TEOLOG GEREJA KATOLIK ROMA PADA ABAD PERTENGAHAN


1.1.            Teolog GKR Pada Abad Pertengahan

1.1.1.      Bonifatius (680-755) 

Bonifatius dilahirkan dalam keluarga Kristen di Wessex pada tahun 680, nama aslinya ialah Winfred. Ia dilatih di Biara Benediktin dan ditahbiskan pada usia tiga puluh tahun. Ia dianugerahi keterampilan untuk belajar dan memimpin. Sebenarnya ada peluang baginya untuk berdiam di Inggris, untuk belajar dan mengajar dan mungkin juga memimpin sebuah biara, namun ia merasa sedih atas orang orang yang belum mengaku percaya kepada Kristus.

Pada tahun 716, Winfred berangkat ke frisia, tempat para misionaris inggris telah berupaya berpuluh puluh tahun lamanya. Raja Frisia, Radbod, menentang kekristenan. Tekanan di situ sangat kuat dan Winfred pun kembali ke Inggris. Inilah kegagalan misinya yang pertama. Ia pergi ke Roma pada tahun 718, dan di sana ia menerima tugas misionaris dari Paus. Ia ditugaskan untuk pergi lebih jauh, melewati Sungai Rhine, dan mendirikan gereja Roma di antara orang Jerman di sana.[1] Pada tahun 723 ia di panggil ke Roma dan ditahbiskan menjadi uskup missionaries tanpa diosis (episcopus regionarius) dan bersumpah untuk setia kepada paus[2]. Dan saat itulah nama Bonifacius diganti dengan nama barunya yaitu Bonifatius.[3]

Bonifacius adalah seorang yang semangat memberitakan  injil, ketika dia sedang menjalankan misinya bersama 50 orang pengikutnya berangkat ke Friesland mereka berkemah di lembah sungai Borne sambil menunggu atau menanti datangnya orang yang bertobat untuk menerima sakremen konfirmasi. Maka pada saat itu serombongan orang, namun bukan untuk menerima sakramen melainkan untuk membunuh Bonifacius. Tulang-tulang Bonifacius mula-mula di simpan di Utrecht, namun kemudian dibawah Mainz dan pada akhirnya disimpan Di Fulda.[4]

A.    Karya Karya Bonifatius

Bonifatius sangat terkenal ketika dia membuat tindakan yang sangat berani di Hesse. Ia ingin memperlihatkan bahwa Allah orang Kristen merupakan Allah yang memiliki kuasa yang mahatinggi. Bonifatius menjadi begitu terkenal karena tindakannya yang dilakukannya di Geismar Hesse, penduduk Hesse menyembah dewa kilat, yang bernama Thor. Dewa ini berdiam di sebuah pohon beringin besar dan disanalah penduduk Hesse membawa persembahannya. Pada suatu hari Bonifatius menebang pohon itu dihadapan orang banyak tindakannya tersebut banyak mengudang kemarahan kemarahan orang banyak. Pada saat Bonifatius menebangnya pohon itu, tiba tiba datang angin keras turun dari sorga dan menerjang pohon itu. Pohon itu patah menjadi 4 dengan panjang yang sama. Oleh karena itu, penduduk Hesse menjadi Kristen.

Dan karyanya yang kedua Bonifatius bekerja di kalangan penduduk Hesse dengan semangat dia berhasil. Ia mendirikan sebuah biara di Amanaburg. Dan pada Tahun 744 ia mengadakan konsili di Soissons yang dihadiri oleh 23 uskup dan pada tahun itu pula didirikanlah sebuah Biara di Fulda yang kemudian di beri nama Biara Fulda. Dan masa itu Biara itu terbesar di Jerman. [5]

1.1.1.      Aselmus dari Canterbury (1033-1109)

A.    Riwayat Hidup

Anselmus adalah seorang Teolog dan filsuf yang hidup pada Abad pertengahan. Ia adalah seorang yang sangat termuka diantara pemikir-pemikir skolastik. Anselmus dilahirkan pada tahun 1033 di Aosta, Italia. Ayahnya adalah Bangsawan di Italia yang bernama Gundulph dan ibunya  bernama Ermenberga. Anselmus memasuki biara Bec yang dipimpin oleh Lanfranc, seorang pemimpin biara yang memiliki kepribadian yang sangat menarik. Tahun 1060, Lanfranc diangkat menjadi uskup agung di Canterbury, Inggris dan Anselmus diangkat menjadi penggantinya di Bec. Lanfranc wafat pada tahun 1089. Belum ada kesepakatan tentang siapa yang akan menggantikan kedudukan Lafranc sehingga keuskupan agung Canterbury kosong selama tiga tahun. Tahun 1093 Anselmus menggantikan Lanfranc sebagai uskup agung Canterbury atas pemilihan Raja William. Anselmus menulis beberapa karya dalam bidang teologi maupun dalam bidang filsafat.[6]

Pemikiran Anselmus adalah teologi barat pertama pada abad pertengahan ia sebagai pendiri aliran Skolastisme. Anselmus memiliki ide yang dikenal dengan sebagai “Teori Pengorbanan” bagi penebusan. Sampai saat ini teori tersebut merupakan penjelasan teologi terkenal tentang karya penebusan kristus. Ia memiliki sumber-sumber Alkitabiah seperti: “Allah   mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka (2 Kor. 5:19). Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya. Dalam karyanya Proslogium Intellectum (Iman mencari Pengertian), Anselmus juga membuat pernyataan yang terkenal dengan “Saya Percaya Agar dapat mengerti”. Yang dimaksud dengan pernyataan itu adalah bahwa mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu, singkatnya ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai ada (Being) yang sempurna (Allah), oleh sebab itu Being tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.[7]

