Mengungkapkan kesiapan Allah menurut pengalaman spiritual tokoh-tokoh Alkitab dan penulis Alkitab

 Doktrin tentang Allah:

A.    Mengungkapkan kesiapan Allah menurut pengalaman spiritual tokoh-tokoh Alkitab dan penulis Alkitab

1.      Allah menurut bapa-bapa leluhur Israel

2.      Allah menurut Injil Yohanes

3.      Allah menurut surat Roma

                                                            4. Allah menurut Pasal I Pengakuan Iman Rasuli 

I.                   Pembahasan

1.1    Pengertian Doktrin

     Kata Doktrin digunakan (Mis. UL 32: 2) untuk pengajaran atau perintah dalam PL yang merujuk pada Taurat yang telah diberikan. Dalam PB dikatakan bahwa Yesus mengecam orang Farisi karena mengajarkan doktrin-doktrin perintah Manusia. (Mrk 7:7).1

1.2    Pengertian Allah

                  Kita mengenal Allah, sebab Ia telah menyatakan Diri; dan Allah adalah sebagaimana Ia telah menyatakan Diri, sebab dalam Yesus Kristus benar-benar Ia telah menyatakan Diri sendiri. Artinya, kita tidak berfilsafat tentang suatu Tuhan yang di dalam diriNya sendiri, dalam keilahianNya yang kekal, adalah lain sama sekali daripada Dia yang telah menyatakan Diri di dalam Yesus Kristus. Berfilsafat seperti itu akan berarti, bahwa barulah di balik pernyataanNya kita akan harus mencari Allah yang sesungguhnya dan sebenarnya.

                          Allah hanya dapat dikenal melalui dan dengan perantaraan Allah sendiri. Tetapi Allah sudah menyatakan Diri dalam kedatangan Yesus Kristus; dan oleh Roh kudus Ia membuat

_________________

1 W.R.F. browning, Kamus Alkitab, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007),84

kita mengenal Dia. Dengan kata lain: sesungguhnya kita dapat mengenal Allah, sebab Ia menyatakan Diri. Apakah kita bertanya “siapakah Allah?” dan “bagaimanakah Allah itu?” maka jawabnya ialah: Allah adalah sebagaimana, ia ada dalam menyatakan Diri di dalam Yesus Kristus dan oleh Roh Kudus. Maka kita teruskan dengan bertanya: siapakah dan bagaimanakah Allah dalam pernyataanNya? Ada 3 hal yaitu:

1)      Pertama, “pernyataan” adalah perbuatan Allah. Di dalamnya tersimpul jawaban pertama atas pertanyaan tadi. Allah bukan hanya “berada” saja, Ia bukanlah suatu “keberadaan yang bugil”, yang tidak bergerak. Ia adalah Allah yang bertindak, Allah yang berfirman: dan firmanNya serentak merupakan perbuatanNya. Allah bukanlah “sesuatu” melainkan ia ber-Pribadi. Ungkapan itu sering menimbulkan salah paham, seolah-olah maksudnya ialah bahwa Allah bertubuh seperti manusia. Tidak! Di dalam Alkitab ditegaskan, bahwa Allah itu Roh (Yoh 4:24).

2)      Kedua, “pernyataan” berarti, bahwa Allah mendatangi kita sebagai Allah yang adalah Kasih. Ia menciptakan perhubungan, malah persekutuan antara Dia dengan kita manusia. PerbuatanNya di dalam pernyataan itu adalah perbuatan yang timbul dari kasihNya. Bila kita bertanya “siapakah dan bagaimanakah Allah itu?” maka jawaban kedua adalah: Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8, 16).

3)      Ketiga, “pernyataan” berarti, bahwa dalam kedaulatanNya yang merdeka Allah telah berkenan untuk datang kepada kita. Bila kita bertanya “siapakah dan bagaimanakah Allah itu?”, maka dapatlah disebutkan kata kemerdekaan. Kata “kemerdekaan” memperingatkan kita: Allah bukanlah manusia dan bukanlah ilah. Tetapi serentak hal itu berarti penghiburan. Sebab dengan demikian Allah yang menjadi Tuhan kita itu adalah Allah yang hidup, Allah yang satu-satunya, Allah yang merdeka dan yang sungguh dapat memerdekakan kita manusia dari kuasa dosa, iblis dan maut (Yoh 8:36).2

1.3    Nama-Nama Allah

1.3.1        Yehovah(Yahweh)

     Nama Allah yang paling umum dalam PL adalah Yehovah (atau TUHAN) yang muncul 6.823 kali dalam PL dan sangat mencirikan nama pribadi. Melalui nama ini, Allah menyingkapkan diri-Nya kepada Israel, umat-Nya, dan menjelaskan kepada mereka kemungkinan untuk mengenal-Nya sebagai pribadi. Disalin dari PB berbahasa Ibrani, keempat huruf YHWH, bila ditambah dengan huruf hidup, menjadi Yahweh (Yehovah). Bagi kalangan Yahudi, Yehovah adalah nama Allah yang paling kudus. Arti harfiahnya adalah adalah “Dia yang adalah”, karena Allah adalah inti segala keberadaan. Dia adalah keberadaan diri yang kekal dan sumber segala kehidupan dan segala sesuatu yang ada. Dia, dengan seluruh keberadaan-Nya sendiri,

____________________

2 G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 81-86.

memerhatikan anak-anak-Nya dan berniat membuat persekutuan dengan mereka.3

1.3.2        Elohim

 

     Nama Elohim yang dikenakan pada Allah melukiskan Allah sebagai Dia yang mempunyai kuasa dan kekuatan besar. Dia adalah Allah yang sangat berkuasa karena kepada kita disampaikan bahwa “sebab Tuhan, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat” (Ul 10:17). Elohim,  kuasa-Nya yang luar biasa, menciptakan alam semesta. Elohim berkata dan hal itu terjadi. Dia memberi keberadaan dari yang tidak ada, memberi terang dari kegelapan, menciptakan kehidupan dalam citra-Nya. Bukan suatu kebetulan kalau bentuk jamak Elohim adalah sebuah nama untuk “Allah yang esa”. Elohim menjelaskan keanekaragaman dan kekayaan keberadaan Allah sendiri.4

1.3.3        El Shaddai

 

                                     El Shaddai berarti “Allah yang Mahakuasa”. Kuasa dan kekuatan digabungkan dengan nama ini sebagaimana dengan nama Elohim. Jika Elohim merujuk kepada Allah sebagai Pencipta yang hebat dan penopang alam semesta, El Shaddai memandang Allah yang aktif terlibat dalam peristiwa-peristiwa umat-Nya, membentuk kekuatan-kekuatan alam untuk menyelesaikan maksud-Nya. Jelasnya, nama El Shaddai terdiri dari dua kata: (1) El yang diterjemahkan “Allah”, menunjukkan kuat, kuasa, mahakuasa; (2) Shaddai yang berarti “kuat, kuasa, mahakuasa, mencukupi semuanya”. Penyingkapan Allah akan diri-Nya sebagai Allah yang Mahakuasa menggarisbawahi bahwa Dia adalah yang mencukupi segalanya.

    Aktivitas El Shaddai di kalangan umat-Nya menunjuk pada dua kebenaran. Pertama, El Shaddai ada dalam kendali proses alam dan dapat mengesampingkan perjalanan pada umumnya. Allah dapat memaksa proses alam dan melampaui kebiasaan dalam alam sehingga tujuan anugerah-Nya bisa dilakukan. Apa yang Dia janjikan akan diberikan. Kedua, El Shaddai adalah Allah dengan anugerah yang tidak habis-habisnya.5

1.3.4        Yehovah-Rophe

 

                                     Kata rophe muncul berkali-kali dalam PL dan selalu berarti “memperbaiki, memulihkan dan menyembuhkan”. Juga rophe merujuk pada penyembuhan jasmani atau yang tidak berfungsi. Namun, rophe juga digunakan dalam arti spiritual untuk

______________

3 French L. Arrington, Doktrin Kristen: Perspektif Pentakosta (Yogyakarta: ANDI, 2015), 68-69.

4 French L. Arrington, Doktrin Kristen: Perspektif Pentakosta, 70-71.

5 French L. Arrington, Doktrin Kristen: Perspektif Pentakosta, 73-74.

 

                                          membicarakan pengampunan dosa dan pemulihan kemurahhatian yang ilahi. Pengalaman umat Israel di padang gurun, seperti diuraikan dalam Kel 15:22-26, terdapat nama Allah yang menghibur, Yehovah-Rophe (Yehovah menyembuhkan). Inilah Allah yang memiliki kuasa penyembuhan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya. Allah adalah Yehovah-Rophe.

Pertama, Dia menyembuhkan dari dosa dengan penebusan dari akibat-akibat dosa yang dahsyat. Yehovah berniat menyajikan penyembuhan dari setiap kejahatan dan keselamatan dari setiap dosa. Penyembuhan untuk segala sakit dan luka yang dibawa oleh dosa ada dalam tangan Yehovah. Kedua, Allah telah menyembuhkan dan terus menyembuhkan banyak orang yang sakit jasmani. PL mengisahkan sejumlah kesempatan ketika kuasa Allah dinyatakan untuk menyembuhkan penyakit jasmani.6

 

1.4    Allah Menurut Bapa-Bapa Leluhur Israel

 

1.      Abraham

                               Abram adalah nenek-moyang Israel. Allah memanggil dia ke luar dari Ur-Kasdim pergi ke Kanaan. Dalam kepercayaannya, Abram menuruti perintah itu. Dengan dia dan keturunannya Allah mengikat perjanjian-Nya. Abram menjadi bapak segala orang yang percaya. Allah mengasingkan seorang, yakni Abram, agar pengetahuan yang benar akan Allah tetap terpelihara dalam keturunannya.7 Allah Abraham’ mengacu kepada Tuhan di seluruh Alkitab, dan dengan nama itu Ia menampakkan diriNya kepada Musa (Kel 3:15). Monoteisme Abraham di tengah-tengah pemujaan berhala (Yos 24:3), cara Allah menampakkan diri kepadanya (Kel 6:3), memilih (Neh 9:7), membebaskan (Yes 29:22), dan memberkatinya (Mik 7:20). Pada zaman PB Abraham dihormati sebagai leluhur Israel (Kis 13:26), sebagai leluhur keturunan Lewi yang menerima jabatan imam (Ibr 7:5), dan sebagai leluhur Mesias sendiri (Mat 1:1).8

 

2.      Ishak

   Ishak adalah anak sarai dan Abraham yang sudah tua.9  Ishak dalam Bahasa Ibrani Yitshaq “Orang ketawa”.10

 

_____________________________

6 French L. Arrington, Doktrin Kristen: Perspektif Pentakosta, 75-77.

7 I. Snoek, Sejarah Suci (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 36-37.

8 J.D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Binakasih, 1992), 7.

9  W.R.F. browning, Kamus Alkitab, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007),157

10 J. D.. Douglas, Ensiklopedian Alkitab Masa Kini A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1992),445

 

                          Kepada Ishak Tuhan meneguhkan perjanjian yang telah dibuatnya dengan Abraham. Perjanjian itu kemudian ditepati kepada Yakub, anak yang kedua. Sebagaimana iman Abraham diuji, demikian pula iman Ishak. Setelah 20 tahun menanti, lahirlah Yakub dan Esau.11

 

3.      Yakub

      Yakub lahir sambil memegang tumit Esau, kakak kembarnya (Kej 25:26). Yakub mendapat hak kesulungan dengan mengambil keuntungan dari kelaparan kakaknya, lalu memperdayakan Ishak, ayahnya, supaya memberikan kepadanya berkat.

Cerita pendek tentang Esau menjual hak kesulungan hanya untuk sepiring makanan, maka berkat yang diberikan Ishak tak dapat di Tarik kembali. Dengan demikian Yakub menjadi penerima janji Allah dan menjadi ahli waris tanah Kanaan. Esau menerima daerah yang kurang subur, yang kemudian terkenal dengan Tanah Edom.12 

    Sewaktu tidur ia diberi penglihatan tentang tangga yang menghubungkan langit dan bumi, dan di atas ujung tangga itu nampak Allah dan malaikat-malaikat-Nya. Janji yang diberikan kepada Abraham diteguhkan lagi kepadanya dan Allah berjanji akan melindunginya. Yakub membuat tanda peringatan akan mimpinya itu dengan mendirikan batu alas kepalanya dan menuangkan minyak di atas batu itu (Kej 28:11). Peringatan-peringatan sederhana demikian sering didirikan di tempat-tempat yang dianggap kudus. Dan yang satu ini, bagi Yakub, menandakan Allah hadir.13

 

4.      Musa

   Allah sendiri mempersiapkan pemimpin yang akan memimpin umat-Nya di kemudian hari. Musa dididik dalam istana Firaun dan kepadanya diajarkan segala pengetahuan orang Mesir. Kemudian ia menggabungkan diri dengan saudara-saudara sebangsanya; ia rela teraniaya bersama-sama dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa, Ibr 11:25. Tindakan Musa yang didasarkan pada kuasanya sendiri

 

_________________________

11 I. Snoek, Sejarah Suci (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016), 45

12 J. D.. Douglas, Ensiklopedian Alkitab Masa Kini M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1992),548-550

13 J.D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 M-Z,550

                                                    itu tidak disetujui oleh Tuhan. Di Midian haruslah ia menantikan saat Allah, 40 tahun lamanya. Kemudian Tuhan memanggilnya untuk membawa umat-Nya ke luar dari Mesir. Bersama-sama dengan Harun, saudaranya ia pergi menghadap Firaun, dan menuntut supaya Firaun mengizinkan orang-orang Israel, umat Allah itu, pergi dari Mesir. Mula-mula Firaun menolak tuntutan itu. Sesudah kepada negeri Mesir ditimpakan sepuluh tulah, patahlah hati Firaun oleh kuasa Tuhan: ia melepaskan orang Israel pergi. Paskah ditentukan menjadi peristiwa peringatan akan keluaran itu.14

                                                                              Pernyataan Allah kepada Musa di belukar duri yang menyala-nyala adalah salah satu peristiwa yang paling khas mencolok dan paling meyakinkan dalam Alkitab. Sesudah kata-kata pembukaan, Allah memperkenalkan diriNya demikian, ‘Aku-lah Allah (Elohim) ayahmu’ (Kel 3:6). Hal ini serta merta menyatakan bahwa Musa pasti mengetahui nama dari Allah ayahnya. Hal ini membantu untuk menjelaskan jawaban yang diberikan, ‘Aku Adalah Aku’ dan Allah berkata, ‘beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: Aku-Lah Aku telah mengutus aku kepadamu’ (Kel 3:14). Dengan penyataan ini tidak akan timbul pikiran dalam benak Musa bahwa Allah mengumumkan suatu nama baru; dan ungkapan ini tidak menyebut suatu ‘nama’; inilah arti pokok dan asasi dari nama yang Musa kenal. Di sini kita mendapati permainan kata; ‘Yahweh’ diartikan dari kata ‘ehyeh. ‘Yahweh, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya’ (Kel 3:15).15

5.      Yosua

     Waktu Musa sendirian menghadap Allah di Gunung Sinai, Yosua siaga menanti, di kemah pertemuan (Kel 39:40; 40:2, 6, 7) ia belajar menantikan Yahweh, dan dalam tahun-tahun berikutnya pasti panjang sabar dan kelembutan Musa turut membina kepribadian Yosua (Kel 24:13; 32:17; 33:11; Bil 11:28).16

        Setelah lewat hari-hari perkabungan karena kematian Musa, maka Tuhan memberanikan hati Yosua, pemimpin yang baru itu, dan memerintahkannya menyebrangi sungai Yordan. “seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau, Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau”. Orang Israel: “sama seperti kami mendengarkan perintah Musa, demikianlah kami akan mendengarkan perintahmu”.17 Sebelum meninggal, Yosua memanggil tua-tua bangsa Israel, dan setelah itu segenap bangsa

________________________

14 I. Snoek, Sejarah Suci, 63.

15 J.D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 M-Z, 39.

16 J.D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 M-Z, 627.

17 I. Snoek, Sejarah Suci, 89.

                                                           Israel, untuk memberikan nasihat kepada mereka, agar tetap mengikuti jalan-jalan Tuhan. Bangsa Israel memperbaharui perjanjiannya dengan Tuhan. Dipanggil berkumpul di Sikhem-diperingatkan tentang pimpinan Tuhan dalam sejarah kehidupan mereka-“pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah”-“tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan”-“orang Israel: jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita”.18

1.5    Allah Menurut Injil Yohanes

 

                              Kita perhatikan injil Yohanes adalah kitab yang paling jelas memperlihatkan kebapaan Allah dalam hubungan dengan Yesus. Di dalam bagian mengenai Kristologi, kita akan membahas penggunaan gelar itu tanpa kualifikasi dalam pernyataan-pernyataan yang sering disampaikan Yesus tentang Allah. Ada satu pernyataan penting mengenai kebapaan yang perlu disebutkan karena pernyataan bukan hanya menggambarkan perbedaan antara Allah sebagai Bapa dari Yesus dan Allah sebagai Bapa dari murid-murid, tetapi juga menunjukkan hubungan antara mereka. Perkataan-perkataan Yesus yang disampaikan kepada Maria untuk diberitahukan kepada murid-murid (“Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu”, Yoh 20:17) begitu tegas sehingga memperjelas perbedaan ini. Jadi, bila Yesus disebut Anak dari Allah Bapa maka hubungan Bapa-Anak yang dimaksud bersifat unik.19

                               PB mengungkapkan berbagai segi mengenai hakikat dan sifat Allah melalui sejumlah gelar yang berbeda, bukan secara formal, namun penting artinya. Dalam Injil Yohanes Yesus menyatakan bahwa Allah adalah Roh (Yoh 4:24). Bagaimana sifat rohani Allah itu secara tepatnya tidak diungkapkan, tetapi memang tidak diperlukan penjelasan yang lebih jauh. Para pembaca Inji Yohanes mengetahui bahwa arti pernyataan itu tidak kurang dari pengertian bahwa Allah tidak dapat didefeniskan dalam kategori-kategori jasmani.20

                                Yohanes menjelaskan bahwa ia dan orang-orang lain telah memperhatikan kemuliaan dalam pelayanan Yesus yang berasal dari sumber ilahi (Yoh 5:41 dst). Memang, kemuliaan Yesus tak dapat dilepaskan dari keterikatannya dengan kemuliaan Allah (Yoh 1:14; 11:4, 40; 13:31). Jadi apabila Anak Manusia dipermuliakan maka dapat dikatakan itu memuliakan Allah (Yoh 13:31-32). Hal yang penting diperhatikan ialah bahwa Allah bukan saja dianggap mulia, tetapi merupakan patokan ukuran bagi kemuliaan orang lain, bahkan dalam hal kemuliaan AnakNya sendiri (Yoh 17:5). Tak ada kemuliaan yang dapat melebihi kemuliaan Allah.21

                                 Pemahaman yang sama akan hal ini merupakan dasar bagi teologi Yohanes; dalam doa Yesus ditekankan bahwa Allah memberikan umat-Nya kepada Anak-Nya (Yoh 17).

___________________

18 Snoek, Sejarah Suci, 94.

19 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 54-55.

20 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, 61.

21 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, 65-66.

Pengenalan Bapa akan Anak-Nya yang begitu akrab itu merupakan pola bagi pengenalan pengikut-pengikut Anak terhadap Dia (Yoh 10:14-15). Memang hubungan pengenalan ini diperluas sehingga bukan hanya diperuntukkan bagi “domba-domba yang ada di dalam kandung” tetapi juga bagi “domba-domba lain” (Yoh 10:16); hal ini merupakan suatu petunjuk lain mengenai pengetahuan yang sempurna tentang hal-hal yang akan terjadi.22

                                   Sifat Allah yang unik lainnya adalah tidak terlihat. Pernyataan Yohanes yang mengatakan “tidak seorang pun yang pernah melihat Allah” (Yoh 1:18) sangat sesuai dengan konsepsi PL. Sifat tidak terlihat ini adalah salah satu dasar dari sifat pernyataan misi Yesus.23

 

1.6    Allah menurut Surat Roma

1.6.1        Kebenaran Allah

                                      Kata yang paling khas untuk Rom 3:21-31 sebenarnya bukan “pembenaran” melainkan kata “kebenaran Allah”. Paham “kebenaran Allah” terdapat pada Paulus sembilan kali, dalam Rom:17; 5, 21, 22, 25, 26; 10:3. Jadi hampir separoh dalam Rom 3:21-31. Arti istilah itu tidak sangat jelas. Dapat diartikan sebagai kebenaran yang berasal dari Allah dan yang diberikan kepada manusia; juga dapat diartikan: kebenaran sebagai sifat Allah sendiri. Nampaknya yang terakhir itu lebih tepat. Pertama karena kebenaran yang diberikan oleh Allah dirumuskan oleh Paulus secara lain, seperti dalam Flp 3:9 (“kebenaran dari Allah”). Selanjutnya harus dikatakan bahwa khususnya dalam Rom 1:17, karena pararelnya dengan ayat 18, terang dimaksudkan sifat Allah. Pararel yang serupa ada dalam Rom 3:5 (“ketidakbenaran kita” dilawankan dengan “kebenaran Allah”); maka di situ pun terang bahwa dimaksudkan sifat Allah, sama seperti “kesetiaan Allah” (ayat 3) dan “kejujuran Allah” (ayat 7; lihat ayat 4). Dalam 3;25 kata “diakaiosune” malahan diterjemahkan dengan “keadilan Allah”; sama halnya dalam 3:26. Dalam 3:21-22 memang mungkin “kebenaran Allah” dalam arti kebenaran yang diberikan kepada manusia.

                                               Dalam Rom 10:3, arti manusiawi kebenaran Allah pada pandangan pertama paling cocok: kebenaran Allah dilawankan dengan “kebenaran mereka sendiri”. Dari itu mudah ditarik kesimpulan bahwa dengan “kebenaran Allah” dimaksudkan kebenaran yang mereka miliki, bukan atas dasar usaha mereka sendiri tetapi atas dasar anugerah Tuhan. Tetapi kiranya “kebenaran Allah” tidak harus dilawankan dengan “kebenaran mereka sendiri”, melainkan “berusaha untuk mendirikan” kebenaran mereka sendiri”  dengan “takluk kepada kebenaran Allah”. Dengan demikian “kebenaran Allah” tidak lagi disejajarkan dengan “kebenaran mereka sendiri”, melainkan merupakan kegiatan Allah yang tidak mau diakui (“mengenal”, “takluk”) oleh orang Yahudi. Dengan lain kata juga dalam 10:3 “kebenaran Allah” harus diartikan dengan cara yang sama, yakni sebagai sifat Allah.24

___________________

22 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, 73.

23 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, 93.

24 T. Jacobs Sy, Paulus- Hidup, Karya dan Teologinya (Yogyakarta: Kanisius, 1983), 203-204.

1.6.2        Keselamatan Allah

                                      Karena pertentangan dengan murka Allah dalam Rom 1:17-18, jelaslah bahwa dengan “kebenaran Allah” tidak dimaksudkan tindakan pengadilan Allah. Kebenaran Allah dilawankan dengan murka Allah. Maka kebenaran Allah adalah tindakan penyelamatan Allah. Oleh karena pararelisme dengan 1:17, maka juga dalam 3:21 kebenaran Allah harus diartikan sebagai penyelamatan Allah. Hal itu menjadi lebih jelas lagi kalau mengingat bahwa Rom 3:20 seperti Gal 2:16, barangkali dipengaruhi oleh Mzm 143:1-2: “Ya Tuhan dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku. Jawablah aku dalam kesetiaanMu, demi keadilanMu. Janganlah berperkara dengan hambaMu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorang pun benar di hadapanMu”.

                                               Kiranya Paulus juga memakai kata kebenaran dalam arti Perjanjian Lama itu. Karya keselamatan Allah disebut “kebenaran”, dilawankan dengan murka Allah. Dari Rom 3:5-6 jelaslah bahwa kebenaran Allah tidak menghalang-halangi murkaNya. Tetapi dari lain pihak juga ada tempat untuk kebenaran, maksudnya: untuk penyelamatan Allah, di samping murkaNya. Kalau Allah mengadili dan menghukum kejahatan manusia, maka tindakan itu harus disebut adil. Tetapi biasanya Tuhan mengampuni dan menghapus kejahatan itu. Tindakan itu pun harus disebut adil. Tuhan adalah adil kalau menyelamatkan, dan adil pula kalau menghakimi. Tetapi penyelamatan Ia paling jelas menyatakan diri sebagai Allah Israel, yang setia kepada perjanjianNya. Maka penyelamatan Allah adalah benar-benar Allah.25

1.7    Allah Menurut Pasal 1 Menurut Pengakuan Iman Rasuli

       Pengakuan Iman yang dinamakan “Apostolicum” (Kata Yunani “Apostolos”= Rasul atau Pengakuan Iman Rasuli. Menurut kata pertamanya dalam Bahasa Latin, Pengakuan itu disebut juga “Credo” (=Aku Percaya). Nama lain yang lazim digunakan ialah “Kedua belas pasal kepercayaan Kristen”. Pengakuan ini tidaklah dibuat oleh para rasul dan tidak disusun sekaligus didalam suatu rapat gereja, tetapi bertumbuh lambat. Pada tahun 150 mungkin sebagian sudah tercantum dalam  “Symbohum Romanus” (= Pengakuan Iman jemaat Kristen di kota Roma). Bentuknya ialah seperti yang kita kenal sekarang, mungkin barulah ada sejak abad ke- 6. Pengakuan ini pernah juga disebut  “Ketiga pasal Kepercayaan”. Bagian pertama tentang Allah Bapa dan PekerjaanNya, bagian kedua tentang Yesus Kristus dan Pekerjaan nya, ketiga tentang Roh kudus dan pekerjaannya.26

 

         “Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa..”  Demikian bunyi pasal yang pertama dalam pengakuan Iman. Selanjutnya kata itu megingatkan kita pada kekuasaan serta kewibawaan yang harus kita akui. Itulah sebabnya kata Bapa dapat kita pergunakan sebagai suatu gelar kehormatan bagi mereka yang berada diatas kita.27

___________________

25 T. Jacobs Sy, Paulus- Hidup, Karya dan Teologinya, 206-207.

26 G.C.Van Niftrik & B.J Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016),37-38

27 G.C.Van Niftrik & B.J Boland, Dogmatika Masa Kini,92

                                      Tetapi kata Bapa bukanlah  suatu nama atau gelar ataupun sifat yang ditambahkan untuk menghiasi kata Allah, akan tetapi keduanya ialah satu kesatuan. Pasal pertama berbicara tentang Allah Bapa, dan dalam bagian kedua berbicara tentang Yesus Kristus, yang digelar Anaknya.28

                                Demikian juga kata Mahakuasa mendapat isi yang sesunguhnya yang konkrit. “Aku Percaya Kepada Allah Bapa yang Mahakuasa..” berarti percaya kepada Allah yang mengadakan perjanjiannya dengan Abraham, dan yang ingat kepada perjanjian ini dari keturunan sampai pada keturunan. Dengan kuasa kasihnya ia memelihara perjanjian dan tetap setia kepada perjanjian itu.29

 

II.                Kesimpulan

                           Pada pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dapat kita lihat banyak mendefinisikan siapa Allah itu, ada yang mengatakan Allah itu yaitu Yehovah (Yahwe), Elohim, El Shadaai, dan Rophe. Jika dilihat juga dalam pengakuan Iman Rasuli dengan demikian disini kita mempunyai gambaran yang sesuai dengan Allah dan apa yang ia kehendaki dan lakukan. Ia menjadikan kita untuk membebaskan dan menguduskan kita. Ia telah menyerahkan seluruh langit dan bumi kepada kita dan ia juga juga memberikan anak Nya dan Roh kudus.

 

III.             Daftar Pustaka

                      Browning W.R.F, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007

         B.J. Boland & G.C. Van Niftrik, Dogmatika Masa Kini Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001            

                  Arrington French L, Doktrin Kristen: Perspektif Pentakosta Yogyakarta: ANDI, 2015

                  Snoek I, Sejarah Suci Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016

                  Douglas J.D, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L Jakarta: Yayasan Komunikasi Binakasih, 1992

                  Douglas J.D, Ensiklopedian Alkitab Masa Kini M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1992

                  Jacobs Sy T, Paulus- Hidup, Karya dan Teologinya Yogyakarta: Kanisius, 1983

                  Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru 1 Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018

__________________

28 G.C.Van Niftrik & B.J Boland, Dogmatika Masa Kini,94

29 G.C.Van Niftrik & B.J Boland, Dogmatika Masa Kini,107

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca selengkapnya disini ya