan yang berasal dari ajaran agama (adanya setan, iblis dan jin), dan budaya.

1.2.4.      Faktor Risiko

Faktor risiko dalam hal ini adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan terjadinya kesurupan patologis. Ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko dalam kesurupan patologis. Pertama, partisipan E memiliki konflik dalam hubungan sosial. Partisipan E memiliki permasalahan dalam relasi dengan teman kerjanya. Partisipan sakit hati karena merasa direndahkan oleh teman kerjanya. Partisipan juga kerap mudah tersinggung terutama ketika partisipan E mengalami pemutusan kerja di tempat kerjanya. Kedua, partisipan memiliki sifat yang sensitif dengan temperamental yang tinggi. Hal ini didukung hasil test grafis yang menggambarkan bahwa partisipan E merupakan pribadi yang memiliki stabilitas emosi kurang stabil. Ia memiliki dorongan-dorongan yang bersifat impulsif baik dalam bersikap maupun dalam mengambil keputusan. Pada dasarnya, ia memiliki kepatuhan terhadap aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Hanya saja ia belum mampu mengelola dorongan-dorongan yang ada di dalam dirinya secara tepat. Keadaan ini menyebabkan ia cenderung kurang mampu mengekspresikan dorongan yang dimilikinya secara tepat, terutama ketika dihadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan baginya. Sikapnya yang cenderung tertutup juga menyebabkan ia kurang mampu mendengarkan masukan dari pihak lain. Hal-hal tersebut membuat partisipan mengalami konflik antar elemen kepribadian dan mekanisme pertahanan diri yang gagal. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa faktor spiritual dalam hal ini juga berpengaruh menjadi faktor risiko. Dalam fenomena kesurupan patologis, Spritualitas yang labil dapat melemahkan kondisi elemen kepribadian, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Individu dengan ego yang lemah, tidak mampu menyeimbangkan tuntutan Id yang lebih kuat dari Superego maka akan mengalami banyak konflik karena Ego tidak mampu mengambil keputusan terhadap tuntutan-tuntutan yang kuat.[6]

1.3. Kriteria atau Ciri-ciri Kesurupan

Kesurupan dalam DSMIV-TR termasuk dalam gangguan disosiatif yang tidak ditentukan atau NOS (Not 24 Otherwise Specified). Termasuk dalam kriteria diagnostik gangguan trans disosiatif. Kriteria gangguan kesurupan atau trans disosiatif dalam DSM IV adalah:

1.      Salah satu dari dua gejala berikut,

a.       Trans, yaitu, perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang biasanya yang terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh identitas pengganti, disertai dengan sekurangnya satu dari:

o   Penyempitan kesadaran tentang sekeliling, atau penyempitan dan pemusatan perhatian selektif yang tidak biasanya terhadap stimuli lingkungan.

o   Perilaku atau gerakan stereotipik yang dirasakan di luar kendali orang tersebut.

b.      Trans pemilikan (possession trance), yaitu, suatu perubahan tunggal atau episodik dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi yang biasanya dengan identitas baru, hal ini dipengaruhi oleh suatu ruh, kekuatan, dewa, atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu atau lebih dari gejala berikut:

o   Perilaku atau gerakan stereotipik dan ditentukan secara kultural yang dirasakan sebagai dikendalikan oleh agen pemilikan (possession agent).

o   Amnesia penuh atau sebagian terhadap kejadian.

2.      Keadaan trans atau trans pemilikan adalah tidak diterima sebagai bagian normal dari praktek kultural atau relegius kolektif.

3.      Keadaan trans atau trans pemilikan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

4.      Keadaan trans atau trans pemilikan tidak terjadi sematamata selama perjalanan suatu gangguan psikotik (termasuk gangguan mood dengan ciri psikotik dan gangguan psikotik singkat) atau gangguan identitas disosiatif dan tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.[7]

1.4. Pandangan Kesurupan menurut Kristen

Berdasarkan Merrill F. Unger, kerasukan setan disebut juga dengan demonpossession atau memiliki arti “Dimiliki Setan”. Definisi luas dari demon possesion adalah keadaan saat satu atau banyak roh jahat maupun setan yang menempati tubuh seseorang. Baik itu dapat mengendalikan secara total maupun tidak. Sementara itu, makna kesurupan menurut C. Fred Dickason, merupakan sebuah kepasifan maupun sebuah kontrol yang disebabkan oleh setan karena sudah tinggal dalam diri seseorang. Halter sebut memanifestasikan akibat-akibat dalam berbagai macam keanehan. Baik itu,secara fisik maupun secara mental.[8]

1.5. Langkah-langkah Menolong Orang yang Kesurupan

Langkah yang dilakukan untuk menolong orang yang kesurupan saya mengutip dari buku yang berjudul PsychoDelSi:

·         Membiarkan klien menceritakan hal yang diduga menjadi pintu masuk roh jahat,

·         Melakukan doa pembentengan yang menyangkut okult,

·         Menyanyikan lagu kesukaan klien,

·         Klien dituntun untuk melakukan doa pengkuan dan pembatalan pintu masuk,

·         Klien diminta untuk doa pengampunan sambil tim konselor bernyanyi lembut,

·         Setelah itu, konselor tumpang tangan untuk mendoakan klien, dan

·         Apabila klien masih merasakan sakit, maka tim konselor mendoakan klien sampai merasakan ketenangan dalam dirinya.

·         Memberikan saran kepada Klien untuk rajin membaca Alkitab dan bersekutu dengan Allah agar tidak ada lagi cela yang menjadi pintu masuk roh jahat.[9]

II.         Kesimpulan

Kerasukan atau kesurupan setan merupakan suatu peristiwa hadirnya roh jahat dalam kehidupan manusia dan dipercaya dapat menyebabkan kepribadian seseorang berubah. Pribadinya menjadi tidak sesuai dengan lingkungan sosialnya. Kerasukan setan juga dipercaya sebagai suatu peristiwa yang membuat orang sakit secara fisik dan mental. Menurut sudut Alkitab, bahwa kesurupan itu bahwa adanya kuasa kegelapan dan juga beberapa kesaksian beberapa orang tentang dikuasai oleh roh jahat membuat fenomena kesurupan dari sisi Alkitab dan umat Kristen benar-benar ada. Tentunya roh jahat ini tidak menyerang seseorang secara tiba-tiba. Ada beberapa hak yang diberikan oleh leluhur yang menggunakan sebuah perjanjian-perjanjian okultisme serta celah dosa.

 

III.     Refleksi Video Kesurupan

Kesurupan selalu memiliki jalan masuk, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Di video yang kelompok tonton, penyebabnya adalah hubungan yang dilarang, pada kasus ini, si perempuan (klien) menjalin hubungan asmara (Pacaran) dengan seorang yang berbeda agama, namun tidak mendapat restu dari orang tua perempuan, tetapi pada akhirnya perempuan yang jadi mengejar-ngejar pria tersebut, sehingga akhirnya orang tua si klien membawa klien tersebut ke dukun untuk berobat. Tetapi setelah dari dukun, si klien malah semakin menjadi-jadi mengejar si pria tersebut, sehingga sering kesurupan.

Dari video ini jika di refleksikan, kesurupan disebabkan karena adanya hubungan antara manusia dengan kuasa-kuasa gelap, kuasa-kuasa gelap tidak memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan melepaskan kita dari masalah-masalah kita tetapi hanya semakin menjadi-jadi dalam meronrong kehidupan kita, dari aspek psikologi juga, ketika kita merasa bersalah maka rasa bersalah itu akan merasuki hati dan pikiran kita sehingga kita menjadi lebih mudah untuk masuk ke dalam hal-hal negatif kemudian menjadi terikat dengan kuasa-kuasa kegelapan itu sendiri. Oleh karena itu, ketika kita memiliki masalah hidup yang berat, maka kita hanya serahkan semua pada Tuhan, selaku kita adalah orang yang percaya kita jangan mempercayai ilah-ilah lain. Jika sudah terlanjur, segeralah bertobat.

IV.      Daftar Pustaka

Fatchurrohman, C., Kesurupan, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf

Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J. & Grebb, Jack A., Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Tangerang: Bina Rupa Aksara, 2010.

Schreiner, Lothar, Adat dan Injil, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Simanjuntak, Julianto, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Sumbayak, Jaharianson Saragih, Psycho Delsi: Psycho Deliverance Spritual, Medan: Sinarta, 2019.

Sumber Lain

https://tuhanyesus.org/pandangan-kesurupan-menurut-kristen-dan-alkitab


[1]C. Fatchurrohman, Kesurupan, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf yang diakses pada tanggal 04 November 2021 pukul 21.53 WIB

[2] Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 38-39

[3] Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock & Jack A. Grebb, Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, (Tangerang: Bina Rupa Aksara, 2010), 136-137

[4]https://tuhanyesus.org/pandangan-kesurupan-menurut-kristen-dan-alkitab yang diakses pada tanggal 04 November 2021 pukul 22.15 WIB

[5]Lothar Schreiner, Adat dan Injil, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 214

[6] C. Fatchurrohman, Kesurupan, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf yang diakses pada tanggal 04 November 2021 pukul 23.00 WIB

[7] C. Fatchurrohman, Kesurupan, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf yang diakses pada tanggal 05 November 1.17 WIB

[8] https://tuhanyesus.org/pandangan-kesurupan-menurut-kristen-dan-alkitab yang diakses pada tanggal 04 Novemver 2021 pukul 21.02 WIB.

[9] Jaharianson Saragih Sumbayak, Psycho Delsi: Psycho Deliverance Spritual, (Medan: Sinarta, 2019), 117-121

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca selengkapnya disini ya