wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Ibadah Jemaat Mula-mula (Simbol-simbol, Tanda-tanda Liturgi)

 

I.         Pembahasan

1.1. Pengertian Ibadah

1.1.1. Pengertian Ibadah Menurut Para Tokoh

· Prof. Paul W. Hoon

Hoon mempertahankan bahwa “ibadah Kristen adalah pernyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya” atau suatu tindakan: yaitu “tindakan Allah kepada jiwa manusia dalam yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan manusia melalui Yesus Kristus”. Melalui firman-Nya Allah “menyingkapkan dan mengkomunikasikan keberadaan-Nya yang sesungguhnya kepada manusia”. Kata kunci dalam pemahaman Hoon tentang ibadah Kristen tampaknya adalah “penyataan” dan “tanggapan”.

· Von Allmen

Ibadah gerejawi mempunyai aspek-aspek penting lainnya. Ibadah adalah “epifani (penampakan diri) gereja” yang “karna menimpulkan sejarah keselamatan, memampukan gereja untuk menjadi dirinya sendiri, untuk menjadi sadar akan dirinya sendiri dan untuk mengakui apa yang sebenarnya esensial”. Gereja mendapatkan identitas dirinya dalam ibadah karena hakikatnya yang real dijadikan nyata dan gereja dituntun untuk mengakui keberadaaanya sendiri yang sebenarnya. Ibadah adalah secara serentak, ancaman akan penghakiman dan janji pengharapan untuk dunia itu sendiri meskipun masyarakat sekuler mempunya sikap tidak peduli terhadap apa yang dilakukan oleh orang-orang Kristen manakala mereka berkumpul bersama. bagi Von Allmen, ibadah Kristen mempunyai tiga dimensi kunci: rekapitulasi (pengulangan), epivany (penampakan diri), dan penghakiman .[1]

1.2. Latar Belakang Jemaat Mula-mula

Jemaat Kristen pertama terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi-Kristen itu tetap mengunjungi Bait Allah dan sinagoge dan menaati hukum Taurat dengan setia (Kis. 2:46; 3: 1). Sama seperti orang-orang Yahudi lainnya, mereka meman- tangkan pergaulan dengan orang-orang kafir, karena mereka tidak menaati Taurat dan dengan demikian adalah "najis" (Kis. 10). Akan tetapi, penghambatan yang datang sesudah kematian Stefanus membuat mereka lari dari Yerusalem; mereka melarikan diri ke daerah-daerah orang Samaria dan orang kafir, dan di mana-mana pemberitaan Injil diterima oleh penduduk daerah itu (Kis. 8; 11: 19-30).

Dalam hal tata gereja juga terdapat beberapa bentuk yang berbeda-beda dalam jemaat mula-mula itu. Tetapi dalam hal ini selama abad ke dua dihasilkan pola yang seragam. Disetiap jemat terdapat sejumlah penatua (presbuterioi). Dari antara mereka dipilih penilik-penilik (episkopoi atau uskup) yang dibantu diaken-diaken (diakonoi). Penilik-penilik mengurus soal keuangan dan administrasi serta memimpin kebaktian-kebaktian, sedangkan para diaken mengurus bantuan bagi orang-orang miskin dan melayani pada perjamuan kudus. Jemaat-jemaat Kristen yang muda ini padaa umumnya belum mempunyau gedeng-gedung gereja, anggota-anggotanya biasa berkumpul dirumah salah seorang diantara mereka, atau diruang lain yang sudah tersedia (band Kis 16: 40). Pertama kali didirikan gereja di kota Edesa menjelang tahun 200. Jadi, suasana ibadah orang-orang Kristen pada zaman itu lebih mirip dengan kebantian rumah tangga dari pada gereja kita. Sekitar tahun 150 Yustinus Martir menjelaskan jalannya kebaktian jemaat bagi pembacanya yang bukan Kristen. Ia berkata “pada hari yang dinamakan hari matahari ada kumpulan disatu tempat bagi semua orang di kota atau di distrik tertentu. Hari matahari itu adalah hari minggu, minggu berasal dari kata portugis Domingo. Kata Portugis ini berasal dari kata latin Dominus yang artinya “Tuhan”. [2]

1.2.1. Dari Sinagoge Sampai Jemaat Mula-mula

Bentuk kebaktian atau peribadatan yang diadakan di sinagoge atau di Bait Suci adalah sebagai berikut:

1. Kesaksian iman terhadap Allah yang Esa (Ul. 4: 6-9).

2. Doa umum

3. Membaca nats dari Pentateush (Kelima Kitab Musa)

4. Membaca nasts dari Kitab nabi-nabi

5. Khotbah (mengejar, pertobatan, nasihat)

6. Berkat.

Dari tata cara tersebut jemaat mula-mula menyesuaikan bahan-bahan dengan pelayanan Yesus sebagai Mesias yang dimulai dari awal pelayanan Yesus, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya seperti ditemukan dalam keempat Injil. Pada waktu khotbah Paulus masih dalam bentuk tertulis yang berisikan ajaran tentang kehidupan berdasarkan pembebasan yang dilakukan oleh Yesus. Di samping itu jemaat membedakan Perjamuan Kudus (eukharistis, agape). Kemungkinan tahu 70 Masehi Perjamuan Kudus Agape dan perjamuan kudus Eukaristi (sakramen) masing-masing berdiri sendiri. Pelaksanaan Perjamuan Kudus tidak hanya berfungsi sebagai peringatan Yesus, tetapi juga untuk memantapkan persekutuan mereka (Kis 2: 46).

Sesudah zaman Para Rasul, kita dapat mengetahui bahwa ibadah orang Kristen masih tetap berjalan, misalnya dari buku Didache, Surat Plinuis dan Ignatius dan lebih jelas lagi dalam buku Bapa Gereja Yustinus Martir (tahun 150). Menurut Yustinus Martyr ada dua hal yang ditemukan dalam hal itu, yaitu :

1. Bertitik tolak kepada firman Tuhan Allah (membaca surat Rasul dan nabi serta mengkhotbahkannya).

2. Bertitik tolak kepada sakramen yang dimulai dengan doa. Kemudian dilanjutkan dengan salam kasih, membawa roti dan anggur, doa puji-pujian dan upacara syukur setelah itu dilanjutkan dengan mebagi-bagi roti dan anggur kepada peserta kebaktian. Bagi mereka yang tidak dapat hadir maka temannya akan memabawa roti dan anggur baginya. Jemaat membawa persembahaan (offertorium) sebagai tanda ucapan terima kasih.

Sampai abada ketiga, walaupun jemaat berada dalam situasi penganiayaan, namun mereka tetap setia mengadakan peribadatan itu. Bahkan mereka menetapkan aturan melalui dasar-dasar alkitabiah seperti kanon, pengkuan iman, pelembagaan jabatan bishop (penatua, para pejabar gereja) seperti hanya tertulis dalam aturan jemaat yang disusun oleh Bapa Gereja Hippolyus dari Roma yang meninggal tahun 235.[3]

1.3. Simbol dalam Liturgi

1.3.1. Pengertian Simbol

Simbol berasal dari bahasa Yunani sumbἀllw (dalam arti bertemu, berjumpa, benda ingat-ingatan), atau sumbἀllein (mempersatukan, melemparkan yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu [sim = sama, balloo= melempar] ). Tuan rumah Yunani memberikan sepotong papan kecil (bagian dari papan yang utuh) atau cincin kepada tamu sebagai tanda penghargaan (bagian dari sepasang cincin). Apabila suatu saat mereka bertemu dan saling mencocokkan potongan papan atau cincin masing-masing, maka peristiwa itu disebut sumbollἀ (berkomplot). Simbol sering kali melibatkan emosi individu, gaira, keterlibatan, dan kebersamaan, sebab simbol menyertakan kenang-kenangan. Simbol terbuka terhadap berbagai arti, sedangkan tanda tertutup pada suatu tafsiran. Simbol memungkin individu menghayati sendiri makna perjamuan kudus atau kebaktian paskah, sekalipun ada penjelasan objektifnya. [4]

