1.1.Sejarah munculnya Dua Aspek
Kristus
Dalam abad 18, khususnya di Jerman, para ahli Kitab berpendapat
dapat menulis suatu ‘Riwayat Hidup Yesus’ yang sesuai dengan kenyataan
Historis. Orang dapat mendasarkan Riwayat hidup Yesus semacam itu pada Injil
kedua, yakni Markus. Maka Yesus Historis ditemukan dengan dibersihkan dari
segala macam tempelan dogmatis Kristen. Tetapi pada akhir abad 18 dan terutama
dalam pertengahan pertama abad 20 semuanya terbalik. Mulai dengan M. Kaehler
(1892) berkembanglah suatu tendensi yang mencapai pucaknya dengan diri R.
Bultmann. Tahun 1926 Bultmann berkata: sebab memanglah saya berpendapat bahwa
kita hampir saja tidak dapat mengetahui apa-apa tentang hidup dan kepribadian
Yesus. Bultmann sesungguhnya mempertahankan bahwa Yesus seorang tokoh Historis
yang membawa suatu kabar, yang menjadi titik tolak pemberitaan Injil. Kalau
tidak demikian, maka tidak berubah apa-apa dalam apa yang dikatakan oleh
tradisi. Maka hidup Yesus bagi Bultmann serta pengikut-pengikutnya tidak
penting sama sekali bagi kepercayaan Kristen yang untunglah tidak bergantung
pada hasil atau kegagalan ilmu sejarah. Yang penting hanya Kristus yang
diberitakan. Tetapi selalu ada sejumlah orang yang merasa dan yakin bahwa Yesus
haruslah seorang toloh historis dan penyelidikan tentang Yesus historis itu
penting bagi iman Kristen. Terutama ahli-ahli Inggris tetap konservatif.[1]
Informasi tentang Yesus dalam Perjanjian Baru memang
beragam. Sehingga kristologi kekristenan di kemudian hari banyak bergantung
pada Paulus. Penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus sejak awal telah
menjadi salah satu pergumulan Paulus bersama dengan orang-orang Kristen
mula-mula. Hidup Yesus dalam injil-injil ditafsirkan dengan menggambarkan karya
dan pewartaan-Nya. Para penulis tentang Yesus dan kitab-kitab yang telah
dikanonkan tidak ada satupun yang bercerita tentang Yesus sejarah atau
bermaksud menyusun biografi. Para ahli Perjanjian Baru, pada awalnya
mempertentangkan Yesus Sejarah dengan Kristus kepercayaan. Perkembangan
kemudian disadari untuk memperoleh gambaran tentang Yesus sejarah adalah upaya
dari refleksi teologi yang ingin mengenal Yesus dengan baik. Dengan demikian
fakta yang dicari adalah tentang Yesus sebelum Paskah atau Yesus didunia. Yesus
sesudah Paskah masih dapat didekati dari segi sejarah dengan menggunakan
pengalaman orang-orang Kristen awal. Paulus menyatakan Identitas antara Kristus
kepercayaan dan Yesus sejarah. Artinya pewartaan Yesus yang diberikan Paulus
bukan semata-mata ciptaan berdasarkan imannya saja, melainkan bertolak dari
pengakuan iman terhadap Yesus, yang bisa diselidiki oleh ilmu sejarah. Bahkan
Yesus yang terdapat dalam surat-surat nya bukan buah ciptaan Paulus. Paulus
memberitakan hal yang sama tentang Yesus yang diakui oleh orang-orang Kristen
awal sebagai Kristus, Tuhan, dan Anak Allah. Dengan demikian pewartaan Paulus
berhubungan dengan sejarah gereja awal terhadap Yesus. Hal ini tampak dalam
Roma 1:3-4, pengaruh kekristenan awal terhadap Kristologi telah ada. Paulus
menjelaskan kepada jemaat di Roma mengenai isi Injil yang telah dipercayakan
kepadanya oleh Allah. Melalui Kristus Yesus, Allah memanggilnya menjadi rasul
dengan tugas memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa (Rm 1:1,5). Paulus
bermaksud menekankan bahwa Yesus adalah keturunan Daud. Paulus meyakinkan
pendengarnya bahwa Injil yang diberitakannya adalah menggenapi janji-janji
Allah dalam Perjanjian Lama melewati para nabi.[2]
1.2. Yesus Historis
Yesus memulai kehidupanNya lewat proses kelahiran.
Mengenai ini rasul Paulus memberi kesaksian yang jelas dan gamblang, “Tetapi
setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang
perempuan...” (Galatia 4:4a). Tentang seluk-beluk historis dari kelahiran Yesus
itu para sudah pelayan Yesus
ditafsir ulang dalam terang kebangkitanNya, melalui penggunaan bahasa simbolis
mengemukakan bahwa Yesus adalah Tuhan sejak pembuahanNya dalam rahim Ibu Maria.
Namun, Ia juga sekaligus selaku manusia yang benar-benar manusia, mengalami
semua bahaya yang mengancam kehidupan bayi-bayi pada zaman itu.[3]
Kalau kita pindah dari kisah-kisah kelahiran di dalam
kanon Alkitab ke dalam kisah-kisah yang berupaya mengisi masa-masa kehidupan
Yesus yang tidak diceritakan Alkitab, maka penilaian yang sama bahwa
kisah-kisah itu tidak historis.[4]
Yesus sejarah itu yaitu apa yang telah
Ia katakan, apa yang telah ia perbuat, bagaimana Ia telah hidup, bagaimana Ia
telah mati, diperlihatkan sebagai dasar pokok dari setiap kristologi apa pun
yang dapat diterima dan dipertahankan.[5]
·
Yesus
Manusia yang Benar
Dalam
diri Yesus itu Allah menjadi manusia dalam arti sepenuh-penuhnya, inkarnasiNya
bukan dibuat-buat. Dalam diri Yesus terdapat tabiat, baik yang ilahi maupun
yang sungguh-sungguh insani. Itu jugalah sebabnya gereja selalu bersaksi bahwa
di dalam Yesus dinyatakan manusia yang sejati. Maka dari itu Ia dapat menjadi kepala
manusia, maka Ia dapat mendatangkan keselamatan. Barang siapa menyangkal kodrat
Allah di dalam Tuhan Yesus, tidak dapat berharap akan pembebasan dari hukuman
Tuhan, dan kehinlangan pengharapan ini.[6]
·
Bekerja
Dengan Tangan
Sejak permulaan manusia di bumi, ia selalu terlibat dalam
pekerjaan. Fakta itu diberikan arti teologis oleh penulis Kejadian 2:15, yaitu
bahwa pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kesetiaan kepada
Tuhan. kediamanNya bukan di istanah mewah, melainkan dalam rumah sederhana sambil
bekerja sebagai tukang kayu (Mrk 6:3).
·
Alami
Kematian
Yesus adalah seorang manusia yang mengalami kematian sama
seperti semua kita. PenderitaanNya itu
sungguh-sungguh (Mat 27:46). Demikian pula kematianNya. ‘Ya Bapa, ke dalam
tanganMu Kuserahkan nyawaKu’ (Luk 23:46), lalu mayatnya dibaringkan didalam
kubur.[7]
1.2.1.
Seluk Beluk Kajian Yesus Sejarah
Kekristenan selama ini telah dengan berat sebelah
menekankan bahwa Yesus itu Allah seratus persen, padahal pada sisi lainnya
Kitab Suci Kristen dan ajaran Kristen Ortodoks juga dengan sangat kuat
menegaskan behwa Yesus itu seorang manusia juga. Kekristenan Ortodoks juga
menegaskan bahwa Yesus itu Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya. Dalam injil
Yohanes 1:1, memang ditegaskan bahwa Yesus itu adalah sang Firman (ho logos) yang adikodrati yang telah ada ‘pada mulanya’ dan telah ada
‘bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah’. Dalam Yohanes 1:14, dikatakan
juga bahwa ‘sang Firman itu telah menjadi daging (maksudnya menjadi manusia)
dan diam diantara kita’. Dalam Perjanjian Baru ditegaskan bahwa sang Firman
yang telah ada ‘pada mulanya’ itu telah tampil dalam tubuh, masuk kedalam
sejarah dunia ini sehingga Dia dapat ‘dilihat dan disaksikan dengan mata, dapat
didengar, dan dapat diraba dengan tangan’ (1 Yohanes 1:1-4). Jika orang menolak
realitas kedagingan Yesus dalam sejarah dunia ini, orang itu disebut sebagai
anti-Kristus dan penyesat (1 Yohanes 4:2-3, 2 Yohanes 7).[8]
1.3.Masalah Yesus Yang Historis
Dalam hal ini dibahas tentang karangan historis-teologis,
yang dimana hal yang dibahas bukanlah merekonstruksikan ‘Riwayat Hidup Yesus’
(yang tidak mungkin dapat ditulis), atau memulihkan pemberitaan dan karya Yesus
dalam konteks historisnya sendiri. Pembahasan ini menyelidiki bagaimana jemaat
Kristen dan para penginjil mengartikan dan menginterpretasikan pemberitaan dan
karya Yesus. Tradisi Kristen mengartikan dan menginterpretasikan sesuatu dan
sesuatu itu bukannya sebuah realitas surgawi ataupun bahkan mitologis belaka,
tetapi suatu kenyataan historis, yaitu Yesus dari Nazaret, pemberitaan dan
karyaNya.[9]
Bila kita hendak memahami kemanusiaan Kristus dengan
sungguh-sungguh, itu berkaitan dengan suatu topik, yaitu tentang Yesus yang
historis. Pada periode pettama abad ke-19 teologi secara optimis bertitik tolak
dari keyakinan bahwa melalui metode historis kritis kita dapat menyaring suatu
inti historis dari tulisan-tulisan Alkitab. Maksud penelitian teologi pada
waktu itu adalah untuk membedakan antara apa yang diutarakan para rasul dalam
tulisannya dengan apa yang diungkapkan Yesus dalam hidupNya. Berpangkal dari
Kristus yang dogmatis-alkitabiah mereka ingin menerobos sampai kepada Yesus yang
historis. Dalam periode kedua teologi abad ke-20 memformulasikan kembali
pertanyaan tentang Yesus yang historis. Teologi sekarang bertitik tolak dari
pemahaman bahwa Kitab-kitab Injil tidak laporan historis, melainkan sesuai
dengan khotbah dan pemberitaan. Justru penelitian kritis yang baru itu
menyadari batas-batas pengetahuannya. R. Bultmann mengemukakan pendapat bahwa
‘dunia yang mau dimengerti oleh iman tidaklah ditangkap dengan sarana ilmu
pengetahuan’. Dalam selang waktu tertentu ada kesan, teologi membatasi dirinya
pada bukti bahwa Yesus pernah hidup tetapi tidak merasa tertarik pada
penelitian kondisi hidup-Nya. Bultmann dapat mengatakan Kristus menurut ukuran
manusia tidaklah urusan kita. Dengan menerobos kerugma Alkitabiah dalam
bentuk-bentuk khotbah-khotbah dari jemaat-jemaat pertama dipermasalakan kembali
tentang apa yang dapat disebut historis pada Yesus. Penelitian itu sudah
sependapat bahwa Yesus yang historis tampil dengan kuat-kuasa yang luar biasa,
yaitu dengan kesadaran yang mewakili Alah berbicara dan bertindak demi
keselamatan manusia. Kesadaran diri Yesus yang membuatNya berbicara dan
bertindak dalam nama Allah, itulah yang dilihat sebagai basis historis
pemberitaan Kitab-kitab Injil. Tampaknya pemberitaan tentang Yesus dalam
Perjanjian Baru secara historis dapat diterima jika kita berpangkal dari
pemahaman bahwa Yesus yang historis tampil dengan kesadaran diri yang
mengagumkan.[10]
1.4. Yesus yang Di Imani
Dalam keempat kitab Injil wajib kita lihat sebagai
tulisan yang memberi kesaksian tentang makna Yesus, bukan semata-mata hanya
sebatas laporan tentang kisah hidupNya, namun laporan yang dapat menolong kita
mengenal Dia selaku suatu diri pribadi yang nyata, meskipun pada akhirnya harus
kita akui bahwa ada unsur-unsur dalam diri Yesus yang tersembunyi bagi kita.
Kita bertemu dengan Yesus adalah sebagaimana Ia tampil dihadapan kita melalui
kesaksian tertulis orang-orang yang pernah mendapat ajaran dari para rasul.[11]
Kekristenan mula-mula mendasarkan imannya pada pengakuan Kristus yang tersalib
sebagai Tuhan yang bangkit. Dengan mengakui Yesus sudah bangkit berarti
mengakui bahwa Yesus sudah bangkit berarti mengakui juga bahwa Dia adalah
Tuhan. Perkataan Yesus dari Nazaret diakui sebagai perkataan dari Kristus yang
bangkit karena Yesus dari Nazaret diakui sebagai Tuhan yang hidup.[12]
Kita percaya kepada Alah dan mempercayakan diri kepadaNya, oleh seab Roh Kudus,
dengan perantaraan Alkitab, membuat berita tentang Yesus Kristus meresap dalam
hati kita. Oleh pekerjaan Roh Kudus, kita mengaku: Aku Percaya! “aku percaya
kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus
Kristus....”Aku percaya kepada Yesus Kristus, yang di dalamNya Allah sendiri
mendatangi kita manusia.[13]
Yesus yang diimani adalah Allah yang sungguh-sungguh
Allah dan sungguh-sungguh manusia. Akan tetapi kedua tabuat itu dihubungkan,
tidaklah dijelaskan ataupun dipecahkan. Mengenai kebangkitan Yesus, dalam
pengakuan iman Rasuli menyatakan bahwa pada hari ketiga dibangkitkan dari
antara orang mati. Pada waktu berita itu mendatangi para murid mereka justru
ketakutan (Markus 16:18, 28:8), ragu-ragu (Matius 28:17) dan tidak percaya
(Markus 16:11-12). Mereka baru yakin setelah mereka melewati waktu yang penuh
keragu-raguan dan ketidaktentuan. Hal ini semuanya menunjukkan bahwa tidak
mungkin berita tentang Tuhan Yesus adalah suatu proyeksi dari orang-orang
beriman. Yang pertama-tama menyambut berita kebangkitan Yesus dengan percaya.[14]
1.5. Siapakah Yesus Sebenarnya
Pascal (1662) menegaskan tentang Allah itu Allahnya
Abraham, Ishak, dan Yakub, yang hidup dan berfirman serta bertindak dalm
sejarah dan didalam hidup manusia sehari-hari. Andaikata Yesus Kristus tidak
disalibkan dan tidak bangkit dari antara orang mati, maka kepercayaan kita
tidak akan berarti apa-apa, artinya: kita masih takhluk kepada kuasa-kuasa
dosa, iblis dan maut (1 Korintus 15:12). Tetapi keyakinan itu tidaklah
diberikan kepada kita oleh ilmu sejarah, tetapi timbul dari kepercayaan kepada
makna kematian dan kebangkita Yesus Kristus, sebagaimana dikhotbahkan kepada
kita oleh para rasul, yang pemberitaannya kepada kita disampaikan di dalam
Alkitab.[15] Dengan
metode Historis bukan kebangkitan itu sendiri yang dapat kita buktikan,
melainkan hanya kepercayaan murid-murid yang pertama akan kebangkitan itu.
Keyakinan akan kebangkitan itu tergantung pada kepercayaan manusia yang
beriman.[16]
1.6.Relasi
Yesus yang Historis denan Yesus yang di Imani
Kepercayaan Kristen sungguh ada sangkut panya dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi ditengah-tengah sejarah dunia. Orang tidak
dapat menulis riwayat hidup Yesus yang memenuhi syarat ilmu sejarah dan syarat
biografi. Sebab sumber-sumbernya memang tidak tersedia. Peranjian Baru bukanlah
sebuah laporan, tetapi didalamnya tercampur tak terpisahkan kenyataan historis
dan interpretasinya oleh kepercayaan. Semakin ditandaskan bahwa historisitas
adalah dasar yang mutlak perlu buat kepercayaan Kristen. Suatu kristologi yang
sehat harus berurat berakar dalam diri Yesus Nazaret. Pannenberg manandaskan,
Kepercayaan Kristen pertama-tama mengenai soal siapa Yesus dahulu? Hanya
berdasarkan itulah kita dapat mengetahui mana arti Yesus sekarang bagi kita.
Ditekankan bahwa Kristologi yang sehat haruslah dari bawah, yaitu yang berakar
dalam Yesus historis. [17]
Yesus yang kita Imani tidak lain dari Yesus dari Nazaret dan Kristus itu
berlandaskan Yesus.[18]
Di dalam Kitab Injil yang berbicara mengenai Yesus, mau memberikan gambaran
mengenai Yesus. Bukan hanya memberitakan fakta-fakta hidup Yesus, sebagaimana
diimani oleh Gereja. Yesus digambarkan sebagai penyelamat, dan Injil adalah
tetap pewartaan keselamatan. Tetapi khususnya dalam Injil diperlihatkan
bagaimana keselamatan terwujudkan dalam seorang tokoh historis, yaitu Yesus
dari Nazaret. Hal itu kentara sekali dalam keempat Injil yang semuanya hanya
mempunyai satu tujuan, yaitu menggambarkan Yesus sebagai Kristus, anak Allah.[19]
II.
Kesimpulan
Kita yang mengimani Yesus sebagai pengantara antara Allah
dan manusia. Yesus adalah penyelamat dunia, karena menyampaikan keselamatan
dari Allah kepada dunia. Yesus bukan hanya pewarta keselamatan, tetapi
keselamatan sungguh dilaksanakan dalam dirinya. Iman itu diungkapkan dnegan
mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan kita, penolong kita dari maut, sang putra
Allah yang hidup, dalam Yesus Nazaret manusia bisa bertemu dengan Allah.
Intinya Yesus Kristus sebagai pewahyuan dari Allah, yang rela berkorban
memberikan diriNya kepada manusia. Tentang Yesus Historis menceritakan tentang
bagaimana kisah hidupNya, menyatakan diriNya dalam rupa manusia, bahkan
bagaimana Ia hidup dan mati. Yesus yang di Imani menegaskan tindakan
penyelamatan oleh Yesus kepada manusia yang kita percayai dari keselamatan yang
kta terima dariNya, yang berpuncak pada kematian dan kebangkitanNya.
III.
Daftar Pustaka
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000
Becker, Dieter, Pedoman Dogmatika: Suatu
Kompendium Singkat, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001
C. Groenen OFM, Peristiwa Yesus,
Yogyakarta: Kanisius, 1988
C. Van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika
Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
Harun Hadiwijono, Iman Kristen,
Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2007
Ioanes Rakhmat, Memandang Wajah Yesus, Jakarta: Pustaka Surya Daun, 2001
Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus
Kembali: Yesus Sejarah dan Hakikat Iman Kkristen Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000
r. C. Groenen OFM, Peristiwa Yesus, Yogyakarta:
Kanisius, 1988
R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986
Robert R. Boehlke, Siapakah Yesus
Sebenarnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986
T. Jacobs S.Y, Siapakah Yesus Kristus
Menurut Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1993
Telhalia, M.Th, Riwayat Hidup Paulus,
Banten: An1mage, 2017
[1] C. Groenen OFM, Peristiwa Yesus,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), 13
[2] Telhalia, M.Th, Riwayat Hidup
Paulus, (Banten: An1mage, 2017), 107-109
[3] Robert R. Boehlke, Siapakah
Yesus Sebenarnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 21
[4] Marcus J. Borg, Kali Pertama
Jumpa Yesus Kembali: Yesus Sejarah dan Hakikat Iman Kkristen Masa Kini, (
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 28-29.
[5] A. Roy Eckardt, Menggali Ulang
Yesus Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 4
[6] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 137
[7] Robert R. Boehlke, Siapakah
Yesus Sebenarnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 20
[8] Ioanes Rakhmat, Memandang Wajah
Yesus, (Jakarta: Pustaka Surya Daun, 2021), 1
[9] C. Groenen OFM, Peristiwa Yesus,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), 17
[10] Becker, Dieter, Pedoman
Dogmatika: Suatu Kompendium Singkat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),
126-128
[11] Robert R. Boehlke, Siapakah
Yesus Sebenarnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 20-21
[12] Telhalia, M.Th, Riwayat Hidup
Paulus, (Banten: An1mage, 2017), 112
[13] G.C. Van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika
Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 197
[14] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2007), 337
[15] C. Van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika
Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 196
[16] Theol. Ddieter Becker, Pedoman
Dogmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 125.
[17] C. Groenen OFM, Peristiwa Yesus,
(Yogyakarta: Kanisius, 1988), 14
[18] r. C. Groenen OFM, Peristiwa
Yesus, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 15
[19] T. Jacobs S.Y, Siapakah Yesus
Kristus Menurut Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 28, 261
Post a Comment