B.     Karya Karya Aselmus

Aselmus menulis beberapa karya yang penting baik dalam bidang teologi maupun dalam bidang filsafat. Karya teologinya yang terpenting adalah Monologion. Dalam bukunya ini Aselmus memberikan bukti-bukti tentang adanya Allah melalui tiga cara, sebagai berikut:

1.      Yang baik secara relatif mengandaikan adanya yang baik secara mutlak. Yang baik secara mutlak itu disebut Allah.

2.      Fakta bahwa semua hal berada dalam hal yang sama dan karena itu harus ada sesuatu penyebab mulai dari segala yang ada ini. Penyebab itu disebut Allah.

3.      Fakta adanya berbagai tingkat kesempurnaan. Hal ini mengandaikan adanya kesempurnaan yang mutlak yang disebut Allah.[8]

Karyanya yang lain adalah Cur Deus Homo (Mengapa Allah Menjadi Manusia). Disini Anselmus berusaha membuktikan perlunya Kristus harus diakui akal budi. Ia berpendapat bahwa Tuhan Allah sendiri turun dari sorga dan menjelma dalam anaknya Yesus Kristus supaya hukuman manusia ditanggung sendiri dan ia dapat membayar hutang dosa untuk menggantikan kita. Dengan jalan itu baik keadilan, rahmat maupun kasih Allah dipenuhi dan disempurnakan. Pandangan teologi Anselmus mempunyai pengaruh besar dalam teologi gereja pada abad pertengahan.[9] Anselmus memiliki ide yang dikenal dengan sebagai “Teori Pengorbanan” bagi penebusan. Sampai saat ini teori tersebut merupakan penjelasan teologi terkenal tentang karya penebusan kristus.[10]

Dan juga dia merumuskan bagaimana hubungan iman dengan pengetahuan sebagai berikut:  Credo ut inteligam (Aku Percaya untuk mengerti) atau Fides quarens intellectum (iman berusaha untuk mengerti). Orang harus mulai percaya akan pernyataan Tuhan Allah yang diajarkan oleh gereja dan sesudah itu baru berusaha menjelaskan kepercayaan itu sehingga diakui selaku kebenaran oleh akal manusia.[11]

1.1.2.      Abelardus (1079-1142)

A.    Riwayat Hidup

Petrus Abelardus adalah seorang filsuf dan teolog Abad Pertengahan. Ia seorang yang memiliki kepribadian yang menarik, kritis selalu serta selalu mencari perkara-perkara yang baru. Namun tak selamanya ia disanjung, dihormati dan dipuja. Ia kemudian dikecam dan dituduh sebagai penyesat. Ia mengalami ironinya sebuah kehidupan. Perjalanan kehidupannya yang ironis itu dituangkan dalam sebuah karyanya, yakni Historia Calamtatum (Sejarah Nasib Malang).

Petrus Abelardus dilahirkan di Palais atau le Pallet, dekat Nantes, Prancis pada tahun 1079, dalam sebuah keluarga bangsawan. Nama aslinya adalah Pierre de Palais. Mula-mula ia belajar kepada seorang filsuf Nominalis terkemuka pada saat itu, yaitu Roscellinus, di Loched dan kemudian kepada William dari Champeaux, seorang filsuf Realisme. Terakhir sekali ia belajar kepada Anselmus dari Laon.

Kemudian Abelardus diangkat menjadi pemimpin sekolah katedral di Paris dan sementara itu ia ditahbiskan menjadi sub-diakon. Di sekolah ini Abelardus mengajar filsafat dialektika dan teologi. Mahasiswanya datang dari berbagai Kota di Eropa. Tiba-tiba tragedi menimpa kehidupannya yang berawal dari hubungan percintaannya dengan Heloise.

Heloise adalah seorang gadis yang berumur 17 tahun, cantik dan cerdas. Fulbert, paman Heloise, meminta Abelardus untuk menjadi guru Heloise dan tinggal di rumahnya. Sang guru jatuh cinta pada muridnya. Hubungan percintaan mereka mengakibatkan hamilnya Heloise. Atas desakan keluarga Heloise, Abelardus menikahi Heloise dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi Nama Astralabius. Namun pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Pernikahan tersebut dianggap sebagai penghalang bagi karier Abelardus selaku filsuf dan teolog. Heloise kemudian menjadi bairawati di Argenteuil, sedangkan Abelardus memasuki biara St. Denis. Abelardus diizinkan membuka sekolah tempat ia mengajarkan filsafat dan teologinya.

Pada tahun 1121 Abelardus dituduh mengajarkan ajaran sesat tentang Trinitas. Ajarannya mengenai Trinitas dipandang sama dengan ajaran Sabellianisme. Abelardus mengajarkan bahwa Allah sebagai kuasa adalah Bapa; Allah sebagai hikmat adalah Allah dan Allah sebagai kasih adalah Roh Kudus.

Abelardus tinggal di Cluny sampai meninggal pada 21 April 1142. Jenazahnya dibawah ke “Parakletos” dan dikuburkan disa na.[12]

B.     Karya Karya Abelardus

·         Historia Calamitatum (Sejarah Nasib Malang).

·         Theologia Christiana (Teologi Kristen).

·         Introductio Ad Theologia (Pengantar kedalam Teologi)

·         Sic et Non (Ya dan Tidak).

·         Logica ingredientibus (Logika Untuk Pemula) diselesaikan sebelum tahun 1121.

·         Logica nostrorum petitioni sociorum (Logika sebagai tanggapan atas permintaan rekan-rekan kita) diselesaikan sebelum tahun 1124-1125.

·         Tractatus de intellectibus (Suatu risalah tentang pengertian) ditulis sebelum tahun 1128.

·         Dialogus inter philosophum, Judaeum, et Christianum (Dialog seorang filsuf dengan seorang Yahudi dan seorang Kristen) ditulis tahun 1136-1139.

·         Ethica atau Scito Te Ipsum (Etika atau Kenalilah Dirimu Sendiri) ditulis sebelum tahun 1140.[13]

 

1.1.3.      Bernhard dari Clairvaux (1090-1153)

A.    Riwayat Hidup

Bernhard lahir tahun 1090 di Fontaines (dekat Dijon) dari keluarga bangsawan. Sejak kecil ia telah bercita-cita untuk menjadi seorang biawaran. Pada tahun 1112, bersama tiga orang saudaranya serta 30 orang pemuda bangsawan lainnya, ia memasuki Biara Citaeux. Bernard dipilih menjadi pemimpin biara yang baru ini dan ia tokoh gereja yang termuka di Eropa pada Abad Pertengahan. [14] Dibawah kepemimpinan Bernhard, biara ini cepat berkembang dan menjadi induk dari kurang lebih 70 biara Cisterciens selama hidupnya, Bernhard masuk Citaux untuk menghindari kehidupan duniawi, tetapi kemudian ia menjadi salah satu pemimpin gereja yang paling banyak merantau dan yang amat aktif pada abad ke-12. Selama tahun 1130-an ia berjuang keras bagi Paus Innocentius II melawan paus tandingan, Anacletus. Akhirnya ia berhasil membantu Innocentius sampai ia menang. Sesudah itu ia terlibat dalam konflik dengan Abelardus dan membuatnya dikutuk pada konsili Sens pada tahun 1140. Pada rahun 1145 kewibawaannya bertambah lagi ketika seorang bekas biarawan Clairvaux, Bernard Paganelli, menjadi Paus Eugenius III. Dua tahun berikutnya, atas permintaan Eugenius, Bernhard berkhotbah keliling Eropa sambil mencari dukungan untuk Perang Salib Kedua. Perang tersebut dilancarkan tahun 1148, tetapi gagal total. Sungguh suatu pukulan bagi Bernhard. Namun reputasinya cukup baik untuk mengatasi pukulan seperti itu.

Bernhard disebut “Bapa Gereja yang terakhir”. Ia tokoh penting terakhir dari tradisi teologi monastik atau kebiaraan awal abad pertengahan. Ia seorang penulis yang hebat, sehingga digelari “mengalirkan madu” atau semanis madu. Bernhard sangat menghormati kepausan. Paus adalah “satu-satunya wakil kristus yang bukan saja mengepalai satu bangsa tetapi semua bangsa dan ia berkuasa penuh”. Bernhad meninggal di Clairvaux, 20 Agustus 1153.

B.     Karya Karyanya

Ia menulis serangkaian karya penting mengenai hidup kebiaraan. Mula-mula Bernhard menulis karya teologi yang bersifat akademis: De Gratia et libero Arbitrio (Anugerah dan kehendak Bebas). Ia mempertahankan pendapat bahwa pekerjaan-pekerjaan baik atau amal kita sekaligus semata-mata anugerah Allah (dengan demikian tidak ada tempat untuk bermegah) dan semata-mata hasil kehendak bebas kita, dalam arti bahwa kita yang mengerjakannya (sehingga layak untuk diberi ganjaran). Karya Spiritual Bernhard yang paling benar ialah 86 Sermones in Canticum Canticorum (86 Khotbah tentang Kidung Agung). Melalui Khotbah-khotbah itu Bernhard mengajar para biarawan asuhannya mengenai kehidupan rohani dan tentang langkah-langkah menuju penyatuan dengan Allah secara mistik. Ia juga menceritakan pengalamannya sendiri.[15]

1.1.4.      Thomas Aquinas (1225-1274)

A.    Riwayat Hidup

Thomas Aquinas adalah seorang teologi yang paling besar pengaruhnya pada Abad-abad pertengahan.[16] Thomas Aquinas lahir di Roccaseca, dekat Aquino Italia 1225. Ayahnya adalah pangeran landh uuf dari aquino. Orangtuanya adalah orang Khatolik yang saleh, karena itulah pada usia 5 tahun Thomas diserahkan di Biara Benecditus di Monthe Cassino untuk dibina agar kelak menjadi seorang Biarawan. Setelah 10 tahun Thomas berada di Monthe Cassino, kemudian ia dipindahkan ke Naples untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Ia mulai tertarik kepada pekerjaan kerasulan gereja dan ia berusaha untuk pindah ke ordo Dominikan, suatu Ordo yang sangat berperan pada abad itu. Sebagai anggota ordo dominikan, Thomas dikirim belajar ke universitas Paris, yaitu sebuah universitas yang sangat termuka saat itu. Ia belajar disana selama tiga tahun (1245-1248). Akan tetapi keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Reccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga orang tuanya menyerah pada keinginan anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota ordo dominikan.[17] Ia berhasil menampung azas-azas filsafat dalam sistem teologi yang menyeluruh. Pola pemikirannya dapat dilihat dari cara ia membahas hubungan antara Rahmat Allah dan kemampuan manusia untuk berbuat baik. Thomas yang menyusun sistem teologi Skolastik yang paling digemari dan yang ada dalam Gereja Khatolik Roma merupakan teologi teladan yang sampai pada abad ini. Untuk menampung ajaran-ajaran filsafat, ia menggunakan bagan, yakni Bagan Kodrati-adikodrati.[18] Contohnya, para filsuf mengaku keesaan Allah; hal itu merupakan pokok pengetahuan yang kodrati. Akan tetapi orang-orang Kristen mengaku Allah Tritunggal, itu merupakan pengetahuan yang adikodrati. Dengan menggunakan bagan ini, Thomas dan pengikut-pengikutnya dapat menampung hasil-hasil pemikiran filsafat Yunani-Romawi. Karena itu, teologinya bersifat ”Ilmiah” dan dapat memuaskan selera para cendikiawan zaman itu. Namun demikian, pengaruh filsafat atas teologi Thomas dapat dilihat dari pemikirannya mengenai Allah. Teologinya berbicara tentang Allah dengan cara filsafat Plato dan Aristoteles. Allah adalah yang tertinggi, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi; kita berada di tingkat yang lebih rendah, tetapi Allah mau mengangkat kita ketingkatnya sendiri (Plato). Sekaligus Allah adalah Dia yang menggerakkan segala sesuatu, tetapi yang sendiri tidak bergerak (Aristoteles). Oleh karena itu, Rahmat Allah semata-mata karena rahmat-Nya, mencurahkan anugerahNya ke atas manusia. Anugerah itu adalah kekuatan yang adikodrati, yang disalurkan kepada manusia melalui sakramen.[19] Dengan sakramen-sakramen maka hidup Rahmat dari atas itu dilahirkan oleh Gereja ke dalam hidup kodrati manusia. Dengan demikian tabiat manusia beroleh tambahan ilahi itu, yang dibutuhkannya untuk mengembangkan hidupnya di dunia dan supaya diselamatkan untuk selama-lamanya. Jadi berdasarkan theologinya, Thomas sangat setuju dengan pendirian Innocentius bahwa kaisar patut taat kepada Paus. Dan Theologia Thomas dijunjung tinggi oleh Gereja Roma dan ajaran Thomas telah disahkan sebagai theologia resmi dari Gereja Roma khatolik oleh paus Leo XIII (1879).[20] Meskipun ia telah menjadi seorang Teolog, guru dan pengkotbah terkemukakan Gereja, keberadaan Aquinas tetap sederhana. Tiga bulan menjelang kematiannya, pada Tahun 1274, ia mengemukakan bahwa penglihatan dari surge dengan jelas menunjukkan bahwa teologinya hanyalah “tumpukan jerami”.  Ia membuang tulisan tulisan teologis, dan Summa Theologica tidak pernah benar-benar diselesaikan.[21]

B.     Karya Karya            
Thomas memiliki karya Teologi yang terkenal, yaitu:

a.         Summa Contra Gentiles (Pegangan Melawan Orang Kafir) yang ditulis pada permulaan tahun 1260-an dalam empat jilid. Karya ini ditulis untuk orang-orang tak percaya, seperti orang Yahudi dan Islam. Karya ini menjelaskan pendekatan Thomas terhadap masalah kodrat/anugerah. Dalam jilid pertama sampai ketiga, argumentasinya berdasarkan akal/filsafat saja. Alkitab dan tradisi hanya dipakai untuk menguatkan kesimpulan yang dicapai melalui akal. Dengan dasar ini Thomas memastikan keberadaan Allah, apa sifat-sifatnya (seperti kasih, bijaksana dan mahakuasa) bahwa Ia menciptakan dunia, pemeliharan dan predestinasi.

b.        Summa Theologiae (Ikhtisar Teologi) ditulis dalam sepuluh tahun menjelang akhir kematiannya  dan  dimaksudkan sebagai buku pegangan untuk menggantikan karya Sententiarum dari Petrus Lombardus. Karya ini sangat padat, terdiri dari dua juta kata dan sekitar 20 kali lebih panjang dari buku ini. Tulisan ini ditujukan kepada kaum Khatolik daripada orang tak percaya. Isi buku ini menguraikan tentang Tuhan Allah sebagai Pencipta, tujuan Allah sebagai manusia, kembalinya manusia kepada Tuhan Allah dan tentang Kristus sebagai jalan manusia kembali kepada Tuhan Allah.[22] 

Dalam teologinya Thomas Aquinas juga mencetuskan ada beberapa mengenai tujuh sakramen-sakramen yang diperintahkan Kristus atau menyalurkan Anugerah Allah kepada orang-orang Kristen selama hidupnya. Ketujuh sakramen tersebut, yaitu:

1.         Baptisan, dianggap menghapuskan dosa turunan dan diperlukan secara mutlak untuk keselamatan.

2.        Konfirmasi (peneguhan), diberikan oleh uskup kepada anak-anak yang sudah mencapai umur sekitar 7 tahun.

3.        Pengakuan Dosa, yang diucapkan di hadapan imam

4.        Misa atau Ekaristi. Roti dan Anggur yang bagi-bagikan itu dianggap adalah benar-benar tubuh dan darah kristus (transubstansiasi = perubahan menjadi zat lain, yang ditetapkan menjadi dogma resmi pada tahun 1215).         

5.        Peminyakan, yang terjadi dengan minyak “Suci” atas orang-orang sakit yang akan meninggal.

6.        Nikah, yang dipandang sebagai sakramen juga, supaya hal yang “jasmani” itu diangkat ke tingkat”rohani”

7.        Penahbisan Imam. Dengan penahbisan itu, maka imam menjadi pengantara yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan Anugerah-Nya kepada manusia.

 Dari ketujuh sakramen itu lah yang diakui sebagai sakramen sejak abad ke 12 dan yang dalam Gereja Khatolik Roma dipertahankan sampai sekarang. Anggapan bahwa sakramen merupakan saluran anugerah yang utama menjadi tampak juga dalam tata kebaktian.[23]

1.1.5.       Fransiskus dari Asisi (1182-1226)

A.      Riwayat Hidup

Fransiskus dilahirkan pada tahun 1182.  Fransiskus dari Asisi adalah pendiri Ordo saudara-saudara Hina (Ordo Fransiskus, OFM). Ayahnya adalah seorang saudagar kain yang kaya di Asisi bernama Pietro Bernardone dan ibunya bernama Pica. Nama Fransiskus sebenarnya adalah Geovani, namun ia lebih dikenal dengan nama Fransiskus. Fransiskus adalah anak yang riang gembira, pada masa kecil sampai umur 20 dia masih membantu usaha perdagangannya ayahnya.  

Pada Tahun 1205 ia mengadakan perjalanan Jiarah ke Roma, ketika memasuki pintu gerbang gereja St. Petrus ia melihat seorang pengemis berdiri di gerbang tersebut, hatinya jatuh kasihan melihat pengemis tersebut lalu memberikan jubbah yang ia kenakan kepada pengemis tersebut, Fransiskus ingin merasakan sendiri bagaimana menjadi pengemis, sehingga ia menjadi pengemis selama satu hari dipintu gerbang Gereja St. Petrus. Pada kesempatan lain, ia bertemu seorang yang berpenyakit kusta dan terdorong oleh rasa kasihannya, Fransiskus memeluk orang itu.

Pada tahun 1206 Fransiskus berdoa dalam gereja St Damian di Asisi. Ia mendengar suara dari lukisan Kristus yang berkata supaya ia memperbaiki gedung gereja yang hampir runtuh. Kemudian ia menjual kain ayahnya guna mendapat uang untuk memperbaiki gedung gereja. Fransiskus juga membagi-bagikan uang ayahnya kepada orang-orang miskin sehingga ayahnya marah akibat tindakannya tersebut. Hak waris fransiskus dicabut ayahnya, dibawah perlindungan Uskup setempat kini Fransiskus hidup sebagai Biarawan dekat St. damian.

 Pada tahun 1209 ia membantu melayankan misa dalam gereja di Portiniucola dekat Asisi, Fransiskus mendengar firman Tuhan (Matius 10:7-19) ia menganggap bahwa kata kata itu adalah nasihat pribadi kepadanya. Fransiskus mengajarkan tentang kemiskinan, pertobatan, kasih persatuan dan perdamaian serta ia meninggalkan kekayaannya. pada tanggal 3 Oktober 1226, Fransiskus meninggal di umur yang  sangat lanjut dibawah kaki Altar Kapel Porticula. Dua tahun kemudian dia diangkat menjadi orang kudus oleh sahabatnya Ugolino yang menjadi Paus Gregoriosu IX. Kata kata terakhirnya ialah, “saya telah menunaikan tugas saya, semoga Kristus sekarang mengajar Saudara tugas-tugas Saudara.[24]

B.  Karya Karya

 Pada tahun 1210 Fransiskus pergi ke Roma untuk memperoleh persetujuan paus Innncentius III. Paus menyetujuinya dan nama ordonya adalah OFM. Anggota anggota Ordo Fransikan mengelilingi seluruh Italia setahun sekali mengadakan pertemuan di Portiuncula. Biaranya terus berkembang. Pada tahun 1212 seorang wanita bangsawan yang kaya di Asisi menyerahkan seluruh hartanya kepada Francicus. wanita itu bernama Clare. Dengan bantuan tersebut, dibangunlah serikat untuk kaum wanita berpusat di Gereja St. Damian.[25]

1.1.6.      Innocentius III (1198 -1216)

A.    Riwayat Hidup

Dia lahir Pada tahun 22 Februari 1161 di Italia, Innocentius III adalah seorang paus pada abad pertengahan yang berhasil melepaskan gereja dari kekuasaan dan pengawasan pemerintahan duniawi (negara). Nama aslinya adalah Lotario dei Conti di segni. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan di italia.

Innocentius III belajar teologi Skolastik di Universitas Paris dibawah bimbingan Petrus dari Corbeil. Kemudian ia belajar ilmu hukum dan hukum kanon pada universitas Bologna dibawah bimbingan Uguccio dari Ferrara. Setelah selesai pendidikannya di Bologna, ia kembali ke Roma  dan  segera menempati kedudukan yang penting dalam kepausan di  Roma. Pada tahun 1198 Paus Celestinus IV meninggal dunia dan Lotario terpilih menjadi paus. Sepanjang hidupnya ia berjuang untuk mempersatukan Eropa dibawah kekuasaan seorang raja dan satu hukum moral kristen. Ia menyebut dirinya sebagai “Wakil Kristus”. Menyatakan bahwa ia adalah duta Kristus dibumi, ia berkata bahwa Paus adalah perantara antara Allah dan manusia, dibawah Allah tetapi diatas manusia. Kristus bukan saja  menyerahkan kekuasaan atas gereja kepada petrus, melainkan juga kekuasan atas seluruh dunia. Raja-raja adalah wali Paus yang diangkat oleh Paus untuk mengurus perkara-perkara duniawi. Oleh karena itu, Raja-raja harus taat kepada Paus. Raja dapat memerintah dengan benar bila raja melayani Gereja. Innocentius III memakai gambaran matahari dan bulan. Matahari memerintah siang dan bulan (yang lebih kecil) memerintah malam. Begitu juga dalam Gereja, Allah mengadakan dua pangkat besar, yaitu yang paling besar untuk memerintah jiwa dan yang kurang besar untuk memerintahkan tubuh. Pangkat-pangkat itu adalah kekuasaan Paus dan kekuasaan Raja. Sebagaimana bulan memperoleh terang dari matahari, maka begitu pula pemerintah Raja memperoleh kemuliaan pengangkatnya dari kekuasaan Paus.[26]

Dalam Konsili IV di Lateran (1215) yang berlangsung dibawah pimpinan Innocentius III telah disahkan menjadi dogma gereja.[27] Gereja memandang pengambilan komuni sebagai bagian penting untuk mendapatkan keselamatan; penyangkalan, seperti halnya dengan pengucilan, berbahaya bagi jiwa. Dengan kesempatan berhubungan langsung dengan tubuh dan darah Kristus, para imam memegang peranan penting dalam otoritas gereja. Pengucilan berkekuatan besar karena hal itu menyangkal hubungan seseorang dengan Kristus. Konsili itu juga menyerukan agar orang Yahudi diharuskan mengenakan identitas khusus. Orang-orang kristen dilarang mengadakan transaksi dagang dengan mereka, lambat laun hal ini mewujudkan perkampungan Yahudi tersendiri. Innocentus III meninggal dunia tahun 16 juli 1216.[28]

B.     Karya Karya

Puncak karya kepausannya adalah pemanggilan Konsili Lateran IV pada tahun 1215, yang menyatakan Perang Salib terhadap golongan Albingensis. Ia juga menyatakan Perang Salib IV (1204) unruk merebut kembali tanah Suci.  Pada konsili Lateran IV Gereja menyerap banyak ide-ide Innocentius. Dalam sidang yang selama tiga hari ini menghasilkan ratusan Dekrit, karena Innocentius merasa peduli bahwa setiap orang kristen yang telah dibaptis harus menampilkan citra kekristenan, sidang tersebut mewajibkan setiap orang mengaku dosa kepada seorang Pastor dan mengambil komuni setiap tahun. Melalui Konsili Lateran IV ini  doktrin “Transubstansiasi (Doktrin bahwa substansi roti dan anggur berubah menjadi substansi tubuh dan darah kristus).[29]

1.1.7.      Wiliam Occam (1280-1349)

A.    Riwayat Hidup

William Occam merupakan seorang teolog yang terakhir dari Teologi skolastik. Ia dilahirkan di Occam, Surrey, Inggris pada tahun 1280. Masa kecilnya kurang diketahui. Pada masa mudahnya ia menjadi anggota Ordo Fransiskan. Ia ditahbiskan menjadi subdiaken pada tahun 1306. Kemudian selama enam tahun (1309-1315) Occam belajar di Universitas Oxford, mungkin belajar di bawah Duns Scotus serta memperoleh kesarjanaanya di universitas Paris (1315-1320).   

Komentar Occam atas buku Sentences tersebut menimbulkan kegaduhan. Ia dituduh memiliki 56 buah rumusan yang sesat. Ia diadukan kepada Paus di Avignon sehingga ia dipanggil ke Avignon pada tahun 1324. Paus Yohanes XXII membentuk suatu komisi yang terdiri dari enam teolog unuk menyelidiki kesesatan Occam. Penyelidikan diadakan selama tiga tahun, namun idak ada suatu keputusan yang membuktikan bahwa pandangannya sesat.

 Ia menyerang kehidupan Paus yang mewah. Ia berpendapat bahwa raja (kaisar) secara langsung menerima kekuasaan dari Allah sehingga tidak diperlukan pengukuhan oleh Paus. Gereja adalah sebuah lembaga imamat, penyelenggara sakramen dan menunjukkan kepada manusia jalan keselamatan, tetapi tidak memiliki kekuasaan sipil. Paus dan konsili bisa salah dan hanya Alkitab yang tidak mungkin salah. Kepausan bukanlah suatu lembaga yang dibutuhkan.

            Pada tahun 1347 pangeran Luis meninggal dunia. Pada akhirya, Occam mencari perdamaian dengan Paus. Paus mengampuninya, namn pengampunan tersebut baru keluar setelah Occam meninggal pada tahun 1349.

B.     Karya karya

Karena kecakapannya, ia dipercayakan untuk memberi kuliah tentang Kitab Suci (1315-1317) dan kuliah dogmatik dari Sentences, karangan Petrus Lombardus (1317-1319). Tahun-tahun selanjutnya ia menulis tentang logika sehingga ia juga dikenal sebagai ahli logika serta menulis sebuah komentar atas Sentences.

            Occam menghasilkan tulisan-tulisan yang menyerang paus dengan pedas sekali. Ia menyerang kehidupan paus yang mewah. Ia berpendapat bahwa raja (kaisar) secara langsung menerima kekuasaan dari Allah sehingga tidak diperlukan pengukuhan oleh paus. Gereja adalah sebuah lembaga imamat, penyelenggara sakramen dan menunjukkan kepada manusia jalan keselamatan, tetapi tidak memiliki kekuatan sipil.

            Ia juga mengajarkan bahwa akal manusia tidak dapat mengerti pernyataan Allah karena akal tidak dapat memasuki dunia. Manusia hanya dapat meggantungkan kepercayaannya kepada kehendak Allah. Semboyan Occam adalah Aku percaya sebab mustahil.[30]

 

 

 

 

1.1.8.      Jhon Wycliffe

A.    Riwayat Hidup

Jhon Wycliffe hidup di Inggris pada abad ke–14. Disamping itu, ia dikenal sebagai orang filsuf. Wycliffe dilahirkan di Yorkshire pada tahun 1325 dan belajar pada Universitas Oxford. Ia memperoleh gelar Doktor Teologi pada tahun 1372. Meskipun menduduki beberapa posisi penting dalam Gereja, namun dimuka umum ia belum dikenal hingga tahun 1374.[31] Pada tahun 1379 Wycliffe memulai kegiatan- kegiatan keluar. Ia mengutus para sarjana dan orang-orang awam untuk berkhotbah dan membaca Alkitab kepada umat. Ia pun memulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris untuk memenuhi kebutuhan kegiatannya. Dan pandangan Gereja yang realistis tentang perjamuan kudus dilawannya dengan keras ajaran transsubtansiasi dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala.[32] Perlawanannya dengan Paus sebenarnya dimulai dengan pembelaan terhadap harta milik gereja di Inggris. Paus menuntut bahwa hak milik Gereja di Inggris adalah milik Paus, namun Wycliffe menolak tuntutan seperti itu. Ia berpendapat bahwa harta milik gereja di Inggris adalah milik negara. Persoalan pemilikan harta milik gereja itu mendorong Wycliffe untuk menyelidiki dasar pemilikan dalam Alkitab. Ia menarik kesimpulan bahwa sebaiknya Gereja jangan mempunyai harta milik duniawi. Gereja harus menjadi miskin dan sederhana sebagaimana Gereja pada masa Perjanjian Baru, pada waktu itu Gereja sangat kaya dan memiliki kurang lebih sepertiga dari seluruh tanah di Inggris.[33] Wycliffe memberikan tekanan utama kepada Alkitab. Ia menyelidiki Alkitab secara teliti sehingga ia menemukan bahwa sakramen konfirmasi tidak terdapat di dalam Alkitab. Ia pun menolak pemujaan kepada orang kudus, relikwi dan gambar didalam itu gereja. Dan akhirnya Wycliffe bersama pengikutnya ditindas di Inggris dan akhirnya pada tahun 1384 Wycliffe meninggal di Lutterworth karena peradangan otak.

A.    Karya Karya

Pada tahun 1378 ia menulis De Veritate Sacrae Scripturae (Kebenaran Kitab Suci), yang di dalamnya ia menggambarkan Alkitab sebagai norma yang paling akhir dan tuntas. Norma itu yang harus dipakai untuk mengunjungi gereja, tradisi, konsili, bahkan paus sendiri.

Pada tahun 1379 karya yang berjudul De Potentate Papae (kekuasaan Paus), ia menunjukkan bahwa kepausan adalah jabatan yang dilembagakan oleh manusia, bukan oleh Allah.[34]

Setelah dikeluarkan dari Universitas Oxford, dia menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke bahasa Inggris. Meskipun dia dikucilkan oleh yang berwenang, pengikut-pengikutnya yang dikenal dengan Lollards, menyebarkan Injil kepada masyarakat Inggris dalam bahasa setempat. Waktu dia dihadapkan dengan otoritas agama, dia berkata: “Kamu melawan kebenaran yang lebih besar daripada kamu semua di sini.”[35]

1.1.9.      Desiderius Roterodamus Erasmus (1466-1536)

A.    Riwayat Hidup

Erasmus merupakan Tokoh kaum humanisme yang ingin mengatasi Abad pertengahan itu kembali ke ajaran Gereja lama. Erasmus berasal dari Negeri Belanda, Eramus dilahirkan 27 Oktober 1466. Ia adalah anak diluar pernikahan antara Gerard dan Margaret. Setelah ibunya meninggal, pada tahun 1486 Erasmus dimasukkan ke dalam Biara Augustinus oleh walinya tanpa kehendak Erasmus sendiri. Ia tinggal dalam biara selama 5 tahun (1486-1491). Selama didalam biara ia menulis sejumlah puisi dan karangan prosa lainnya. Didalam tulisan-tulisannya tersebut berisi kritik keburukan-keburukan gereja dan keburukan hidup para biarawan. Kemudian Erasmus keluar dari biara pada tahun 1492 dan ia ditahbiskan menjadi imam oleh uskup Camberay dan jabatan yang diterima Erasmus merupakan jabatan yang tidak ia sukai, walaupun ia tetap menjadi imam seumur hidupnya dan tidak menikah. Ia menyerahkan dirinya kepada model kehidupan seorang humanisme. Atas bantuan uskup Camberay, Erasmus meneruskan studinya ke Universitas Paris (1485). Dan ia hidup menjadi seorang humanisme yang sejati. Sebagai seorang tokoh humanisme ia menginginkan pembaharuan gereja dengan cara lemah lembut, karena ia tidak menyukai kekerasan dalam pembaharuan gereja. Erasmus juga disebut Bapa aliran Kekristenan yang serba bebas. Aliran humanisme ini sudah muncul pada abad yang ke-14, abad pertengahan menurut Erasmus ialah hanya abad kegelapan. Dalam Gereja lama sinar injil masih bercahaya dengan lebih terang, pada waktu itu anggota jemaat belum terikat berbagai-bagai takhyul dan pada segala upacara yang menurut Gereja Abad pertengahan mendatangkan anugerah. Untuk mendukung ajarannya, Erasmus  menerbitkan karya-karya Irenaeus, Origenes, Ambrosius dan Augustinus. Akan tetapi, usaha yang utama yaitu menerbitkan Perjanjian Baru dalam Bahasa Asli, yaitu bahasa Yunani (1516). Selama Abad pertengahan kaum teolog pun menempuh ilmu Alkitab Perjanjian Lama berdasarkan (dalam bahasa latin). Berkat usaha-usaha Erasmus, orang dapat kembali ke sumber-sumber sendiri.[36]

B.     Karya Karya

Erasmus menulis sebuah buku yang berjudul The Praise of Folly (pujian bagi Folly) yang diselesaikannya di rumah sahabatnya, Thomas Moore. Dimana ia berpendapat bahwa injil merupakan suatu ajaran yang indah tentang kebajikan manusia, ajaran yang istimewa yaitu Khotbah Yesus dibukit. Dimana Yesus adalah kegenapan yang sempurna dari segala perkara yang baik dan benar, yang belum ada terdapat dalam agama-agama kafir.

Pada tahun 1524 Erasmus menyatakan perlawanan terbuka terhadap Luther dengan menerbitkan tulisannya, Diatribe de Libero Arbitrio (Uraian tentang Kehendak Bebas). Erasmus berpendapat bahwa sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak yang bebas. Kehendak bebas ini tidak berhasil mencapai keselamatan jikalau tidak ditolong dengan rahmat Allah. Luther membalas tulisan Erasmus dengan tulisannya yang berjudul De Servo Arbitrio (Kehendak yang Terikat). Luther berpendapat bahwa manusia ketika jatuh ke dalam dosa tidak lagi memiliki kehendak yang bebas. Manusia diumpamakan seekor kuda atau keledai. Jalannya kuda atau keledai ditentukan oleh penunggangnya. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, penunggangnya adalah Iblis daan Iblis menguasai manusia sehingga tidak ada lagi kehendak yang bebas.[37]

II.                Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan Bahwa para Teolog Gereja Katolik roma memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda dan pemikiran mereka tentang Teologi juga berbeda-beda. Karya-karya mereka sangat baik dan berpengaruh sampai sekarang, seperti sakramen Baptisan, Konfirmasi (Peneguhan), dan Misa atau Ekaristi. Adapun para Teolog pada zaman Abad pertengahan, yaitu: Bonifatius, Anselmus dari Canterbury, Petrus Abelardus, Bernhard dari Clairvaux, Thomas Aquinas, Fransiskus dari Asisi, Innocentius III, William Occam, John Wyciliffe, dan Desiderius Roterodamus Erasmus.

 

III.             Daftar Pustaka

Berkhof, H. & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

De Jonge, C., Pembimbing kedalam sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.

IraC, Semakin Dibabat semakin Merambat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

J.L. Abineno, Ch., Ibadah jemaat dalam Abad-Abad Pertengahan, Jakarta: BPK GM, 1965.

Kennet Curtis, A., dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Lane, Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Van Den End, Th., Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.

Wellem, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta:

BPK-GM, 2003.

Wellem, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta:

BPK-GM, 2009.

 

Sumber Lain      
https://www.wikiwand.com/id/Petrus_Abelardus, Diakses pada Senin, 6 April 2020, Pukul 14.06 WIB.



[1] A. Kennet Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 41.

[2] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 43.

[3] A. Kennet Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 41-43.

[4] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, 44.

[5] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, 43.

[6] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, 5-6.

[7] A.Kenneth Curtis, dkk, 100 peristiwa penting dalam sejarah kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 53.

[8] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, 5.

[9] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, 5-6.

[10] A.Kenneth Curtis, dkk, 100  peristiwa penting dalam sejarah kristen, 53.

[11] A.Kenneth Curtis, dkk, 100  peristiwa penting dalam sejarah kristen, 6.

[12] F.D Wellem, Riwaya t Hidup Singkat Tokoh tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 1-2.

[13] https://www.wikiwand.com/id/Petrus_Abelardus, Diakses pada Senin, 6 April 2020, Pukul 14.06 WIB.

[14] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 37.

[15] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran kristiani, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 94-96.

[16] IraC, Semakin Dibabat semakin Merambat, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), 115.

[17] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 13.

[18] Th.Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia,2013), 130.

[19] Th.Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia,2013), 132.

[20] H.Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1986), 105.

[21] A.Kenneth Curtis,dkk, 100  peristiwa penting dalam sejarah kristen, 64.

[22] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: Gunung Mulia,2012), 104-105.

[23] Th.Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia,2013), 133.

[24] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 81-82.

[25] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, 82.

[26] F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 239

[27] J.L.Ch. Abineno, Ibadah jemaat dalam Abad-Abad Pertengahan, (Jakarta: BPK-GM, 1965), 10.

[28] A.Kenneth Curtis, dkk, 100  peristiwa penting dalam sejarah kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 62.

[29] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 106.

[30] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh- tokoh Dalam Sejarah Gereja,148.

[31] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh- tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 191.

[32] H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2012), 97.

[33] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 116.

[34] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran  Kristiani, 117.

[35] https://www.wikiwand.com/id/John_Wycliffe, Diakses pada Senin, 13 April 2020, Pukul 14.40 WIB.

 

[36] Th.Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 146.

[37] F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2009),

74-75.

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca selengkapnya disini ya