1.3.2. Fungsi Simbol

Dalam penggunaannya, simbol adalah pertemuan dua pihak. Didalam sebuat peristiwa pertemuan, terjadi penyatuan antara: a dan b atau kini dan dahulu, atau hal satu dan hal lain. Tanpa “jembatan simbol”, kini dan dahulu tidak mungkin dipertemukan atau dihadirkan. Simbol menjembatani kita dijaman sekarang dengan mereka dijaman dahulu kala, sehingga kita sendiri hadir dimasa dahulu atau mereka dari masaa dulu berada ditengah kita saat ini. Oleh karenanya, berbeda dengan tanda, simbol bermain pada aras emosi, kenangan, memori dan personalitas, disamping objektifitas dan komunal. Simbol berfungsi menangkap dan menjembatani diri pribadi (masa kini) kepada pribadi lain (masa lalu). Simbol memerlukan keterlibatan. Perayaan liturgi menjadi hidup jika ia diperlakukan secara proporsional, yakni sebagai simbol umat kristen masa kini dengan karya-karya Allah menurut kesaksian Alkitab masa lalu.

Masa lalu yang ingin dihadirkan kembali pada masa kini secara simbolis dapat berupa :

· Perayaan atas peristiwa (kebangkitan Yesus, turunnya roh kudus). Peribadahan gereja tersusun berdasarkan peristiwa Kristus: natal (malam), jumat agung (siang senja), paskah (fajar), pekan doa pentakosta (sembilan malam antara kenaikan Tuhan ke sorga dan pentakosta). Tata waktu itu bekaitan langsung dengan peristiwa yang Yesus alami sebagai mana kesaksian Alkitab.

· Tindakan atau tata gerak (prosesi, tanda salib). Prosesi diawal ibadah merupakan simbolisasi perarakan umat Israel dari mesir ke tanah perjanjian. Tanda salib adalah simbolisasi baptisan yang dilakukan bersamaan dengan mengucapkan “dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus” (fotum: bnd Kolose 3:17). Liturgis yang memendang pentingnay simbol akan membawa umat yang bertata gerak ke alam perjumpaan dengan ilahi yang transenden.

· Tempat atau arah (tanah suci, negeri leluhur). Gedung gereja bukan sekedar tempat berkumpul, melainkan “tempat” kehadiran Tuhan.

· Benda (salib, air, roti – anggur) air sebagaimana digunakan dalam pembaptisan melambangkan mati dan hidup (bnd Roma 6:8) bersama Kristus, yang juga merupakan gambaran alam nyata setiap manusia akan ketergantungannya pada air. Roti dan anggur dalam perjamuan kudus adalah simbol yang langsung membawa kaum beriman kepada peristiwa Kristus.

· Waktu (hari pertama, 24-25 desember, minggu). Gereja beribadah pada hari minggu agar gereja sendiri hadir pada peristiwa kebangkitan Kristus 2000 tahun lalu, yang jatuh pada hari pertama minggu itu.

· Kata-kata dalam formula liturgi (Alkitab, fotum, leksionari) bukan sekedar rutinitas harus ini dan itu. Pengucapan kata-kata Alkitab adalah upaya manusia masa kini yang terbatas untuk menangkap makna pengajaran Allah yang tidak terbatas pada masa lalu menurut kesaksian Alkitab. Kata-kata liturgi memiliki arti simbolis, yakni menghadirkan yang mengucapkan kata-kata tersebut pada waktu sekarang atau menghadirkan orang yang kepadanya kata-kata liturgi itu ditujukan.

· Pengharapan akan persaudaraan gereja diseluruh dunia disimbolkan dalam perjamuan kudus, berpuncak pada komuni. Perayaan perjamuan kudus sendiri digambarkan sedemikian sederhana, yakni: umat menghampiri “penyerahan roti dan anggur” di altar untuk menerima komuni. Namun, didalamnya terkandung simbol penuh makna.[5]

1.3.3. Gerakan atau Peragaan Sebagai Simbol[6]

Gerakan atau peragaan adalah sesuatu yang hidup dan dapat dipahami dengan lebih baik.

- Menanggalkan kasutnya sebelah dan memberikannya kepada orang lain adalah tanda bahwa seseorang menyerahkan seluruh hak pribadinya kepada orang yang menerima kasut tersebut untuk diwarisinya (Rut 4:7).

- Seorang tuan yang menusuk telinga calon hambanya, berarti calon hamba bersedia mengabdikan diri seumur hidupnya kepada tuan yang memilikinya (Kel 21:6)

Sedangkan dalam Alkitab Perjanjian Baru ada situasi yang berbeda dalam pemahamannya tentang simbol. Yesus membuat simbol untuk menanamkan pengertian bagi orang-orang disekitarnya, misalnya: perjamuan kudus.

Gereja atau sinagoge banyak menggunakan simbol atau tanda dalam kaitannya dengan kesenian seperti seni tulis dan seni gambar, misalnya:

- Warna laut dan langit sebagai simbol tempat singgah sana Allah

- Anggur adalah tanda pesta di surga

- Jangkar adalah tanda suatu harapan

- Bunga mawar dan bunga lain di makan menunjukkan tempat istirahat di paradiso atau surga

1.4. Tanda dalam Liturgi

1.4.1. Pengertian Tanda

Lampu lalu lintas adalah tanda giliran berhenti. Lampu merah adalah tanda untuk berhenti, lampu hijau menandakan giliran berjalan. Apapun perasaaan pengemudi terhadap warna hijau, ia tidak boleh berhenti untuk memandang lampu hijau. Suka tidak suka pada suatu tanda, pengguna jalan raya harus mematuhi tanda tersebut dan menggunakan tafsiran resmi yang ditetapkan oleh pembuat tanda. Untuk tanda, tidak diperlukan perasaaan subjektif. Juga tak diperlukan penjelasan ilmiah untuk menerangkan hubungan antara lampu menyala merah untuk berhenti, hijau untuk berjalan. Tanda juga tidak mampu menjelaskan hubungan antara tata warna di Italikantependia (ain mimbar dan masa raya liturgi). Sebab warna memiliki spesifikasi antara (merah dengan berhenti, ungu dengan masa prapaskah), namun tidak selalu memiliki spesifikasi hubungan dari yang ditandakannya. Misalnya, masyarakat global bisa saja membuat kesepakatan bahwa warna orange adalah tanda berjalan atau warna putih dipasang pada minggu advent. Jelas, tanda tidak bisa diperdebatkan, sebab tanda sangat tergantung pada objektifitas dari yang ditandakan, sekalipun yang objektif itu tidak selalu tak dapat diperdebatkan. Oleh sebab itu, tanda memerlukan keterangan atau tafsiran yang bersifat mutlak dan pasti, tidak untuk diperdebatkan. [7]

1.5.Tanda dan Gambar menjadi Tidak Sekadar Gambar

Umat Kristen pada abad-abad pertama memerlukan tanda melalui gambar ikan. Gambar icqúV (‘IhsoúV XristóV qeou uióV swthr = Yesus Kristus anak Allah sang juruslamat). Dalam bahasa Yunani iktus berarti ikan – digunakan sebagai tanda pengenal seorang Kristen kepada yang lain melalui bahasa isyarat. Seseorang yang berada diantara orang lain, menggambar sebagian dari ikan. Lantas apabila ada yang meneruskan potongan gambar ikan tersebut hingga selesai secara benar maka diantara mereka telah terjalin perkenalan dalam bahsa isyarat. IKTUS menjadi bukan sekadar tanda melainkan menimbulkan rasa aman dan senang berada di “lingkungan sendiri” yang menyangkut emosi. Selain pengakuan iman dan tanda pengenal, bagi orang Kristen waktu itu ikan juga mengingatkan yang Yesus adakan bersama ribuan orang. Hingga kini gambar ikan dan roti seringkali menjadi ornamen sebagian gedung gereja. Ikan mengingatkan pula akan kisah Yunus dengan demikian IKTUS dalam masyarakat Kristen mula-mula menyimbolkn baptisan dan kematian, kebangkitan, perjamuan, dan kerajaan Allah semua hal tersebut adalah bahasa Kristen. Lilin-lilin pada minggu-minggu advent tidak sekadar tanda akan minggu advent kesekian. Lilin berfungsi sebagai pendorong dan pembantu meditasi. Akan berbeda rasanya bersaat teduh dengan penerangan lampu listrik. Itulah sebabnya beberapa rumah ibadah menggunakan lilin dalam ibadah. [8]



II. Kesimpulan

Dari pemaparan kami ditas dapat kami simpulkan Jemaat Kristen pertama terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi-Kristen itu tetap mengunjungi Bait Allah dan sinagoge dan menaati hukum Taurat dengan setia (Kis. 2:46; 3: 1). Sama seperti orang-orang Yahudi lainnya, mereka meman-tangkan pergaulan dengan orang-orang kafir, karena mereka tidak menaati Taurat dan dengan demikian adalah "najis" (Kis. 10). Simbol berasal dari bahasa Yunani sumbἀllw (dalam arti bertemu, berjumpa, benda ingat-ingatan), atau sumbἀllein (mempersatukan, melemparkan yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu [sim = sama, balloo= melempar] ). Tuan rumah Yunani memberikan sepotong papan kecil (bagian dari papan yang utuh) atau cincin kepada tamu sebagai tanda penghargaan (bagian dari sepasang cincin). Dalam penggunaannya, simbol adalah pertemuan dua pihak. Didalam sebuat peristiwa pertemuan, terjadi penyatuan antara: a dan b atau kini dan dahulu, atau hal satu dan hal lain. Tanpa “jembatan simbol”, kini dan dahulu tidak mungkin dipertemukan atau dihadirkan. Pengucapan kata-kata Alkitab adalah upaya manusia masa kini yang terbatas untuk menangkap makna pengajaran Allah yang tidak terbatas pada masa lalu menurut kesaksian Alkitab. Kata-kata liturgi memiliki arti simbolis, yakni menghadirkan yang mengucapkan kata-kata tersebut pada waktu sekarang atau menghadirkan orang yang kepadanya kata-kata liturgi itu ditujukan.



III. Daftar Pustaka

White F James, Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK GM, 2017

Van Den End Thomas, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK GM, 2019

Sitompul A.A, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja P. Siantar, 1993

Rachman Rasid, Hari Raya Liturgi, Jakarta: BPK GM, 2019.

M. Saleh Widdwissoeli, Hari Raya & Simbol Gerejawi, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2008.






[1] James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK GM, 2017), 7-9.


[2] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK GM, 2019), 18-25.


[3] A.A. Sitompul, Bimbingan Tata Kebaktian Gereja (P. Siantar, 1993), 35-36.


[4] Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, (Jakarta: BPK GM, 2019), 156.


[5] Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, (Jakarta: BPK GM, 2019), 157-159.


[6] Widdwissoeli M. Saleh, Hari Raya & Simbol Gerejawi, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2008), 52-53.


[7] Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, (Jakarta: BPK GM, 2019), 155-156.


[8] Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, (Jakarta: BPK GM, 2019), 160-161.

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews