Kesurupan dari Sudut Alkitab dan Psikologi Serta Jalan ke Luarnya
1.1.Pengertian Kesurupan
1.1.1.
Secara
umum
Dalam kamus bahasa Indonesia kesurupan
berasal dari kata surup, yang artinya kemasukan (setan, roh) sehingga bertindak
yang aneh-aneh. Dalam kamus bahasa inggris yang disusun oleh John M. Echols dan
Hassan Shadily kata kesurupan disebut dengan trance. Trance adalah suatu
perubahan status kesadaran dan menunjukkan penurunan responsivitas terhadap
stimulus lingkungan. Dalam dunia psikiatri, Maramis membagi kondisi orang
kesurupan menjadi dua, yaitu: Pertama, munculnya keyakinan akan adanya kekuatan
lain yang menguasai diri seseorang. Gejala seperti ini merupakan bagian dari
terbelahnya isi pikiran yang merupakan ciri dari penderita skizofrenia. Bentuk
keyakinan seperti itu disebut juga waham.
Kedua, orang yang kesurupan mengalami
metamorfosis total, ia menganggap dirinya dengan orang lain atau benda
tertentu. Gejala seperti ini sering dilihat pada orang yang mengalami gangguan
Disosiasi. Jika pemicunya adalah konflik atau stres psikologik, keadaan ini
disebut dengan reaksi Disosiasi yang merupakan sub-jenis dalam neorosa
histerik. Disosiasi yang didasari kepercayaan atau kebudayaan tertentu disebut
dengan kesurupan. Sementara, berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan,
ilmu kesehatan jiwa modern menganggap bahwa gangguan kesurupan adalah merupakan
bentuk gangguan disosiatif, yaitu proses terpecahnya integritas kepribadian
individu akibat stres psikologis yang berat sehingga bertahan di tengah gejolak
stres yang berat ini ia beralih menjadi pribadi lain.[1]
Kerasukan atau kesurupan setan merupakan
suatu peristiwa hadirnya roh jahat dalam kehidupan manusia dan dipercaya dapat
menyebabkan kepribadian seseorang berubah. Pribadinya menjadi tidak sesuai
dengan lingkungan sosialnya. Kerasukan setan juga dipercaya sebagai suatu
peristiwa yang membuat orang sakit secara fisik dan mental.[2]
1.1.2.
Menurut
dalam Psikologi
Menurut Kaplan dan Sadock, keadaan
“kesurupan” (trance) adalah suatu bentuk disosiasi yang mengundang
keingintahuan dan tidak benar-benar dimengerti. Tampaknya, keadan trance lazim
terjadi pada medium yang mendahului pertemuan dengan roh halus. Medium secara
khas memasuki keadaan disosiatif, saat itu, seseorang dari dunia roh mengambil
alih kesadaran medium dan memengaruhi pikiran dan pembicaraannya. Dimana Orang
tersebut menjadi lain dalam hal bicara, perilaku, sifat, dan perilakunya
menjadi seperti kepribadian yang “memasukinya”. Fenomena yang berhubungan
dengan trance adalah hipnotis dan keadaan mental serupa yang dialami oleh pilot
pesawat udara.[3]
1.1.3.
Menurut
dari Sudut Alkitab
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa adanya kuasa kegelapan dan
juga beberapa kesaksian beberapa orang tentang dikuasai oleh roh jahat membuat
fenomena kesurupan dari sisi Alkitab dan umat Kristen benar-benar ada. Tentunya
roh jahat ini tidak menyerang seseorang secara tiba-tiba. Ada beberapa hak yang
diberikan oleh leluhur yang menggunakan sebuah perjanjian-perjanjian okultisme
serta celah dosa.
Di dalam Markus 1:23-24 pun menjelaskan. “Pada saat di rumah peribadatan,
ada seseorang yang telah kerasukan berbagai roh jahat. Orang tersebut kemudian
berteriak “Apa urusan-Mu ? Hai Yesus orang Nazaret? Engkau ingin membinasakan
kami? Aku mengetahui Engkau, Yang kudus dari Allah“.Dari isi surat tersebut
kita bisa melihat bahwa orang-orang yang sedang beribadah pun bisa terkena kesurupan
oleh roh jahat. Meskipun begitu, perlu Anda pahami bahwa roh manusia tidak
dapat dimiliki oleh roh jahat. Jiwa di dalam raga seseorang itu sedang
ditawan.Sedangkan tubuhnya justru dikuasai oleh roh jahat. Ha ini dapat Anda
lihat ketika adanya ilmu santet maupun teluh.
Efesus 6:12 "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah pemerintah, melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di
udara." Sejak awal, Tuhan telah memaklumkan bahwa dalam pria sejati-nya
akan berperang melawan roh jahat di udara. Jadi Persiapkan dirimu untuk
bertarung lebih awal. Termasuk ketika ada orang yang kerasukan. Tidak perlu
heran karena ini telah ditahbiskan oleh Allah sejak awal. Kunci untuk berhasil
mengusir Iblis dari tubuh orang yang kerasukan adalah dengan berdoa dalam Roh
dan bagaimana bertobat dari orang Kristen. Karena roh jahat bisa menghapus
segala dosa kita. Oleh karena itu pertobatan adalah penting agar hanya Roh
Kudus yang menyertai sehingga tidak ada kuasa dari roh jahat yang menelanjangi
segala sesuatu dalam kehidupan kita sementara mengusir mereka dari tubuh
seseorang.
Markus 5:8 "Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai
engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Tuhan Yesus memiliki kuasa yang
lebih besar daripada kuasa apa pun di dunia. Ini adalah kenyataan dan bukti
mutlak bahwa meskipun salah satu saudara yang dimiliki, maka dalam nama Yesus
mereka dapat diusir dan dipulihkan. Yang paling penting meminta tujuan karunia
Roh Kudus untuk menemani agar orang yang dirasakannya segera dibebaskan dari
belenggu roh jahat. Mintalah kepada Tuhan sendiri untuk dilepaskan dari
belenggu yang dimiliki dan dapat menjadi normal kembali. Ketika kita percaya
kepada Tuhan Yesus, kuasa itu akan diungkapkan. Luangkan waktu untuk berdoa dan
tujuan puasa Kristen, sehingga memiliki kesiapan hati ketika melayani saudara
kita yang kerasukan atau kerasukan roh jahat.[4]
1.1.4.
Menurut
Pandangan Teologi
Orang Kristen
merasakannya sebagai ancaman terhadap kesetiaan mereka kepada imannya. Hampir selalu kerasukan itu menyebabkan perbudakan manusia yang rohani, bahkan sering juga perbudakan jasmaniah. Adalah suatu kenyataan yang umum dalam gereja-gereja muda bahwa menjadi kerasukan roh orang mati tidaklah memperkuat persekutuan antara yang kesurupan itu dengan Kristus, melainkan melemahkannya. Memang pengalaman tentang realitas dan berkuasanya roh itu tidak bolehdiremehkanTetapijustru di sini
perlulah
diberitakan
kemenangan
Kristus
dan penegakan kekuasaan-Nya atas kekuatan-kekuatan kekuasaan-kekuasaan yang kelihatan, atas
dunia kegelapan.[5]
1.2. Faktor-faktor Penyebab
Terjadinya Kesurupan
1.2.1.
Faktor
Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang
menjadi latar belakang terjadinya kasus kesurupan patologis yang dialami oleh
partisipan E. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dalam keluarga
partisipan E, sering sekali terjadi konflik. Partisipan E, dan anggota
keluarganya yang lain memiliki konflik dengan kakak perempuan dari partisipan E.
Anggota keluarganya memiliki penghayatan bahwa kakak perempuannya memiliki
sifat yang jahat, dan sengaja mendukuni keluarganya sendiri. Selain konflik
antara sesama anggota keluarga, partisipan E juga memiliki konflik secara
personal dengan ibu atau orangtuanya. Partisipan E menganggap bahwa
orangtuanya, secara khusus ibunya, adalah orangtua yang bodoh, karena tidak
dapat memahami dirinya. Partisipan E juga merasa bahwa ibunya tidak dapat
memahami dirinya. Konflik yang terjadi sering kali hanya masalah kecil, seperti
perdebatan ketika keinginan partisipan E tidak disetujui dan pendapatnya tidak
dihargai. Partisipan akan menjadi mudah tersinggung. Hal demikian membuat
partisipan menjadi tersinggung dan sakit hati dengan sikap ibu.
Partisipan menganggap bahwa sikap ayahnya kepada
dirinya jauh lebih baik daripada sikap ibu, yang sering kali menyakiti dirinya
lewat perkataan yang kasar. Partisipan E merasa bahwa sikap ibunya jauh lebih
baik kepadanya ketika dirinya masih kecil, sehingga partisipan mengalami
konflik di dalam dirinya antara perasaan sayang dan benci kepada ibunya. Selain
memiliki konflik di dalam keluarga dan juga konflik personal dengan ibunya,
partisipan juga memiliki konflik dengan rekan kerjanya dahulu. Partisipan
seringkali merasa sakit hati dengan rekan kerjanya karena perkataan rekan
kerjanya yang menyakiti dirinya. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan
adanya tes kepribadian (tes grafis) kepada partisipan E. Analisis hasil tes
grafis menunjukkan bahwa partispan E merupakan pribadi yang kurang memiliki
ketertarikan untuk berinteraksi dalam lingkup keluarga. Ia lebih menyukai
aktivitas yang tidak melibatkan anggota keluarganya. Hal ini tampaknya karena
ia mempersepsi bahwa ia kurang memiliki peran dalam keluarga.
1.2.2.
Faktor
Presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor yang
memicu atau yang menjadi stimulus saat itu juga yang menimbulkan kesurupan
patologis terjadi. Dalam hal ini yang menjadi faktor presipitasi adalah
pengaruh lingkungan, seperti ketika partsisipan E mengunjungi tempat-tempat
yang angker, dan menonoton kuda lumping. Ketika partisipan E pergi mengunjungi
tempat yang dianggap angker dan menonoton kuda lumping, maka saat itu juga
partisipan akan mengalami kesurupan.
Dalam hal ini, tempat yang angker dan
menonton kuda lumping, tempat para pemainnya mengalami kesurupan, menjadi
stimulus yang kuat bagi partisipan E. Kedua stimulus ini menimbulkan sugesti
kepada partisipan E sehingga memicu partisipan mengalami kesurupan. Sugesti ini
diperkuat oleh pembelajaran yang telah diperoleh dari lingkungan, budaya dan keyakinan.
Selain pengaruh lingkungan, pengaruh kondisi emosional juga berpengaruh memicu
terjadinya kesurupan secara langsung. Partisipan sangat rentan mengalami
kesurupan apabila sedang melamun dan sedang merasa sakit hati karena dimarahi.
1.2.3.
Faktor
Perpetuasi
Faktor
Perpetuasi adalah faktor yang dapat melanggengkan atau membuat kesurupan
patologis ini menjadi menetap. Dalam hal ini adalah persepsi partisipan E yang
kuat akan pengaruh makhluk halus dan ilmu gaib terhadap keluarga. Partisipan E
melakukan sebuah mekanisme pertahanan dirinya dengan mengalihkan rasa kebencian
kepada ibunya dan berbagai konflik yang dialaminya, sebagai akibat dari
pengaruh makhluk halus dan ilmu gaib. Mekanisme pertahanan ini muncul ketika
Ego tidak mampu menyeimbangkan tuntutan Id yang lebih kuat dari Superego. Dalam
hal ini partisipan E secara tidak sadar melakukan sebuah pengalihan atas
berbagai konflik dan kebencian kepada ibunya sebagai akibat dari pengaruh
makhluk halus dan ilmu gaib. Mekanisme pertahanan ini berfungsi agar individu
(partisipan E) tetap dapat diterima dalam lingkungan masyarakat, karena norma
dalam masyarakat sosial lebih mudah untuk menerima bahwa hal tersebut terjadi
karena pengaruh makhluk halus dan gaib. Mekanisme pertahanan yang dibuat oleh
partisipan E semakin diperkuat oleh keyakinan yang kuat dari lingkungan
keluarganya dan lingkungan sekitar mengenai hal gaib. Beberapa hal ini menjadi
faktor yang menetap dalam fenomena kesurupan patologis. Dalam hal ini dapat
dilihat bahwa pengaruh budaya sekitar sangat kuat terhadap terjadinya kesurupan
patologis. Budaya sekitar partisipan E yang sangat mempercayai adanya kekuatan
gaib, mistik, dan makhluk halus, Lingkungan sekitar partisipan E, masih
memiliki adat istiadat yang kuat dan sarat akan budaya. Lokasi tempat tinggal
partisipan E adalah lokasi yang berdekatan dengan tempat wisata budaya yang
berada di Jawa Tengah, sehingga suasana sarat akan budaya masih terasa sangat
kental. Selain budaya yang masih kuat, keyakinan akan ajaran agama juga sangat
kuat. Partisipan E tinggal dalam lingkup budaya Jawa Tengah yang kental berpadu
dengan nuansa Islami yang cukup kuat. Dalam pandangan Springate, yang
mengungkapkan bahwa kesurupan dalam dunia Barat dianggap sebagai akibat dari
stres yang berkepanjangan, sementara dalam budaya Timur, kesurupan disebabkan
oleh makhluk halus, kepercayaan yang berasal dari ajaran agama (adanya setan,
iblis dan jin), dan budaya.
1.2.4.
Faktor
Risiko
Faktor
risiko dalam hal ini adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan terjadinya
kesurupan patologis. Ada beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko dalam
kesurupan patologis. Pertama,
partisipan E memiliki konflik dalam hubungan sosial. Partisipan E memiliki
permasalahan dalam relasi dengan teman kerjanya. Partisipan sakit hati karena
merasa direndahkan oleh teman kerjanya. Partisipan juga kerap mudah tersinggung
terutama ketika partisipan E mengalami pemutusan kerja di tempat kerjanya. Kedua, partisipan memiliki sifat yang
sensitif dengan temperamental yang tinggi. Hal ini didukung hasil test grafis
yang menggambarkan bahwa partisipan E merupakan pribadi yang memiliki
stabilitas emosi kurang stabil. Ia memiliki dorongan-dorongan yang bersifat
impulsif baik dalam bersikap maupun dalam mengambil keputusan. Pada dasarnya,
ia memiliki kepatuhan terhadap aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat.
Hanya saja ia belum mampu mengelola dorongan-dorongan yang ada di dalam dirinya
secara tepat. Keadaan ini menyebabkan ia cenderung kurang mampu mengekspresikan
dorongan yang dimilikinya secara tepat, terutama ketika dihadapkan dengan
situasi yang tidak menyenangkan baginya. Sikapnya yang cenderung tertutup juga
menyebabkan ia kurang mampu mendengarkan masukan dari pihak lain. Hal-hal
tersebut membuat partisipan mengalami konflik antar elemen kepribadian dan
mekanisme pertahanan diri yang gagal. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa faktor spiritual dalam hal ini juga berpengaruh menjadi faktor risiko.
Dalam fenomena kesurupan patologis, Spritualitas yang labil dapat melemahkan
kondisi elemen kepribadian, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Individu dengan
ego yang lemah, tidak mampu menyeimbangkan tuntutan Id yang lebih kuat dari Superego
maka akan mengalami banyak konflik karena Ego tidak mampu mengambil keputusan
terhadap tuntutan-tuntutan yang kuat.[6]
1.3.
Kriteria atau Ciri-ciri Kesurupan
Kesurupan
dalam DSMIV-TR termasuk dalam gangguan disosiatif yang tidak ditentukan atau
NOS (Not 24 Otherwise Specified). Termasuk dalam kriteria diagnostik gangguan
trans disosiatif. Kriteria gangguan kesurupan atau trans disosiatif dalam DSM
IV adalah:
1. Salah
satu dari dua gejala berikut,
a. Trans,
yaitu, perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang
biasanya yang terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh
identitas pengganti, disertai dengan sekurangnya satu dari:
o
Penyempitan kesadaran
tentang sekeliling, atau penyempitan dan pemusatan perhatian selektif yang
tidak biasanya terhadap stimuli lingkungan.
o
Perilaku atau gerakan
stereotipik yang dirasakan di luar kendali orang tersebut.
b. Trans
pemilikan (possession trance), yaitu, suatu perubahan tunggal atau episodik
dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi
yang biasanya dengan identitas baru, hal ini dipengaruhi oleh suatu ruh,
kekuatan, dewa, atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu atau lebih
dari gejala berikut:
o
Perilaku atau gerakan
stereotipik dan ditentukan secara kultural yang dirasakan sebagai dikendalikan
oleh agen pemilikan (possession agent).
o
Amnesia penuh atau
sebagian terhadap kejadian.
2. Keadaan
trans atau trans pemilikan adalah tidak diterima sebagai bagian normal dari
praktek kultural atau relegius kolektif.
3. Keadaan
trans atau trans pemilikan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
4. Keadaan
trans atau trans pemilikan tidak terjadi sematamata selama perjalanan suatu
gangguan psikotik (termasuk gangguan mood dengan ciri psikotik dan gangguan
psikotik singkat) atau gangguan identitas disosiatif dan tidak karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.[7]
1.4. Pandangan Kesurupan menurut
Kristen
Berdasarkan Merrill F. Unger, kerasukan
setan disebut juga dengan demonpossession atau
memiliki arti “Dimiliki Setan”. Definisi luas dari demon possesion adalah keadaan saat satu atau
banyak roh jahat maupun setan yang menempati tubuh seseorang. Baik itu dapat
mengendalikan secara total maupun tidak. Sementara itu, makna kesurupan menurut
C. Fred Dickason, merupakan sebuah kepasifan maupun sebuah kontrol yang disebabkan
oleh setan karena sudah tinggal dalam diri seseorang. Halter sebut
memanifestasikan akibat-akibat dalam berbagai macam keanehan. Baik itu,secara
fisik maupun secara mental.[8]
1.5. Langkah-langkah Menolong
Orang yang Kesurupan
Langkah yang dilakukan untuk menolong
orang yang kesurupan saya mengutip dari buku yang berjudul PsychoDelSi:
·
Membiarkan klien
menceritakan hal yang diduga menjadi pintu masuk roh jahat,
·
Melakukan doa
pembentengan yang menyangkut okult,
·
Menyanyikan lagu kesukaan
klien,
·
Klien dituntun untuk
melakukan doa pengkuan dan pembatalan pintu masuk,
·
Klien diminta untuk doa
pengampunan sambil tim konselor bernyanyi lembut,
·
Setelah itu, konselor
tumpang tangan untuk mendoakan klien, dan
·
Apabila klien masih
merasakan sakit, maka tim konselor mendoakan klien sampai merasakan ketenangan
dalam dirinya.
·
Memberikan saran kepada
Klien untuk rajin membaca Alkitab dan bersekutu dengan Allah agar tidak ada
lagi cela yang menjadi pintu masuk roh jahat.[9]
II.
Kesimpulan
Kerasukan
atau kesurupan setan merupakan suatu peristiwa hadirnya roh jahat dalam
kehidupan manusia dan dipercaya dapat menyebabkan kepribadian seseorang
berubah. Pribadinya menjadi tidak sesuai dengan lingkungan sosialnya. Kerasukan
setan juga dipercaya sebagai suatu peristiwa yang membuat orang sakit secara
fisik dan mental. Menurut sudut Alkitab, bahwa kesurupan itu bahwa adanya kuasa kegelapan
dan juga beberapa kesaksian beberapa orang tentang dikuasai oleh roh jahat
membuat fenomena kesurupan dari sisi Alkitab dan umat Kristen benar-benar ada.
Tentunya roh jahat ini tidak menyerang seseorang secara tiba-tiba. Ada beberapa
hak yang diberikan oleh leluhur yang menggunakan sebuah perjanjian-perjanjian
okultisme serta celah dosa.
III.
Refleksi
Video Kesurupan
Kesurupan
selalu memiliki jalan masuk, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Di
video yang kelompok tonton, penyebabnya adalah hubungan yang dilarang, pada
kasus ini, si perempuan (klien) menjalin hubungan asmara (Pacaran) dengan
seorang yang berbeda agama, namun tidak mendapat restu dari orang tua
perempuan, tetapi pada akhirnya perempuan yang jadi mengejar-ngejar pria
tersebut, sehingga akhirnya orang tua si klien membawa klien tersebut ke dukun
untuk berobat. Tetapi setelah dari dukun, si klien malah semakin menjadi-jadi
mengejar si pria tersebut, sehingga sering kesurupan.
Dari
video ini jika di refleksikan, kesurupan disebabkan karena adanya hubungan
antara manusia dengan kuasa-kuasa gelap, kuasa-kuasa gelap tidak memiliki kuasa
untuk menyembuhkan dan melepaskan kita dari masalah-masalah kita tetapi hanya
semakin menjadi-jadi dalam meronrong kehidupan kita, dari aspek psikologi juga,
ketika kita merasa bersalah maka rasa bersalah itu akan merasuki hati dan
pikiran kita sehingga kita menjadi lebih mudah untuk masuk ke dalam hal-hal
negatif kemudian menjadi terikat dengan kuasa-kuasa kegelapan itu sendiri. Oleh
karena itu, ketika kita memiliki masalah hidup yang berat, maka kita hanya
serahkan semua pada Tuhan, selaku kita adalah orang yang percaya kita jangan
mempercayai ilah-ilah lain. Jika sudah terlanjur, segeralah bertobat.
IV.
Daftar
Pustaka
Fatchurrohman, C., Kesurupan,
dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J. &
Grebb, Jack A., Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Tangerang: Bina Rupa Aksara, 2010.
Schreiner,
Lothar,
Adat dan
Injil,
Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003.
Simanjuntak,
Julianto, Konseling Gangguan Jiwa &
Okultisme, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Sumbayak,
Jaharianson Saragih, Psycho Delsi: Psycho
Deliverance Spritual, Medan: Sinarta, 2019.
Sumber Lain
[1]C. Fatchurrohman, Kesurupan,
dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf yang diakses
pada tanggal 04 November 2021 pukul 21.53 WIB
[2]
Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan
Jiwa & Okultisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 38-39
[3] Harold I. Kaplan, Benjamin
J. Sadock & Jack A. Grebb, Sinopsis
Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, (Tangerang: Bina
Rupa Aksara, 2010), 136-137
[4]https://tuhanyesus.org/pandangan-kesurupan-menurut-kristen-dan-alkitab
yang diakses pada tanggal 04 November 2021 pukul 22.15
WIB
[5]Lothar Schreiner, Adat dan Injil, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 214
[6] C. Fatchurrohman, Kesurupan, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf yang diakses pada tanggal 04 November 2021 pukul 23.00 WIB
[7] C. Fatchurrohman, Kesurupan, dalam
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6386/3/BAB%20II.pdf yang diakses pada
tanggal 05 November 1.17 WIB
[8] https://tuhanyesus.org/pandangan-kesurupan-menurut-kristen-dan-alkitab
yang diakses pada tanggal 04 Novemver 2021 pukul 21.02 WIB.
[9] Jaharianson Saragih Sumbayak, Psycho
Delsi: Psycho Deliverance Spritual, (Medan: Sinarta, 2019), 117-121