wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Artikel Arti dan Makna Peristiwa Yunus di Perut Ikan dan Kaitannya

 

I.                   Pembahasan

1.1.            Sekilas Tentang Kitab Yunus

Kitab Yunus adalah salah satu dari Kitab-kitab kedua belas nabi kecil.[1] Kitab ini menceritakan pengalaman Yunus yang berupa pesan Allah yang ingin disampaikan kepada bangsa-bangsaNya, namun kitab Yunus menjelaskan bahwa di dalam cerita itu sendirilah pesan Allah itu. Yunus orang Israel tetapi dipanggil bermisi ke Niniwe (Asyur).[2]

Diperkirakan Yunus baru ditulis pada abad ke-4 SM (tahun 400-350 SM). Kitab ini setelah pembuangan dan bahasa yang digunakan juga menunjukkan pada masa sesudah pembuangan. Bahasa Ibrani kitab Yunus mengalami pengaruh bahasa Aram, salah satu bahasa yang berdekatan dengan bahasa Ibrani. Kitab ini juga menggunakan kata ganti orang ketiga dan nama penulisnya tidak disebut sama sekali dalam Alkitab namun pasti, orang yang mengetahui dan mendapat informasi tentang Yunuslah yang telah menuliskan Kitab ini.[3]

Kitab Yunus sebenarnya adalah gambaran tentang bangsa Israel pada abad ke-4 SM. Setelah pembuangan di Babel umat Israel, terutama pada abad ke-4 SM mempunyai perasaan dan sikap yang egoistis/ partikularistik. Kitab Yunus menggambarkan kekerasan hati bangsa Israel. Kekerasan hati Yunus adalah gambaran kekerasan hati bangsa Israel. Bangsa Israel menggambarkan sebagai orang yang tidak mengenal tugas penyelamatan bagi bangsa lain. Keselamatan mau dimiliki sendiri oleh bangsa Israel. Padahal bangsa Israel diselamatkan agar melalui Israel keselamatan diberitakan kepada bangsa lain juga.[4]

Yunus adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk memperingatkan niniwe tentang kejahatan mereka. Nama lengkap Yunus adalah Yona bin Amittai. Yunus sendiri adalah nabi kepada kerajaan utara Israel semasa pemerintahan Yerobeam II (793-753 SM), dan bekerja di Kerajaan Utara.[5] Pendapat tradisional mengatakan bahwa penulisnya adalah Yunus sendiri, seorang nabi yang melayani di Kerajaan Israel pada abad ke-8 SM (Masa Yerobeam II) 793-753, dimana bahasa kitab Yunus juga dipengaruhi oleh bahasa Aram yang merupakan bahasa yang berdekatan dengan bahasa Ibrani. Pendapat lain yang kuat adalah dimana kitab ini ditulis sebelum runtuhnya Kerajaan Israel tahun 722 SM.[6]

1.2.            Tujuan Kitab Yunus

Dalam buku yang ditulis oleh Brynmor F. Price, Dkk. Disampaikan bahwa dalam kitab Yunus ini ada terlihat bahwa Allah mengasihi dan penuh kemurahan. Allah maha kasih, bahkan ada orang yang sebenarnya tidak layak menerima Anugerah-Nya dan juga kepada seorang yang keras kepala.[7]

Kemudian juga bahwa Kitab Yunus hendak mengatakan bahwa keselamatan dari TUHAN tidak boleh dibatasi kepada bangsa Israel saja, tetapi bahwa bangsa – bangsa lain pun dapat ambil bagian di dalamnya. TUHAN bukan saja mengasihi bangsa Israel, melainkan juga bangsa-bangsa lain. Menurut pandangan ini, Nabi Yunus hendak mewakili kalangan tertentu dalam bangsa Israel yang tidak mau bahwa bangsa-bangsa turut ambil bagian dalam kasih karunia TUHAN, tetapi hendak mengkhususkan keselamatan bagi Israel saja (partikularisme). Menurut pandangan ini, Kitab Yunus menolak sikap yang picik itu, yang mau mengkhususkan keselamatan bagi orang Israel saja, dan oleh karena itu Kitab Yunus menggarisbawahi bahwa keselamatan dari TUHAN ditujukan kepada seluruh dunia (universalisme). TUHAN bukan saja hanya mengasihi Israel. Hal itu harus menjadi pelajaran bagi Yunus dan bangsa Israel.[8]

1.3.            Peristiwa Yunus di Perut Ikan

Yunus diperhadapkan pada Firman Tuhan dan diutus pergi ke Niniwe untuk berkhotbah terhadap mereka (1:2). Yunus tidak hanya berkeberatan akan tugasnya tetapi malahan melarikan diri darinya (1:3). Tuhan tidak hanya meyakinkan dia, tetapi juga mengejar dan membawanya kembali dengan paksa (1:4-2:10). Kemudian, cerita panggilan dimulai lagi: Datanglah firman Tuhan kepada Yunus untuk kedua kalinya…(3:1).

1.3.1.      Yunus Menolak Panggilan Allah

Kitab ini dimulai begitu saja dengan Firman Allah “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatan mereka telah sampai kepada-Ku” (Yun. 1:2) Tetapi Yunus tidak pergi ke timur kea rah Asyur, melainkan malah naik kapal di Yafo menuju Tarsis kea rah yang berlawanan, “jauh dari hadapan Tuhan” (Yun.1:3).

Allah menurunkan badai besar dan  kapal kecil itu hampir hancur. Para awak kapal yang terdiri dari orang-orang kafir mulai berdoa kepada ilah-ilah mereka. Untuk meringankan beban kapal, mereka membuang muatan kapal ke dalam laut. Nahkoda kapal membangunkan Yunus, yang sedang tidur diruang bawah kapal yang baling bawah dan mendesak untuk berdoa kepada Allahnya. Para awak kapal membuang undi untuk memutuskan siapa yang mengakibatkan mereka ditimpa malapetaka itu dan undian itu jatuh kepada Yunus. Ia mengakui bahwa ia mencoba melarikan diri dari Allah (Yun.1:10) dan mendesak mereka untuk melemparkannya kedalam laut (Yun. 1:12). Mula-mula mereka tidak bersedia. Mereka berusaha untuk kembali ke darat tetapi mereka tidak sanggup, “sebab laut semakin bergelora menyerang mereka” (Yun. 1:13). Akhirnya mereka mencampakkan Yunus kedalam laut dan laut berhenti mengamuk (Yun. 1:15). Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam lamanya (Yun. 1:17) kemudian Allah berfirman kepada ikan itu, :dan ikan itupun memuntahkan Yunus kedarat” (Yun. 2:10).[9]

1.3.2.      Yunus Berbalik Kepada Allah

Mengapa Yunus melarikan diri dari Allah? Yunus tidak mau ke Niniwe karena orang Kafir siap bertobat, dan itu menghukum Israel. Yunus melarikan diri dari Allah, bisa berarti kurang peka terhadap kehendak Allah. Bagaimana Yunus ingkar tugas dilukiskan dengan tindakan yang disengaja: Dalam kapal, Yunus turun-berbaring-tidur. [10]

Berbicara tentang bagaimana Allah memproses Yunus untuk berbalik kepada Allah, ditulis dalam sumber elektronik (Tulisan yang berjudul “Eksegesis PL: Kitab Yunus”) disampaikan demikian: Allah memproses Yunus dengan luar biasa mulai dari amukan badai hingga di dalam perut ikan besar (1:17-2:10) dan di dalam perut ikan besar Yunus berdoa kepada Allah dan menyatakan isi doanya diantaranya berisi seruan (qara) kepada Allah dan menangis dengan keras menunjukkan ucapan syukur (ay.2-5), penyesalan (ay. 7-8), dan ucapan penyerahan diri kembali kepada Allah (ay. 9). Yunus menyadari akan kasih dan pemeliharaan Allah yang sangat ajaib. Ia baru mengetahui bahwa di dalam laut pun ada penyertaan Allah. “Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!” (ay. 9).17 Adegan Yunus (1:17) menggambarkan seekor ikan besar yang atas perintah Allah membuka mulutnya dan menelan Yunus serta memuntahkannya ke darat pada waktu yang tepat. Yunus benar-benar tidak dapat melepaskan diri dari mandat misioner Allah. Allah yang membangkitkan badai dan memerintahkan awak kapal melaksanakan maksud-nya sekarang memandu seekor ikan besar sebagai bagian dari rencana-Nya untuk menyelamatkan Niniwe.18 Yunus (1:17-2:1-10) menceritakan tentang pengalaman Yunus yang melarikan diri dari pemanggilan dan penugasannya. Nabi Yunus harus mengalami bahwa tidak mungkin untuk melarikan diri dari panggilan kenabian. Biarpun Yunus melarikan diri ke ujung bumi, biarpun di aturun ke dalam dunia orang mati, TUHAN mengambilnya dari sana untuk membebankan tugas itu ke atas bahunya. [11]

Perintah kedua dan hasilnya: Allah memberi kesempatan kedua pada Yunus, Ia mengutusnya kembali untuk pergi ke Niniwe; kali ini Yunus pergi. Satu-satunya yang dicatat tentang pemberitaannya adalah “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggang balikkan” (Yun. 3:4). Tetapi pemberitaannya tentu disertai dengan keyakinan yang kuat karena “orang-orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dengan mereka baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung” (Yun. 3:5). Berita itu sampai kepada “raja Niniwe” yang mengumumkan untuk mengadakan puasa nasional, berdoa kepada Allah dan berbalik dari kejahatan (Yun. 3:7-8). Allah melihat bagaimana orang-orang itu “berbalik dari tingkah lakunya yang jahat” (Yun. 3:10).

Melihat itu Yunus justru menjadi sangat kesal, bahkan marah, “Ya” TUHAN, bukankah telah ku katakana itu, ketika aku masih di negeriku?” katanya kepada Allah “itulah sebabnya maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab, aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya” (Yun. 4:2). Kemudian Yunus mendirikan sebuah pondok di luar kota itu (Yun. 4:5). Atas penentuan Allah tumbuhlah sebatang pohon itu menaungi Yunus dari panas matahari yang menyengat (Yun. 4:6). Tetapi keesokan harinya, atas penentuan Allah datanglah ulat yang menggerek pohon itu dan kemudian angina timur, mengeringkan pohon itu serta menyerang Yunus sehingga ia memohon kepada Allah supaya ia mati saja. Yunus yang tidak mau pergi ke Niniwe untuk  meyampaikan pesan Allah terhadap mereka menjadi marah karena orang Niniwe telah bertobat dari perbuatan jahat itu, pohon yang untuknya ia tidak berjerih payah. Tentang hal ini Allah berfirman “Bagaimana tidak aku sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tau membedakan tangan kanan dan tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yun. 4:11). [12]

1.4.             Yunus di Perut Ikan dan Kaitannya Dengan Pemberitaan Firman Tuhan Kepada Suku Bangsa Lain

1.4.1.      Rencana Penyelamatan Yang Universal

Satu-satunya konsep dalam Kitab Yunus yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab para nabi sebelum pembuangan ialah, bahwa Allah menyuruh nabi-Nya untuk memberitakan amanat-Nya kepada bangsa lain dan Ia akan menyelamatkan bangsa itu jika mereka bertobat. Nabi-nabi sebelum pembuangan begitu prihatin terhadap penyembahan berhala oleh Israel sehingga mereka cenderung memperhatikan hal itu saja. Elia (1 Raj 17-19) dan Elisa (2 Raj.: 8) memang mengunjungi tanah asing dan melakukan pelayanan tertentu kepada mereka, nabi-nabi lain menubuatkan hal-hal yang berhubungan dengan bangsa-bangsa di sekitar Israel, tetapi tidak ada satu pun yang diutus untuk memberitakan pertobatan kecuali Yunus.[13]

1.4.2.      Pesan Yunus

Pada Yunus hal yang mengesankan adalah bahwa ada belas kasihan terhadap Niniwe. Dengan memilih kota tersebut, orang mendapat kunci untuk memahami pesan kitab ini. Niniwe, ibu kita kerajaan Asyur sejak zaman Sanherib, merupakan simbol kuasa dan imperialisme yang kejam bagi Israel. (bdk. Yes. 10: 5-15; Zef. 2: 13-15). Tentu saja yang dimaksudkan sebagai Niniwe bukan sekedar Ibu Kota itu, melainkan penindasan dan kekejaman yang muncul dari situ.

Bagi kota seperti itu Yunus mendapat tugas menyampaikan belas kasih Allah. Kalau pokok ini saja diterima sebagai pokok pewartaan kitab Yunus, maka soal besar sudah muncul. Bukan soal Universialisme Religius, dan bukan kesadaran akan perutusan, bahkan juga bukan soal keterbukaan bagi dunia bukan Ibrani. Pesan kitab ini sungguh keras dan sulit dicerna: Allah mencintai si Penindas, atau seperti dikatakan dalam Matius: “Allah… yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang baik…” (Mat. 5:45).

Setidaknya ada dua makna yang dipahami melalui apa yang disampaikan dalam kitab Yunus ini:

1.      Diarahkan kepada penindas, dan itu adalah pertobatan. Dalam hal ini penduduk Niniwe dipahami sebagai penindas yang kemudian menjadi bertobat.

2.      Berhubungan dengan Israel, yaitu ajakan untuk menerima Allah yang pengampun. Pemaknaan ini cukup sulit dipahami. Dalam hal ini Yunus menjadi simbol umat yang tertekan, yang tertindas oleh berbagai kekecewaan, pengejaran dan penderitaan. Umat seperti itu sudah biasa menaruh dendam kesumat kepada lawan. Doa mereka adalah Allah melumatkan lawan yang menindas. Tetapi hal yang seperti ini tidak patut terjadi, dan tidak boleh terjadi. Hal ini sungguh tidak bisa diterima, sehingga Yunus, umat yang tertindas itu, lebih suka memilih kematian, kehancuran daripada menerima Allah yang begitu pengampun.

Dapat dibandingkan memang, bagaimana naskah kenabian memuji Allah yang menghancurkan lawan, dan menuduh penindasan. (lih. Yes. 14:3-21; Hab. 2:6-20). Teks ini berbicara bukan tentang negara, melainkan tentang raja, (lih. Yes.14:4; Hab 2:6). Inilah yang terutama yang dibayangkan penulis kitab Yunus. Niniwe bisa saja menjadi simbol penindasan, penganiayaan. Tetapi mereka yang tinggal di dalam kota itu adalah mereka yang tidak bisa membedakan kanan dan kiri (Yun. 4:11).[14]

II.                Refleksi Teologi

Di zaman modern ini, Niniwe seperti itu belum terhapus dari dunia. Banyak kota yang dapat dijadikan gambaran dari Niniwe ini bahkan kota-kota besar di dunia ini. ada banyak yang melakukan kejahatan dan penindasaan. Sikap Yunus duduk sambil melihat nasib kota (4:5). Hal itu mengingatkan sikap orang yang mengharapkan dan menantikan kehancuran kota penindas. Kitab ini menunjukkan bahwa sikap ini bukanlah sikap terpuji, karena tidak memperhitungkan sikap Allah yang mengasihi semua ciptaan-Nya. banyak orang yang melupakan bahwa karena Allah adalah pengusa segalanya, maka juga mengampuni semuanya. Allah adalah pengasih pada semua umat-Nya. orang-orang penindas tidak boleh dihindari dalam pemberitaan firman, justru sama seperti Allah menurunkan hujan juga bagi yang jahat (Mat. 5:45) begitu jugalah hendaknya orang yang percaya tetap memperlihatkan kasih dan memberitakan firman, sekalipun kepada para penindas dan orang-orang jahat terlebih apabila orang jahat itu tidak tau apa yang berkenan bagi Allah.

III.             Kesimpulan

Niniwe kota ke mana Tuhan mengutus Yunus, dibenci oleh orang-orang Israel. Kota itu adalah ibu kota Asyur, kekuasaan besar di Mesopotamia pada abad VIII. Orang-orang Asyur mengalahkan Israel, kerajaan utara, pada tahun 722 SM dan membawa para pemimpinnya ke pembuangan. Kebencian Israel terhadap Asyur dengan kuat digambarkan oleh Nabi Nahum. Yunus menolak pergi ke Niniwe bukannya untuk melarikan diri dari panggilan sebagai nabi, melainkan karena ia tidak mau menyampaikan firman Tuhan kepada musuh yang demikian dibenci. Yunus seorang nabi itu, membenci para penindas dan orang-orang jahat. Tetapi, pemberitaan firman Allah, tetap harus diberitakan kepada semua bangsa. Allah mengasihi semua umat-Nya tanpa membeda-bedakan. Pada awalnya Yunus berkeras hati, menolak memberitakan firman kepada penindas itu, tetapi kehendak Allah tetap harus terlaksana. Bagi Allah semua umat-Nya berharga, tidak ada yang tidak dikasihinya.

IV.             Daftar Pustaka

Blommendal J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2001

Kramer A.Th., Tafsiran Alkitab Kitab Yunus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997

LaSor W.S., Pengantar Perjanjian Lama 2, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2019

Ludji Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, Bandung: Bina Media

Informasi, 2009

Pr Darmawijaya., Yunus dan Pesannya, Yogyakarta: Kanisius, 1990

Price Brynmor F., Dkk., Pedoman Penafsiran Alkitab Kitab Yunus, Lembaga Alkitab

Indonesia, 2011

Saragih Agus Jetron, Kitab Ilahi, Medan: Bina Media Perintis, 2016

V.                Sumber Lain

Eliyunus Gulo, “Niniwe Yang  Jahat Juga Adalah Milik Allah: …” Terdapat Dalam:

file:///C:/Users/ACER/Downloads/NiniweYangJahatJugaMilikAllah.pdf

Hengki Wijaya, dkk., Eksegesis PL: Kitab Yunus, Terdapat dalam:

https://www.sttjaffray.ac.id/images/stories/Panggilan_Pelayanan_Berdasarkan_Perspektif_Kitab_Yunus_2.pdf



[1] A.Th. Kramer, Tafsiran Alkitab Kitab Yunus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 1.

[2] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 180.

[3] A.Th. Kramer, Tafsiran Alkitab Yunus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 3.

[4] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 194.

[5] J. Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 132-133.

[6] J. Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 133.

[7] Brynmor F. Price, Dkk., Pedoman Penafsiran Alkitab Kitab Yunus, (Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 

[8] Eliyunus Gulo, “Niniwe Yang  Jahat Juga Adalah Milik Allah: …” Terdapat Dalam: file:///C:/Users/ACER/Downloads/NiniweYangJahatJugaMilikAllah.pdf, Diakses pada: 17 Maret 2022 Pukul: 15:48 WIB

[9] W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2019), 230

[10] Darmawijaya Pr., Yunus dan Pesannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 56

[11] Hengki Wijaya, dkk., Eksegesis PL: Kitab Yunus, Terdapat dalam: https://www.sttjaffray.ac.id/images/stories/Panggilan_Pelayanan_Berdasarkan_Perspektif_Kitab_Yunus_2.pdf, diakses pada 18 Mei 2022 Pada pukul 12.38 WIB.

[12] W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2019), 231-232

[13] W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2019), 239-240

[14] Darmawijaya Pr., Yunus dan Pesannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 49-51


Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: