wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Artikel TAK BERKESUDAHAN KASIH SETIA TUHAN, TAK HABIS-HABISNYA RAHMAT-NYA MENURUT KITAB RATAPAN

 

I.                   Pembahasan

1.1  Kitab Ratapan

Kitab Ratapan dalam bahasa Ibr ialah אבה Ekha, berarti menangis atau meratap. Kitab Ratapan adalah kitab yang menjelaskan tentang ratapan atau tangisan duka tentang kehancuran kota dan bait suci di Yerusalem (± 586 sM : 2 Rj. 25, Yer 52). Kitab bahasa Ibrani menempatkan kitab Ratapan setelah Kidung Agung sedangkan dalam kitab Septuaginta adalah setelah kitab Yeremia. Perbedaan ini dapat diterima karena kitab dalam bahasa Ibrani lebih menerima sebagai karya Yeremia sehingga ditempatkan setelah kitabnya.[1] Kitab Ratapan paling menyedihkan di seluruh Perjanjian Lama. Disinilah Yeremia menulis betapa sedih hatinya setelah Yerusalem, kota yang dicintainya itu, hancur lebur. Meskipun ia sedih sekali, Yeremi masih berbicara tentang Allah dan rahmat-Nya. Memang segala sesuatu nampak menyedihkan, tetapi di masa mendatang akan ada sukacita. Allah akan selalu setia kepada umat-Nya.[2]

 

1.1.1        Sejarah Kitab

Gambaran mengenai Yeremia yang diberikan pada permulaan tidak dapat disesuaikan dengan analisis historis. Meskipun ia mungkin menyusun ratapan-ratapan, tetapi lebih dapat diterima bahwa Ratapan itu dituliskan beberapa tahun sesudah meninggalnya. Kitab seperti yang kita kenal sekarang di selesaikan sekitar tahun 538 SM. Kitab Ratapan juga digunakan di sinagoge pada hari kesembilan, akhir musim panas, untuk memperingati kehancuran kota Yerusalem.[3] Tradisi Yeremia sebagai pengarag, juga menyebabkan Kitab Ratapan ii ditempatkan dengan segera sesudah Kitab Yeremia dalam Septuaginta dan hampir semua terjemahan baik maupun sekarang, mengikuti urutan demikian. Tetapi dalam Alkitab bahasa Ibrani, kitab Ratapan termasuk dalam bagian ketiga, yaitu Ketubim, dalam bahasa Indonesia disebut “tulisan-tulisan”, “surat-surat” atau “kitab-kitab”.[4]

 

1.1.2        Tujuan Kitab Ratapan

Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk memngungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk

1.        Keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud

2.        Pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait suci, istana raja dan kota pada umumnya,.

3.        Pembuangan yang menyedihkan ke Babel kebanyakan orang yang tidak di bunuh. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur kekuar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap dia ; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dasyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepadaNya (3:22-23, 32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umatNya kelak. Tujuan:

a.         Menyatakan perasaan hati supaya umat tidak jatuh putus asa dan tidak memberontak terhadap nasibnya, tetapi mengakui dosa dan ketidaksetiannya (1:13-18; 3:55-66; 4:16, 13; 5:21).

b.        Memberikan penguatan atau peneguhan bahwa Tuhan akan datang menolong dan memulihkan umat-Nya (3:21; 4:2-22; 5:19).

c.         Mengajak umat untuk berdoa (5) dan membangun hubungan yang intim dengan Allah. Gambaran dalam kitab Ratapan dengan kata putri-putri ini.

d.        Pesan yang disampaikan adalah 3:40: “Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita dan berpaling kepada Tuhan.[5]

 

1.2  Pengertian Kasih

Kita barangkali merasa bahwa kita mengerti arti kasih. Kata-kata “kasih” dan “cinta” sering kita dengar. Namun demikian kita memakai kedua kata itu dengan berbagai-bagai pengertian. Kadang-kadang dengan arti asmara atau berahi. Kadang-kadang dengan arti kasih sayang atau belas kasihan. Kadang-kadang dengan arti rasa menyukai atau rasa menyenangi. Orang Yunani mempunyai tiga kata biasa untuk kasih: storge yaitu kasih dalam keluarga terutama kasih ibu kepada anaknya; filia yaitu persahabatan, kasih di antara teman-teman; dan eros yaitu kasih yang tertarik kepada sesuatu karena hal itu dianggap baik atau bermanfaat, misalnya kasih akan cita-cita yang tinggi. Tetapi Alkitab biasanya memakai kata agape sebagai kata pokok untuk kasih menandai bahwa kasih Kristen mempunyai ciri khas yang berbeda dengan arti kasih yang biasa. Storge, Filie, dan Eros tidak dianggap salah dalam Alkitab, tetapi dianggap tidak perlu diwarnai oleh agape.

Kita tidak dapat mengerti arti agape dari uraian saja. Uraian tidak berguna bagi orang yang belum mengalami kasih. Dalam 1 Yoh. 3:16 tertulis “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita dan kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita”. Jadi, kita hanya dapat mengetahui kasih Kristen, pertama dengan mengalami bahwa kita dikasihi oleh Kristus dan, kedua dengan mengasihi orang lain. Namun demikian, perlu kita menguraikan arti kasih Kristen sepintas supaya kasih Kristen itu tidak dikacaukan dengan pengertian-pengertian yang lain tentang kasih.[6]

 

1.2.1        Pengertian Kasih Menurut Perjanjian Lama

Dalam bahasa Ibrani Kata kasih yang dihubungkan dengan kasih Allah adalah kata “Ahab” yang berarti “kasih, mengasihi yang juga mencakup pengertian kasih mengasihi dalam persahabatan”. Penggunakan kata ini dalam hubungannya dengan kasih adalah abhwa Allah mengasihi manusia supaya manusia mengasihi Allah (Israel menjadi anak Allah). Kasih Allah menumbuhkan kasih manusia dan di situlah terdapat kasih Allah yang mengasihi orang-orang lemah (Kel 2:20). Dalam hal ini manusia dituntut untuk mengasihi sesamanya seperti yang terdapat dalam Im 19:18 dan juga orang asing. Oleh sebab itu dalam Perjanjian Lama didapat kasih manusia serta kasih Allah kepada beribu-ribu orang yang mengasihinya.[7]

 

1.3  Pengertian Rahmat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dan pengertian “Rahmat” adalah belas kasih, karunia Allah.[8] Menurut Alkitab kata “Rahmat” bermaksud menyatakan sikap Allah terhadap kita. Allah membuktikan rahmatNya kepada kita dalam menyampaikan kepada kita Firman yang membebaskan serta membenarkan. Akan tetapi, menurut ajaran Katolik Roma, “Rahmat” adalah sesuatu yang diserahkan kepada kita, sesuatu “kekuatan” yang melimpah di dalam diri Maria (Salam Maria, penuh rahmat).[9]

 

1.4  Arti dan Makna Teologi “Tak Berkesudahan Kasih Setia Tuhan, Tak Habis-Habisnya Rahmat-Nya”

Dalam Ratapan 3:22, dalam bahasa Ibrani terdapat “Kasih tak berkesudahan” dan Kasih setia Tuhan dalam kitab ini menunjukkan kepada kasih Allah yang setia dan tak berubah (Bnd. Hos. 2:18) dan sering dihubungkan erat dengan perjanjian antara Tuhan dan umatNya. Dan rahmatNya dalam bentuk jamak dengan akhiran bahasa Ibrani. Sama seperti dalam bahasa Indonesia, kata bahasa Ibrani ini berasal dari akar yang sama dengan kata berarti “rahim”. Barangkali ada isyarat bahwa kasih Tuhan sama seperti kasih seorang ibu.[10] Dalam situasi yang dialami di kitab ini kejutan yang tidak terduga tiba-tiba muncul, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman akan kebaikan dan cinta Tuhan di masa-masa lampau, jauh sebelum tragedy itu menimpa. Pendoa atau orang beriman itu tahu bahwa cinta kasih Tuhan itu selalu ada setiap saat, setiap pagi selalu baru. Imanlah yang memimpin semua itu. Imanlah yang memimpin pendoa untuk berdoa dan berharap kepada Tuhan. Ia yakin bahwa tidak dengan rela hati Tuhan melakukan semuanya itu. Selanjutnya itu hukuman itu membuat sadar bahwa itu bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi, melainkan bertujuan agar pendosa kembali ke jalan yang sesuai dengaan rencana Tuhan. “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya” ayat ini merupakan kejutan besar, karena pada ayat-ayat sebelumnya penyair tenggelam di dalam hilangnya pengharapan, tetapi tiba-tiba kini muncul suatu harapan yang baru. Iman akan kasih setia Tuhan yang tak bekesudahan (22-23). Merupakan dasar yang kokoh bagi pengharapan.

Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya” ayat ini merupakan hal yang disampaikan Yeremia bahwa ada satu sumber kasih yang dapat mengasihi manusia tanpa batas waktu, yaitu Yesus. Kasih yang dimiliki Yesus tidak sama dengan kasih yang kita miliki (ayat 21). Artinya kasih yang dimiliki Tuhan Yesus tidak pernah habisnya atau dibatasi oleh waktu. Sejak kita dilahirkan hingga sampai kita pulang ke rumah Bapa, kasih setia-Nya tidak pernah berkesudahan bagi kita. Saat kita mengecewakan-Nya, melukai hati-Nya, menyangkal-Nya bahkan melupakan-Nya tetapi rahmat-Nya selalu ada untuk kita, tidak pernah habis. Yesus menanti dan siap menyatakan anugrah-Nya kepada kita seperti Bapa terhadap anaknya yang hilang. Ia begitu sabar menunggu dan menuntun serta membimbing kita kepada pengenalan akan kebenaran-Nya seutuhnya.[11]

 

1.5  Refleksi Teologis

Segala kepedihan ataupun kesedihan yang dialami mereka terjadi karena dosa mereka akan penolakan terhadap hukum Tuhan. Tuhan menghukum mereka agar mereka dapat menjadi bangsa pilihan yang berjalan dijalan yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan dimana kasih Tuhan juga telah nyatakan terjadi di tengah-tengah mereka. Namun disini Tuhan juga masih memberikan pengharapan kepada mereka. Dalam hidup kita, kita sering diperhadapkan dengan segala cobaan dan pergumulan, namun kita tidak pernah tau bahwa itu adalah cara yang diberikan Tuhan kepada kita supaya kita tau bahwa Tuhan senantiasa selalu menyertai umatNya yang mau mendengarkan dan mau mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita. Pertolongan Tuhan tidak akan pernah terlambat untuk kita. Karena sungguh besar Kasih setia Tuhan dan tak habis-habisnya Rahmaat yang diberikan Tuhan di dalam kehidupan kita.

 

II.                Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kitab Ratapan adalah kitab yang berisi tentang penderitaan dan pengharapan kepada Tuhan. Dan di balik penderitaan yang dialami pasti selalu ada pengharapan melalui kasih dan rahmat Tuhan yang selalu ada di dalam kehidupan kita. Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya” ayat ini merupakan hal yang disampaikan Yeremia bahwa ada satu sumber kasih yang dapat mengasihi manusia tanpa batas waktu, yaitu Yesus. Kasih yang dimiliki Yesus tidak sama dengan kasih yang kita miliki. Artinya kasih yang dimiliki Tuhan Yesus tidak pernah habisnya atau dibatasi oleh waktu.

III.             Daftar Pustaka

Bergant, Dianne dan Robert J. Karrism Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: KANISIUS, 2002.

Blankenbaker, Frances, Inti Alkitab Untuk Para Pemula, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2007.

Brownlee, Malcolm, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di Dalamnya, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006.

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta: Gandum Mas, 1994.

Paterson, Robert M., Kitab Ratapan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999.

Saragih, Agus Jetron, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab Perjanjian Lama, Medan: Bina Media Perintis, 2016.

Van, G.C. dan Boland B.J, Dogatika Masa Kini, Jakarta: BKP Gunung Mulia, 2008.

 

SUMBER LAIN            :

https://fokushidup.com/mengasihi-tanpa-pandang-waktu/.

Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol 3 No.1 (1 Juli 2019).

KBBI.............



[1] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab Perjanjian Lama, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 203.

[2] Frances Blankenbaker, Inti Alkitab Untuk Para Pemula, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2007), 158.

[3] Dianne Bergant dan Robert J. Karrism Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: KANISIUS, 2002), 580.

[4] Robert M. Paterson, Kitab Ratapan, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999), 1.

[5] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta: Gandum Mas, 1994), 1249.

[6] Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di Dalamnya, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 203.

[7] Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol 3 No.1 (1 Juli 2019).

[8] KBBI.............

[9] G.C. Van dan Boland B.J, Dogatika Masa Kini, (Jakarta: BKP Gunung Mulia, 2008), 238.

[10] Robert M. Paterson, Kitab Ratapan, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1999), 50.

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: