1.1.
Teolog GKR Pada Abad Pertengahan
1.1.1. Bonifatius
(680-755)
Bonifatius dilahirkan dalam keluarga Kristen di Wessex
pada tahun 680, nama aslinya ialah Winfred. Ia dilatih di Biara Benediktin dan
ditahbiskan pada usia tiga puluh tahun. Ia dianugerahi keterampilan untuk
belajar dan memimpin. Sebenarnya ada peluang baginya untuk berdiam di Inggris,
untuk belajar dan mengajar dan mungkin juga memimpin sebuah biara, namun ia
merasa sedih atas orang orang yang belum mengaku percaya kepada Kristus.
Pada tahun 716, Winfred berangkat ke frisia, tempat
para misionaris inggris telah berupaya berpuluh puluh tahun lamanya. Raja
Frisia, Radbod, menentang kekristenan. Tekanan di situ sangat kuat dan Winfred
pun kembali ke Inggris. Inilah kegagalan misinya yang pertama. Ia pergi ke Roma
pada tahun 718, dan di sana ia menerima tugas misionaris dari Paus. Ia
ditugaskan untuk pergi lebih jauh, melewati Sungai Rhine, dan mendirikan gereja
Roma di antara orang Jerman di sana.[1]
Pada tahun 723 ia di panggil ke Roma dan ditahbiskan menjadi uskup missionaries
tanpa diosis (episcopus regionarius) dan
bersumpah untuk setia kepada paus[2].
Dan saat itulah nama Bonifacius diganti dengan nama barunya yaitu Bonifatius.[3]
Bonifacius adalah seorang yang semangat
memberitakan injil, ketika dia sedang
menjalankan misinya bersama 50 orang pengikutnya berangkat ke Friesland mereka
berkemah di lembah sungai Borne sambil menunggu atau menanti datangnya orang
yang bertobat untuk menerima sakremen konfirmasi. Maka pada saat itu
serombongan orang, namun bukan untuk menerima sakramen melainkan untuk membunuh
Bonifacius. Tulang-tulang Bonifacius mula-mula di simpan di Utrecht, namun
kemudian dibawah Mainz dan pada akhirnya disimpan Di Fulda.[4]
A. Karya Karya
Bonifatius
Bonifatius sangat terkenal ketika dia membuat tindakan
yang sangat berani di Hesse. Ia ingin memperlihatkan bahwa Allah orang Kristen
merupakan Allah yang memiliki kuasa yang mahatinggi. Bonifatius menjadi begitu
terkenal karena tindakannya yang dilakukannya di Geismar Hesse, penduduk Hesse
menyembah dewa kilat, yang bernama Thor. Dewa ini berdiam di sebuah pohon beringin
besar dan disanalah penduduk Hesse membawa persembahannya. Pada suatu hari
Bonifatius menebang pohon itu dihadapan orang banyak tindakannya tersebut
banyak mengudang kemarahan kemarahan orang banyak. Pada saat Bonifatius
menebangnya pohon itu, tiba tiba datang angin keras turun dari sorga dan
menerjang pohon itu. Pohon itu patah menjadi 4 dengan panjang yang sama. Oleh
karena itu, penduduk Hesse menjadi Kristen.
Dan karyanya yang kedua Bonifatius bekerja di kalangan
penduduk Hesse dengan semangat dia berhasil. Ia mendirikan sebuah biara di
Amanaburg. Dan pada Tahun 744 ia mengadakan konsili di Soissons yang dihadiri
oleh 23 uskup dan pada tahun itu pula didirikanlah sebuah Biara di Fulda yang
kemudian di beri nama Biara Fulda. Dan masa itu Biara itu terbesar di Jerman. [5]
1.1.1. Aselmus
dari Canterbury (1033-1109)
A. Riwayat
Hidup
Anselmus
adalah seorang Teolog
dan filsuf yang
hidup pada Abad pertengahan. Ia adalah seorang yang sangat termuka diantara
pemikir-pemikir skolastik.
Anselmus dilahirkan pada tahun 1033 di Aosta, Italia. Ayahnya adalah Bangsawan
di Italia yang bernama Gundulph dan ibunya bernama
Ermenberga. Anselmus memasuki biara Bec yang dipimpin oleh Lanfranc, seorang pemimpin biara yang memiliki kepribadian yang sangat menarik.
Tahun 1060, Lanfranc diangkat menjadi uskup agung di Canterbury, Inggris dan
Anselmus diangkat menjadi penggantinya
di Bec. Lanfranc
wafat pada tahun 1089. Belum ada kesepakatan tentang siapa yang akan
menggantikan kedudukan Lafranc sehingga keuskupan agung Canterbury kosong
selama tiga tahun. Tahun 1093 Anselmus menggantikan Lanfranc sebagai uskup agung Canterbury atas pemilihan
Raja
William. Anselmus menulis beberapa karya dalam bidang teologi maupun dalam
bidang filsafat.[6]
Pemikiran
Anselmus adalah teologi barat pertama pada abad pertengahan ia sebagai pendiri
aliran Skolastisme. Anselmus memiliki ide yang dikenal dengan sebagai “Teori
Pengorbanan” bagi penebusan. Sampai saat ini teori tersebut merupakan
penjelasan teologi terkenal tentang karya penebusan kristus. Ia memiliki sumber-sumber
Alkitabiah seperti: “Allah mendamaikan
dunia dengan diri-Nya oleh kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran
mereka (2 Kor. 5:19).
Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan
logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya. Dalam karyanya Proslogium Intellectum
(Iman mencari Pengertian), Anselmus juga membuat pernyataan
yang terkenal dengan “Saya Percaya Agar dapat mengerti”. Yang dimaksud dengan
pernyataan itu adalah bahwa mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu,
singkatnya ia menyatakan bahwa rasio manusia
membutuhkan ide mengenai ada
(Being)
yang sempurna (Allah),
oleh sebab itu Being tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak
filsuf dan teolog sepanjang masa.[7]
B. Karya Karya
Aselmus
Aselmus menulis beberapa karya yang penting baik dalam
bidang teologi maupun dalam bidang filsafat. Karya teologinya yang terpenting
adalah Monologion. Dalam bukunya ini
Aselmus memberikan bukti-bukti tentang adanya Allah melalui tiga cara, sebagai
berikut:
1.
Yang baik secara
relatif mengandaikan adanya yang baik secara mutlak. Yang baik secara mutlak
itu disebut Allah.
2.
Fakta bahwa
semua hal berada dalam hal yang sama dan karena itu harus ada sesuatu penyebab
mulai dari segala yang ada ini. Penyebab itu disebut Allah.
3.
Fakta adanya
berbagai tingkat kesempurnaan. Hal ini mengandaikan adanya kesempurnaan yang
mutlak yang disebut Allah.[8]
Karyanya yang lain adalah Cur Deus Homo (Mengapa Allah Menjadi Manusia). Disini Anselmus
berusaha membuktikan perlunya Kristus harus diakui akal budi. Ia berpendapat
bahwa Tuhan Allah sendiri turun dari sorga dan menjelma dalam anaknya Yesus
Kristus supaya hukuman manusia ditanggung sendiri dan ia dapat membayar hutang
dosa untuk menggantikan kita. Dengan jalan itu baik keadilan, rahmat maupun
kasih Allah dipenuhi dan disempurnakan. Pandangan teologi Anselmus mempunyai
pengaruh besar dalam teologi gereja pada abad pertengahan.[9] Anselmus
memiliki ide yang dikenal dengan sebagai “Teori Pengorbanan” bagi penebusan.
Sampai saat ini teori tersebut merupakan penjelasan teologi terkenal tentang
karya penebusan kristus.[10]
Dan juga dia merumuskan bagaimana hubungan iman dengan
pengetahuan sebagai berikut: Credo ut inteligam (Aku Percaya untuk
mengerti) atau Fides quarens intellectum
(iman berusaha untuk mengerti). Orang harus mulai percaya akan pernyataan Tuhan
Allah yang diajarkan oleh gereja dan sesudah itu baru berusaha menjelaskan
kepercayaan itu sehingga diakui selaku kebenaran oleh akal manusia.[11]
1.1.2. Abelardus
(1079-1142)
A.
Riwayat Hidup
Petrus Abelardus adalah seorang filsuf dan teolog Abad
Pertengahan. Ia seorang yang memiliki kepribadian yang menarik, kritis selalu
serta selalu mencari perkara-perkara yang baru. Namun tak selamanya ia
disanjung, dihormati dan dipuja. Ia kemudian dikecam dan dituduh sebagai
penyesat. Ia mengalami ironinya sebuah kehidupan. Perjalanan kehidupannya yang
ironis itu dituangkan dalam sebuah karyanya, yakni Historia Calamtatum (Sejarah Nasib Malang).
Petrus Abelardus dilahirkan di Palais atau le Pallet,
dekat Nantes, Prancis pada tahun 1079, dalam sebuah keluarga bangsawan. Nama
aslinya adalah Pierre de Palais.
Mula-mula ia belajar kepada seorang filsuf Nominalis terkemuka pada saat itu,
yaitu Roscellinus, di Loched dan
kemudian kepada William dari Champeaux,
seorang filsuf Realisme. Terakhir sekali ia belajar kepada Anselmus dari Laon.
Kemudian Abelardus diangkat menjadi pemimpin sekolah
katedral di Paris dan sementara itu ia ditahbiskan menjadi sub-diakon. Di
sekolah ini Abelardus mengajar filsafat dialektika dan teologi. Mahasiswanya
datang dari berbagai Kota di Eropa. Tiba-tiba tragedi menimpa kehidupannya yang
berawal dari hubungan percintaannya dengan Heloise.
Heloise adalah seorang gadis yang berumur 17 tahun,
cantik dan cerdas. Fulbert, paman Heloise, meminta Abelardus untuk menjadi guru
Heloise dan tinggal di rumahnya. Sang guru jatuh cinta pada muridnya. Hubungan
percintaan mereka mengakibatkan hamilnya Heloise. Atas desakan keluarga
Heloise, Abelardus menikahi Heloise dan melahirkan seorang anak laki-laki yang
diberi Nama Astralabius. Namun pernikahan mereka tidak berlangsung lama.
Pernikahan tersebut dianggap sebagai penghalang bagi karier Abelardus selaku
filsuf dan teolog. Heloise kemudian menjadi bairawati di Argenteuil, sedangkan
Abelardus memasuki biara St. Denis. Abelardus diizinkan membuka sekolah tempat
ia mengajarkan filsafat dan teologinya.
Pada tahun 1121 Abelardus dituduh mengajarkan ajaran
sesat tentang Trinitas. Ajarannya mengenai Trinitas dipandang sama dengan
ajaran Sabellianisme. Abelardus mengajarkan bahwa Allah sebagai kuasa adalah Bapa; Allah sebagai hikmat adalah Allah dan
Allah sebagai kasih adalah Roh Kudus.
Abelardus tinggal di Cluny sampai meninggal pada 21
April 1142. Jenazahnya dibawah ke “Parakletos” dan dikuburkan disa na.[12]
B. Karya Karya
Abelardus
·
Historia Calamitatum (Sejarah Nasib
Malang).
·
Theologia Christiana (Teologi Kristen).
·
Introductio Ad Theologia (Pengantar
kedalam Teologi)
·
Sic et Non (Ya dan Tidak).
·
Logica ingredientibus (Logika Untuk
Pemula) diselesaikan sebelum tahun 1121.
·
Logica nostrorum petitioni sociorum (Logika sebagai
tanggapan atas permintaan rekan-rekan kita) diselesaikan sebelum tahun
1124-1125.
·
Tractatus de intellectibus (Suatu risalah
tentang pengertian) ditulis sebelum tahun 1128.
·
Dialogus inter philosophum, Judaeum, et Christianum (Dialog seorang
filsuf dengan seorang Yahudi dan seorang Kristen) ditulis tahun 1136-1139.
·
Ethica atau Scito Te Ipsum (Etika atau
Kenalilah Dirimu Sendiri) ditulis sebelum tahun 1140.[13]
1.1.3. Bernhard dari Clairvaux
(1090-1153)
A. Riwayat
Hidup
Bernhard
lahir tahun 1090 di Fontaines
(dekat
Dijon) dari keluarga bangsawan. Sejak kecil ia telah bercita-cita untuk menjadi
seorang biawaran. Pada tahun 1112, bersama tiga orang saudaranya serta 30 orang
pemuda bangsawan lainnya, ia memasuki Biara Citaeux. Bernard dipilih menjadi
pemimpin biara yang baru ini dan ia tokoh gereja yang termuka di Eropa pada
Abad Pertengahan. [14] Dibawah kepemimpinan Bernhard, biara ini cepat
berkembang dan menjadi induk dari kurang lebih 70 biara Cisterciens selama
hidupnya, Bernhard masuk Citaux untuk menghindari kehidupan duniawi, tetapi
kemudian ia menjadi salah satu pemimpin gereja yang paling banyak merantau dan
yang amat aktif pada abad ke-12. Selama tahun 1130-an ia berjuang keras bagi
Paus Innocentius II melawan paus tandingan, Anacletus. Akhirnya ia berhasil
membantu Innocentius sampai ia menang. Sesudah itu ia terlibat dalam konflik
dengan Abelardus dan membuatnya dikutuk pada konsili Sens pada tahun 1140. Pada
rahun 1145 kewibawaannya bertambah lagi ketika seorang bekas biarawan
Clairvaux, Bernard Paganelli, menjadi Paus Eugenius III. Dua tahun berikutnya,
atas permintaan Eugenius, Bernhard berkhotbah keliling Eropa sambil mencari
dukungan untuk Perang Salib Kedua. Perang tersebut dilancarkan tahun 1148,
tetapi gagal total. Sungguh suatu pukulan bagi Bernhard. Namun reputasinya
cukup baik untuk mengatasi pukulan seperti itu.
Bernhard
disebut “Bapa Gereja yang terakhir”. Ia tokoh penting terakhir dari tradisi
teologi monastik atau kebiaraan awal abad pertengahan. Ia seorang penulis yang
hebat, sehingga digelari “mengalirkan madu” atau semanis madu. Bernhard sangat
menghormati kepausan. Paus adalah “satu-satunya wakil kristus yang bukan saja
mengepalai satu bangsa tetapi semua bangsa dan ia berkuasa penuh”. Bernhad
meninggal di Clairvaux, 20 Agustus 1153.
B. Karya
Karyanya
Ia
menulis serangkaian karya penting mengenai hidup kebiaraan. Mula-mula Bernhard
menulis karya teologi yang bersifat akademis: De Gratia et libero Arbitrio (Anugerah dan kehendak Bebas). Ia mempertahankan
pendapat bahwa pekerjaan-pekerjaan baik atau amal kita sekaligus semata-mata
anugerah Allah (dengan
demikian tidak ada tempat untuk bermegah) dan semata-mata hasil kehendak bebas
kita, dalam arti bahwa kita yang mengerjakannya (sehingga layak untuk
diberi ganjaran). Karya Spiritual Bernhard yang paling benar ialah 86 Sermones in Canticum Canticorum
(86 Khotbah tentang Kidung Agung). Melalui
Khotbah-khotbah itu Bernhard mengajar para biarawan asuhannya mengenai
kehidupan rohani dan tentang
langkah-langkah menuju penyatuan dengan Allah secara
mistik. Ia juga menceritakan pengalamannya sendiri.[15]
1.1.4. Thomas
Aquinas (1225-1274)
A. Riwayat
Hidup
Thomas Aquinas adalah seorang teologi
yang paling besar pengaruhnya pada Abad-abad pertengahan.[16] Thomas Aquinas lahir di
Roccaseca, dekat Aquino Italia 1225. Ayahnya adalah pangeran landh uuf dari
aquino. Orangtuanya adalah orang Khatolik yang saleh, karena itulah pada usia 5
tahun Thomas diserahkan di Biara Benecditus di Monthe Cassino untuk dibina agar
kelak menjadi seorang Biarawan. Setelah 10 tahun Thomas berada di Monthe
Cassino, kemudian ia dipindahkan ke Naples untuk menyelesaikan pendidikan
bahasanya. Ia mulai tertarik kepada pekerjaan kerasulan gereja dan ia berusaha
untuk pindah ke ordo Dominikan, suatu Ordo yang sangat berperan pada abad itu.
Sebagai anggota ordo dominikan, Thomas dikirim belajar ke universitas Paris,
yaitu sebuah universitas yang sangat termuka saat itu. Ia belajar disana selama tiga tahun (1245-1248). Akan
tetapi keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal
di Reccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga orang
tuanya menyerah pada keinginan anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi
anggota ordo dominikan.[17]
Ia berhasil menampung azas-azas filsafat dalam sistem teologi yang menyeluruh.
Pola pemikirannya dapat
dilihat dari cara ia membahas hubungan antara Rahmat Allah dan kemampuan
manusia untuk berbuat baik. Thomas yang menyusun sistem teologi Skolastik yang
paling digemari dan yang ada dalam Gereja Khatolik Roma merupakan teologi
teladan yang sampai pada abad ini. Untuk menampung ajaran-ajaran filsafat, ia
menggunakan bagan, yakni Bagan Kodrati-adikodrati.[18]
Contohnya, para filsuf mengaku keesaan Allah; hal itu merupakan pokok
pengetahuan yang kodrati. Akan tetapi orang-orang Kristen mengaku Allah
Tritunggal, itu merupakan pengetahuan yang adikodrati. Dengan menggunakan bagan
ini, Thomas dan pengikut-pengikutnya dapat menampung hasil-hasil pemikiran
filsafat Yunani-Romawi. Karena itu, teologinya bersifat ”Ilmiah” dan dapat
memuaskan selera para cendikiawan zaman itu. Namun demikian, pengaruh filsafat
atas teologi Thomas dapat dilihat dari pemikirannya mengenai Allah. Teologinya
berbicara tentang Allah dengan cara filsafat Plato dan Aristoteles. Allah
adalah yang tertinggi, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi; kita berada
di tingkat yang lebih rendah, tetapi Allah mau mengangkat kita ketingkatnya
sendiri (Plato).
Sekaligus Allah adalah Dia yang menggerakkan segala sesuatu, tetapi yang
sendiri tidak bergerak (Aristoteles).
Oleh karena itu, Rahmat Allah semata-mata karena rahmat-Nya, mencurahkan
anugerahNya ke atas manusia. Anugerah itu adalah kekuatan yang adikodrati, yang
disalurkan kepada manusia melalui sakramen.[19]
Dengan sakramen-sakramen maka hidup Rahmat dari atas itu dilahirkan oleh Gereja
ke dalam hidup kodrati manusia. Dengan demikian tabiat manusia beroleh tambahan
ilahi itu, yang dibutuhkannya untuk mengembangkan hidupnya di dunia dan supaya
diselamatkan untuk selama-lamanya. Jadi berdasarkan theologinya, Thomas sangat
setuju dengan pendirian Innocentius bahwa kaisar patut taat kepada Paus. Dan
Theologia Thomas dijunjung tinggi oleh Gereja Roma dan ajaran Thomas telah
disahkan sebagai theologia resmi dari Gereja Roma khatolik oleh paus Leo XIII
(1879).[20] Meskipun ia telah menjadi seorang Teolog, guru dan
pengkotbah terkemukakan Gereja, keberadaan Aquinas tetap sederhana. Tiga bulan
menjelang kematiannya, pada Tahun 1274, ia mengemukakan bahwa penglihatan dari
surge dengan jelas menunjukkan bahwa teologinya hanyalah “tumpukan jerami”. Ia
membuang tulisan tulisan teologis, dan Summa
Theologica tidak pernah benar-benar diselesaikan.[21]
B. Karya Karya
Thomas memiliki karya Teologi yang terkenal, yaitu:
a.
Summa
Contra Gentiles (Pegangan Melawan Orang
Kafir) yang ditulis pada permulaan tahun 1260-an dalam empat jilid. Karya ini ditulis untuk orang-orang tak percaya,
seperti orang Yahudi dan Islam. Karya ini menjelaskan
pendekatan Thomas terhadap masalah kodrat/anugerah. Dalam jilid pertama sampai ketiga, argumentasinya
berdasarkan akal/filsafat saja. Alkitab dan tradisi hanya dipakai untuk
menguatkan kesimpulan yang dicapai melalui akal.
Dengan dasar ini Thomas memastikan keberadaan Allah, apa sifat-sifatnya (seperti kasih,
bijaksana dan mahakuasa) bahwa Ia menciptakan dunia, pemeliharan dan
predestinasi.
b.
Summa
Theologiae (Ikhtisar Teologi)
ditulis dalam sepuluh tahun menjelang akhir kematiannya dan
dimaksudkan sebagai buku pegangan untuk menggantikan karya Sententiarum dari Petrus Lombardus. Karya ini sangat padat, terdiri dari dua juta kata
dan sekitar 20 kali lebih panjang dari buku ini.
Tulisan ini ditujukan kepada kaum Khatolik
daripada orang tak percaya. Isi buku ini
menguraikan tentang Tuhan Allah sebagai Pencipta, tujuan Allah sebagai manusia,
kembalinya manusia kepada Tuhan Allah dan tentang Kristus sebagai jalan manusia
kembali kepada Tuhan Allah.[22]
Dalam
teologinya Thomas Aquinas juga mencetuskan ada beberapa mengenai tujuh
sakramen-sakramen yang diperintahkan Kristus atau menyalurkan Anugerah Allah
kepada orang-orang Kristen selama hidupnya. Ketujuh sakramen tersebut, yaitu:
1.
Baptisan,
dianggap menghapuskan dosa turunan dan diperlukan secara mutlak untuk
keselamatan.
2.
Konfirmasi
(peneguhan),
diberikan oleh uskup kepada anak-anak yang sudah mencapai umur sekitar 7 tahun.
3.
Pengakuan Dosa,
yang diucapkan di hadapan imam
4.
Misa atau Ekaristi.
Roti dan Anggur yang bagi-bagikan itu dianggap adalah benar-benar tubuh dan
darah kristus (transubstansiasi = perubahan menjadi zat
lain, yang ditetapkan menjadi dogma resmi pada tahun 1215).
5.
Peminyakan,
yang terjadi dengan minyak “Suci” atas orang-orang sakit yang akan meninggal.
6.
Nikah,
yang dipandang sebagai sakramen juga, supaya hal yang “jasmani” itu diangkat ke
tingkat”rohani”
7.
Penahbisan Imam.
Dengan penahbisan itu, maka imam menjadi pengantara yang dipakai Tuhan untuk
menyampaikan Anugerah-Nya kepada manusia.
Dari
ketujuh sakramen itu lah yang diakui sebagai sakramen sejak abad ke 12 dan yang
dalam Gereja Khatolik Roma dipertahankan sampai sekarang. Anggapan bahwa
sakramen merupakan saluran anugerah yang utama menjadi tampak juga dalam tata
kebaktian.[23]
1.1.5. Fransiskus
dari Asisi (1182-1226)
A.
Riwayat
Hidup
Fransiskus
dilahirkan pada tahun 1182. Fransiskus dari Asisi
adalah pendiri Ordo saudara-saudara Hina (Ordo Fransiskus, OFM). Ayahnya adalah seorang
saudagar kain yang kaya di Asisi bernama Pietro Bernardone dan ibunya bernama
Pica. Nama Fransiskus sebenarnya adalah Geovani, namun ia lebih
dikenal dengan nama Fransiskus. Fransiskus adalah anak yang riang gembira, pada
masa kecil sampai umur 20 dia masih membantu usaha perdagangannya ayahnya.
Pada
Tahun 1205 ia mengadakan perjalanan Jiarah ke Roma, ketika memasuki pintu
gerbang gereja St.
Petrus ia melihat seorang pengemis berdiri di gerbang
tersebut, hatinya jatuh kasihan melihat pengemis tersebut lalu memberikan jubbah
yang ia kenakan kepada pengemis tersebut, Fransiskus ingin merasakan sendiri
bagaimana menjadi pengemis, sehingga ia menjadi pengemis selama satu hari
dipintu gerbang Gereja St. Petrus. Pada kesempatan lain, ia
bertemu seorang yang berpenyakit kusta dan terdorong oleh rasa kasihannya,
Fransiskus memeluk orang itu.
Pada
tahun 1206 Fransiskus berdoa dalam gereja St Damian di Asisi. Ia mendengar
suara dari lukisan Kristus yang berkata supaya ia memperbaiki gedung gereja
yang hampir runtuh. Kemudian ia
menjual kain ayahnya guna mendapat uang untuk memperbaiki gedung gereja. Fransiskus
juga membagi-bagikan uang
ayahnya kepada orang-orang miskin sehingga ayahnya marah akibat tindakannya
tersebut. Hak waris fransiskus dicabut ayahnya, dibawah perlindungan Uskup setempat kini Fransiskus hidup sebagai Biarawan dekat St. damian.
Pada tahun 1209 ia membantu melayankan misa
dalam gereja di Portiniucola dekat Asisi,
Fransiskus mendengar firman Tuhan
(Matius
10:7-19) ia menganggap bahwa kata
kata itu adalah nasihat pribadi kepadanya. Fransiskus
mengajarkan tentang kemiskinan, pertobatan, kasih persatuan dan perdamaian
serta ia meninggalkan kekayaannya. pada tanggal
3 Oktober 1226, Fransiskus meninggal di umur yang
sangat lanjut dibawah kaki Altar Kapel Porticula.
Dua tahun kemudian
dia diangkat menjadi orang kudus oleh
sahabatnya Ugolino yang menjadi Paus Gregoriosu IX.
Kata kata terakhirnya ialah, “saya telah
menunaikan tugas saya, semoga Kristus sekarang mengajar Saudara tugas-tugas Saudara.[24]
B.
Karya
Karya
Pada
tahun 1210 Fransiskus pergi ke Roma untuk memperoleh persetujuan paus
Innncentius III. Paus menyetujuinya dan nama ordonya adalah OFM. Anggota
anggota Ordo Fransikan mengelilingi seluruh Italia setahun sekali mengadakan
pertemuan di Portiuncula. Biaranya terus berkembang. Pada tahun 1212 seorang
wanita bangsawan yang kaya di Asisi menyerahkan seluruh hartanya kepada
Francicus. wanita itu bernama Clare. Dengan bantuan tersebut, dibangunlah
serikat untuk kaum wanita berpusat di Gereja St. Damian.[25]
1.1.6. Innocentius III
(1198
-1216)
A. Riwayat
Hidup
Dia lahir Pada tahun 22 Februari 1161 di Italia, Innocentius
III adalah seorang paus pada abad pertengahan yang berhasil melepaskan gereja
dari kekuasaan dan pengawasan pemerintahan duniawi (negara). Nama aslinya
adalah Lotario dei Conti di segni. Ia
dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan di italia.
Innocentius
III belajar teologi Skolastik di Universitas Paris dibawah bimbingan Petrus
dari Corbeil. Kemudian ia belajar ilmu hukum dan hukum kanon pada universitas
Bologna dibawah bimbingan Uguccio dari Ferrara. Setelah selesai pendidikannya
di Bologna, ia kembali ke Roma dan segera menempati kedudukan yang penting dalam
kepausan di Roma. Pada tahun 1198 Paus
Celestinus IV meninggal dunia dan Lotario terpilih menjadi paus. Sepanjang
hidupnya ia berjuang untuk mempersatukan Eropa dibawah kekuasaan seorang raja
dan satu hukum moral kristen.
Ia
menyebut dirinya sebagai “Wakil Kristus”.
Menyatakan bahwa ia adalah duta Kristus dibumi, ia berkata bahwa Paus adalah
perantara antara Allah dan manusia, dibawah Allah tetapi diatas manusia.
Kristus bukan saja menyerahkan kekuasaan
atas gereja kepada petrus, melainkan juga kekuasan atas seluruh dunia.
Raja-raja adalah wali Paus yang diangkat oleh Paus untuk mengurus
perkara-perkara duniawi. Oleh karena itu, Raja-raja harus taat kepada Paus.
Raja dapat memerintah dengan benar bila raja melayani Gereja. Innocentius III
memakai gambaran matahari dan bulan. Matahari memerintah siang dan bulan (yang lebih kecil) memerintah
malam. Begitu juga dalam Gereja, Allah mengadakan dua pangkat besar, yaitu yang
paling besar untuk memerintah jiwa dan yang kurang besar untuk memerintahkan
tubuh. Pangkat-pangkat itu adalah kekuasaan Paus dan kekuasaan Raja. Sebagaimana bulan memperoleh terang dari matahari,
maka begitu pula pemerintah Raja memperoleh kemuliaan pengangkatnya dari
kekuasaan Paus.[26]
Dalam
Konsili IV di Lateran (1215) yang berlangsung
dibawah pimpinan Innocentius III telah disahkan menjadi dogma gereja.[27] Gereja memandang
pengambilan komuni sebagai bagian penting untuk mendapatkan keselamatan;
penyangkalan, seperti halnya dengan pengucilan, berbahaya bagi jiwa. Dengan
kesempatan berhubungan langsung dengan tubuh dan darah Kristus, para imam
memegang peranan penting dalam
otoritas
gereja. Pengucilan berkekuatan besar karena hal itu menyangkal hubungan
seseorang dengan Kristus. Konsili itu juga menyerukan agar orang Yahudi
diharuskan mengenakan identitas khusus. Orang-orang kristen dilarang mengadakan
transaksi dagang dengan mereka, lambat laun hal ini mewujudkan perkampungan
Yahudi tersendiri. Innocentus III
meninggal dunia tahun 16 juli 1216.[28]
B. Karya Karya
Puncak
karya kepausannya adalah pemanggilan Konsili Lateran IV pada tahun 1215, yang menyatakan Perang Salib terhadap golongan
Albingensis. Ia juga menyatakan Perang Salib IV (1204) unruk merebut kembali
tanah Suci. Pada konsili Lateran IV Gereja menyerap banyak ide-ide Innocentius.
Dalam sidang yang selama tiga hari ini menghasilkan ratusan Dekrit, karena
Innocentius merasa peduli bahwa setiap orang kristen yang telah dibaptis harus
menampilkan citra kekristenan, sidang tersebut mewajibkan setiap orang mengaku
dosa kepada seorang Pastor dan mengambil komuni setiap tahun. Melalui Konsili
Lateran IV ini doktrin “Transubstansiasi” (Doktrin bahwa
substansi roti dan anggur berubah menjadi substansi tubuh dan darah kristus).[29]
1.1.7. Wiliam
Occam (1280-1349)
A. Riwayat
Hidup
William Occam merupakan seorang teolog yang terakhir
dari Teologi skolastik. Ia dilahirkan di Occam, Surrey, Inggris pada tahun
1280. Masa kecilnya kurang diketahui. Pada masa mudahnya ia menjadi anggota
Ordo Fransiskan. Ia ditahbiskan menjadi subdiaken pada tahun 1306. Kemudian
selama enam tahun (1309-1315) Occam belajar di Universitas Oxford, mungkin
belajar di bawah Duns Scotus serta memperoleh kesarjanaanya di universitas
Paris (1315-1320).
Komentar Occam atas buku Sentences tersebut
menimbulkan kegaduhan. Ia dituduh memiliki 56 buah rumusan yang sesat. Ia
diadukan kepada Paus di Avignon sehingga ia dipanggil ke Avignon pada tahun
1324. Paus Yohanes XXII membentuk suatu komisi yang terdiri dari enam teolog
unuk menyelidiki kesesatan Occam. Penyelidikan diadakan selama tiga tahun,
namun idak ada suatu keputusan yang membuktikan bahwa pandangannya sesat.
Ia menyerang
kehidupan Paus yang mewah. Ia berpendapat bahwa raja (kaisar) secara langsung
menerima kekuasaan dari Allah sehingga tidak diperlukan pengukuhan oleh Paus.
Gereja adalah sebuah lembaga imamat, penyelenggara sakramen dan menunjukkan
kepada manusia jalan keselamatan, tetapi tidak memiliki kekuasaan sipil. Paus
dan konsili bisa salah dan hanya Alkitab yang tidak mungkin salah. Kepausan
bukanlah suatu lembaga yang dibutuhkan.
Pada
tahun 1347 pangeran Luis meninggal dunia. Pada akhirya, Occam mencari
perdamaian dengan Paus. Paus mengampuninya, namn pengampunan tersebut baru
keluar setelah Occam meninggal pada tahun 1349.
B. Karya karya
Karena kecakapannya, ia dipercayakan untuk memberi
kuliah tentang Kitab Suci (1315-1317) dan kuliah dogmatik dari Sentences, karangan Petrus Lombardus
(1317-1319). Tahun-tahun selanjutnya ia menulis tentang logika sehingga ia juga
dikenal sebagai ahli logika serta menulis sebuah komentar atas Sentences.
Occam menghasilkan tulisan-tulisan
yang menyerang paus dengan pedas sekali. Ia menyerang kehidupan paus yang
mewah. Ia berpendapat bahwa raja (kaisar) secara langsung menerima kekuasaan
dari Allah sehingga tidak diperlukan pengukuhan oleh paus. Gereja adalah sebuah
lembaga imamat, penyelenggara sakramen dan menunjukkan kepada manusia jalan
keselamatan, tetapi tidak memiliki kekuatan sipil.
Ia juga mengajarkan bahwa akal
manusia tidak dapat mengerti pernyataan Allah karena akal tidak dapat memasuki
dunia. Manusia hanya dapat meggantungkan kepercayaannya kepada kehendak Allah.
Semboyan Occam adalah Aku percaya sebab
mustahil.[30]
1.1.8. Jhon Wycliffe
A. Riwayat
Hidup
Jhon
Wycliffe hidup di Inggris
pada abad ke–14. Disamping itu, ia dikenal sebagai orang filsuf. Wycliffe dilahirkan di
Yorkshire pada tahun 1325 dan belajar pada Universitas Oxford. Ia memperoleh
gelar Doktor Teologi pada tahun 1372. Meskipun menduduki beberapa posisi
penting dalam Gereja, namun dimuka umum ia belum dikenal hingga tahun 1374.[31] Pada tahun 1379 Wycliffe memulai kegiatan-
kegiatan keluar. Ia mengutus para sarjana dan orang-orang awam untuk berkhotbah
dan membaca Alkitab kepada umat. Ia pun memulai menerjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa Inggris untuk memenuhi kebutuhan kegiatannya. Dan pandangan Gereja yang
realistis tentang perjamuan kudus dilawannya dengan keras ajaran
transsubtansiasi dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala.[32]
Perlawanannya dengan Paus sebenarnya dimulai dengan pembelaan terhadap harta
milik gereja di Inggris. Paus menuntut
bahwa hak milik Gereja di Inggris adalah milik Paus, namun Wycliffe menolak tuntutan
seperti itu. Ia berpendapat bahwa harta milik gereja di Inggris adalah milik
negara. Persoalan pemilikan harta milik gereja itu mendorong Wycliffe untuk menyelidiki
dasar pemilikan dalam Alkitab. Ia menarik kesimpulan bahwa sebaiknya Gereja jangan
mempunyai harta milik duniawi. Gereja harus menjadi miskin dan sederhana
sebagaimana Gereja pada masa Perjanjian Baru, pada waktu itu Gereja sangat kaya
dan memiliki kurang lebih sepertiga dari seluruh tanah di Inggris.[33]
Wycliffe memberikan tekanan
utama kepada Alkitab. Ia menyelidiki Alkitab secara teliti sehingga ia
menemukan bahwa sakramen konfirmasi tidak terdapat di dalam Alkitab. Ia pun
menolak pemujaan kepada orang kudus, relikwi dan gambar didalam itu gereja. Dan
akhirnya Wycliffe bersama pengikutnya
ditindas di Inggris dan akhirnya pada tahun 1384 Wycliffe meninggal di Lutterworth karena peradangan otak.
A. Karya Karya
Pada tahun 1378 ia menulis De Veritate Sacrae Scripturae (Kebenaran Kitab Suci), yang di
dalamnya ia menggambarkan Alkitab sebagai norma yang paling akhir dan tuntas.
Norma itu yang harus dipakai untuk mengunjungi gereja, tradisi, konsili, bahkan
paus sendiri.
Pada tahun 1379 karya yang berjudul De Potentate Papae (kekuasaan Paus), ia
menunjukkan bahwa kepausan adalah jabatan yang dilembagakan oleh manusia, bukan
oleh Allah.[34]
Setelah dikeluarkan dari Universitas Oxford, dia
menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke bahasa Inggris. Meskipun dia
dikucilkan oleh yang berwenang, pengikut-pengikutnya yang dikenal dengan Lollards, menyebarkan Injil kepada
masyarakat Inggris dalam bahasa setempat. Waktu dia dihadapkan dengan otoritas
agama, dia berkata: “Kamu melawan kebenaran yang lebih besar daripada kamu
semua di sini.”[35]
1.1.9. Desiderius Roterodamus
Erasmus
(1466-1536)
A. Riwayat
Hidup
Erasmus merupakan Tokoh kaum humanisme yang
ingin mengatasi Abad pertengahan itu kembali ke ajaran Gereja lama. Erasmus berasal dari Negeri
Belanda, Eramus dilahirkan 27 Oktober 1466. Ia adalah anak diluar pernikahan
antara Gerard dan Margaret. Setelah ibunya meninggal, pada tahun 1486 Erasmus dimasukkan ke dalam
Biara Augustinus oleh walinya tanpa kehendak Erasmus sendiri. Ia tinggal dalam biara
selama 5 tahun (1486-1491). Selama didalam biara ia menulis sejumlah puisi dan
karangan prosa lainnya. Didalam tulisan-tulisannya tersebut berisi kritik
keburukan-keburukan gereja dan keburukan hidup para biarawan. Kemudian Erasmus keluar dari biara
pada tahun 1492 dan ia ditahbiskan menjadi imam oleh uskup Camberay dan jabatan yang
diterima Erasmus
merupakan jabatan yang tidak ia sukai, walaupun ia tetap menjadi imam seumur
hidupnya dan tidak menikah. Ia menyerahkan dirinya kepada model kehidupan
seorang humanisme. Atas bantuan uskup Camberay, Erasmus meneruskan studinya
ke Universitas Paris (1485).
Dan ia hidup menjadi seorang humanisme yang sejati. Sebagai seorang tokoh
humanisme ia menginginkan pembaharuan gereja dengan cara lemah lembut, karena
ia tidak menyukai kekerasan dalam pembaharuan gereja. Erasmus juga disebut Bapa
aliran Kekristenan yang serba bebas. Aliran humanisme ini sudah muncul pada
abad yang ke-14, abad pertengahan menurut Erasmus ialah hanya abad kegelapan. Dalam Gereja
lama sinar injil masih bercahaya dengan lebih terang, pada waktu itu anggota
jemaat belum terikat berbagai-bagai takhyul dan pada segala upacara yang
menurut Gereja Abad pertengahan mendatangkan anugerah. Untuk mendukung
ajarannya,
Erasmus menerbitkan karya-karya Irenaeus, Origenes,
Ambrosius dan Augustinus. Akan tetapi, usaha yang utama yaitu menerbitkan
Perjanjian Baru dalam Bahasa Asli, yaitu bahasa Yunani (1516). Selama Abad
pertengahan kaum teolog pun menempuh ilmu Alkitab Perjanjian Lama berdasarkan (dalam bahasa latin).
Berkat usaha-usaha Erasmus,
orang dapat kembali ke sumber-sumber sendiri.[36]
B. Karya Karya
Erasmus menulis sebuah buku yang berjudul The Praise of Folly (pujian bagi Folly) yang
diselesaikannya di rumah sahabatnya, Thomas Moore. Dimana
ia berpendapat bahwa injil merupakan suatu ajaran yang indah tentang kebajikan
manusia, ajaran yang istimewa yaitu Khotbah Yesus dibukit. Dimana Yesus adalah
kegenapan yang sempurna dari segala perkara yang baik dan benar, yang belum ada
terdapat dalam agama-agama kafir.
Pada tahun 1524 Erasmus menyatakan perlawanan terbuka
terhadap Luther dengan menerbitkan tulisannya, Diatribe de Libero Arbitrio (Uraian tentang Kehendak Bebas). Erasmus
berpendapat bahwa sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap
memiliki kehendak yang bebas. Kehendak bebas ini tidak berhasil mencapai
keselamatan jikalau tidak ditolong dengan rahmat Allah. Luther membalas tulisan
Erasmus dengan tulisannya yang berjudul De
Servo Arbitrio (Kehendak yang Terikat). Luther berpendapat bahwa manusia
ketika jatuh ke dalam dosa tidak lagi memiliki kehendak yang bebas. Manusia
diumpamakan seekor kuda atau keledai. Jalannya kuda atau keledai ditentukan oleh
penunggangnya. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, penunggangnya adalah Iblis
daan Iblis menguasai manusia sehingga tidak ada lagi kehendak yang bebas.[37]
II.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat kami
simpulkan Bahwa para Teolog
Gereja Katolik roma memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda dan
pemikiran mereka tentang Teologi juga berbeda-beda. Karya-karya mereka sangat baik dan berpengaruh sampai
sekarang, seperti sakramen Baptisan, Konfirmasi (Peneguhan), dan Misa atau
Ekaristi. Adapun para Teolog pada zaman Abad
pertengahan, yaitu: Bonifatius, Anselmus
dari Canterbury, Petrus Abelardus, Bernhard dari Clairvaux, Thomas
Aquinas, Fransiskus dari Asisi, Innocentius III, William Occam, John Wyciliffe,
dan Desiderius Roterodamus Erasmus.
III.
Daftar Pustaka
Berkhof, H.
& I.H. Enklaar, Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012.
De Jonge, C., Pembimbing kedalam sejarah Gereja,
Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2017.
IraC, Semakin Dibabat semakin Merambat,
Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000.
J.L. Abineno,
Ch., Ibadah jemaat dalam Abad-Abad
Pertengahan, Jakarta: BPK GM, 1965.
Kennet Curtis,
A., dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Lane, Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani,
Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012.
Van Den End,
Th., Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013.
Wellem, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam
Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2003.
Wellem, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam
Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2009.
Sumber Lain
https://www.wikiwand.com/id/Petrus_Abelardus, Diakses pada Senin, 6
April 2020, Pukul 14.06 WIB.
[1]
A. Kennet Curtis, dkk, 100 Peristiwa
Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 41.
[2]
F.D Wellem,
Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam
Sejarah Gereja,
(Jakarta:
BPK-GM, 2003),
43.
[3]
A. Kennet Curtis, dkk, 100 Peristiwa
Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 41-43.
[4]
F.D Wellem,
Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam
Sejarah Gereja,
44.
[5]
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh
dalam Sejarah Gereja, 43.
[6] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam
Sejarah Gereja, 5-6.
[7] A.Kenneth
Curtis, dkk, 100 peristiwa penting dalam sejarah kristen, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2011),
53.
[8]
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh
tokoh dalam Sejarah Gereja, 5.
[9]
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh
tokoh dalam Sejarah Gereja, 5-6.
[10]
A.Kenneth Curtis,
dkk, 100
peristiwa penting dalam sejarah kristen, 53.
[11]
A.Kenneth Curtis,
dkk, 100
peristiwa penting dalam sejarah kristen, 6.
[12]
F.D Wellem,
Riwaya t Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam
Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 1-2.
[13]
https://www.wikiwand.com/id/Petrus_Abelardus,
Diakses pada Senin, 6 April 2020, Pukul 14.06 WIB.
[14] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
Sejarah Gereja,
(Jakarta:
BPK-GM,
2009), 37.
[15]
Tony Lane,
Runtut Pijar Sejarah Pemikiran
kristiani,
(Jakarta:
Gunung Mulia,
2012), 94-96.
[16] IraC, Semakin Dibabat semakin Merambat, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2000),
115.
[17] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
sejarah gereja,
(Jakarta:
BPK-GM,
2009), 13.
[18] Th.Van Den
End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung
Mulia,2013),
130.
[19] Th.Van Den
End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung
Mulia,2013),
132.
[20] H.Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung
Mulia, 1986), 105.
[21]
A.Kenneth Curtis,dkk,
100
peristiwa penting dalam sejarah kristen, 64.
[22] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran
Kristiani,
(Jakarta:
Gunung Mulia,2012),
104-105.
[23] Th.Van Den
End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung
Mulia,2013),
133.
[24]
F.D.Wellem, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 81-82.
[25]
F.D.Wellem, Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, 82.
[26] F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 239.
[27] J.L.Ch.
Abineno, Ibadah jemaat dalam Abad-Abad
Pertengahan,
(Jakarta: BPK-GM,
1965), 10.
[28] A.Kenneth
Curtis, dkk, 100
peristiwa penting dalam sejarah kristen, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2011), 62.
[29] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
sejarah gereja,
(Jakarta:
BPK-GM,
2009), 106.
[30]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh- tokoh Dalam Sejarah Gereja,148.
[31]
F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh- tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003), 191.
[32]
H. Berkhof, Sejarah
Gereja, (Jakarta:BPK Gunung
Mulia, 2012), 97.
[33] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran
Kristiani,
(Jakarta:
BPK Gunung
Mulia, 2012), 116.
[34]
Tony Lane,
Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani,
117.
[35]
https://www.wikiwand.com/id/John_Wycliffe,
Diakses pada Senin, 13 April 2020, Pukul 14.40 WIB.
[36] Th.Van Den
End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2013), 146.
[37]
F.D.Wellem,
Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam
Sejarah Gereja,
(Jakarta:
BPK-GM,
2009),
74-75.
Post a Comment