wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Renungan 10 Juni 2022, Berdiam diri di hadapan Allah


 

Berdiam diri di hadapan Allah

Yeremia 15:10,16-21

"Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku. Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam. Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram. Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai. Karena itu beginilah jawab TUHAN: "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN. Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim."


Matius13:44-46

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

 

 


Renungan:

Nabi Yeremia berniat meninggalkan tugasnya sebagai nabi. Maklum, dalam menunaikan tugasnya sebagai nabi, ia telah menderita banyak: ditolak, diejek dan dianiaya. Menurut logika Yeremia, yang menjadi nabi karena dibujuk oleh Allah seharusnya Allah membela dia dan mengganjar musuh-musuhnya. Tetapi Allah membiarkan musuhnya, Yeremia lalu putus asa, merasa diri celaka. Ia merasa Allah telah mengkhianati dan meninggalkan dia bagai "sungai yang curang, air yang tidak dapat dipercaya". Bagaimana reaksi Allah? Jika Yeremia mau kembali, Allah menerima, menyertai dan melindungi dia dalam menunaikan tugas kenabiannya.

Apa yang menarik di sini? Solusi ketika kita menghadapi tantangan, kesulitan bahkan derita dalam mengemban sebuah tugas bukan lari meninggalkan tugas tersebut tetapi mengintrospeksi diri, dan berdiam diri di hadapan Allah. St. Alfonsus de Liguori memberi contoh. Ia selalu membawa pergumulan hidupnya di hadapan Sakramen Mahakudus, hingga akhirnya ia berkata: "Ketahuilah bahwa seperempat jam di depan Yesus dalam Sakramen Mahakudus, engkau akan mendapatkan lebih banyak daripada segala perbuatan baik yang kaulakukan pada hari itu."

 

 

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews