Tak
Sempurna
Bacaan: I Tesalonika 5:16-18Mengucap syukurlah dalam
segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah ... - I Tesalonika 5:18
Kata orang, saya ini cukup perfeksionis. Mungkin ada
benarnya juga, sebab saya selalu
mengusahakan agar segala sesuatunya berjalan dengan sempurna. Namun meski saya berjuang keras untuk mengusahakan apa
yang sedang saya kerjakan menjadi
sempurna, tapi kenyataannya tak seperti itu. Bagi Anda yang sudah
berlangganan Renungan Harian Spirit
sejak awal, yaitu edisi April 2005, tentu Anda akan menemukan beberapa kesalahan yang cukup menganggu,
misalnya kekeliruan penanggalan, atau
tulisan yang salah ketik, dsb. Saya sudah mengusahakan agar tak ada
kekeliruan sedikitpun juga, tapi
kembali saya harus menghadapi kenyataan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Anda masih ingat
dengan aksi Roberto Bagio (pemain sepak bola terbaik tahun 1994) yang menendang bola terlalu
melenceng dari titik penalti, sehingga membuat tim Italia gagal menjadi juara dalam piala
dunia? Penonton yang melihat menjadi
kecewa atau bahkan marah besar karena tak seharusnya pemain sekaliber
Roberto Bagio gagal mengeksekusi
tendangan penalti. Namun itulah hidup, tak ada yang sempurna. Tak ada yang sempurna. Jadi,
berdamailah dengan ketidaksempurnaan yang sedang kita alami. Berdamailah dengan kondisi
fisik kita yang tidak sempurna. Jangan
pusingkan rambut kita yang terlalu keriting, postur tubuh kita yang
terlalu pendek, atau wajah kita yang
biasa-biasa saja. Berdamailah dengan kesalahan kecil yang tak pernah kita perhitungkan
sebelumnya. Berdamailah dengan suasana
hati seandainya mobil kesayangan kita tergores panjang. Atau tak perlu
terus-terusan menyalahkan diri
sendiri, orang lain, dan keadaan buruk yang sedang kita alami. Berdamai dengan
ketidaksempurnaan bukan berarti kita hidup dengan asal-asalan atau tidak perlu berusaha dengan
sebaik-baiknya. Kita tetap harus mengusahakan
segala sesuatu menjadi sebaik dan sesempurna mungkin, namun seandainya
itu tidak menjadi seperti yang kita
harapkan, kita tidak perlu kehilangan kebahagiaan oleh karena merasa tak sempurna. Kita bukan
mahkluk yang sempurna dan anti kesalahan,
jadi mengapa harus menjadi frustasi dan kehilangan kebahagiaan ketika
segala sesuatu tidak berjalan dengan
sempurna? Kita tetap bisa menjadi yang terbaik, meski tidak sempurna. Ini hanya masalah
cara pandang saja. Maafkan diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Maafkan
orang lain ketika ia tidak seperti
yang kita harapkan.
Post a Comment