wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Reformator dan Misi

I.                   Pembahasan

1.1.Reformator

1.1.1.      Pengertian Reformator

Dalam pengertiannya, Reformator tidak lepas dari Reformasi. Reformasi merupakan perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut Arti kata dalam bahasa indonesia Pengertian Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Reformasi yang yang dituju ialah Reformasi Gereja di Eropa Barat yang dipimpin oleh Martin Luther, Yohannes Calvin, Ulrich Zwingli yang terjadi  pada abad 16-17. Jadi Reformator ialah Tokoh atau orang yang memimpin adanya suatu perubahan yang disebut reformasi.[1]

1.1.2.      Konteks Gereja pada masa Reformator

A.    Gereja di Jerman pada Abad 16-17

Uskup Roma atau Paus semakin memperlihatkan dan mengklaim supremasi atau keunggulannya atas seluruh gereja, paling tidak di Eropa. Supremasi itu kemudian tidak hanya diberlakukan atas gereja, melainkan juga atas negara atau pemerintahan. Klaim supremasi ini kemudian disusul dengan penetapan berbagai ajaran gereja (katolik Roma) yang tidak hanya bersumber dari Alkitab, melainkan juga dari tradisi. Di dalamnya antara lain dinyatakan bahwa gereja yang memiliki dan menentukan keselamatan manusia, dan dalam upaya memperoleh keselamatan itu baik, jadi tidak cukup mengandalkan iman dan kasih karunia Allah. Sehubungan dengan itu, kalau seorang mau selamat melintasi purgatorium (api penyucian) menuju kehidupan kekal, ia harus berbuat banyak hal yang baik bagi gereja dan harus membeli surat penghapusan siksa dari pejabat gereja sesuai dengan timbangan dosanya.[2]

Sementara berkata begitu, banyak pejabat gereja memperlihatkan perilaku yang jauh dari kesucian dan kesalehan ataupun dari ketergantungan penuh pada rahmat Allah. Banyak yang hidup dalam gelimang kemewahan maupun perbuatan Amoral, Pelayanan, Pembinaan dan Penggembalaan kepada umat sangat diabaikan karena manusia dianggap toh sudah secara otomatis menjadi anggota gereja sejak kelahirannya. Keadaan ini sangat meresahkan banyak orang termasuk sejumlah rohaniawan yang masih berusaha memelihara ketertiban hidup dan ketertiban Gereja. Semakin kuat niat untuk memberi dan memurnikan kehidupan dan ajaran Gereja.[3]

Penyebab mendasar dari timbulnya reformasi adalah perbedaan antara ajaran dan teologi dan praktik Gereja (GKR) dengan ajaran Alkitab.[4] Tetzel, seorang yang diberi kuasa untuk menarik dana untuk membangun sebuah basilikan baru di Roma. Kiat-kiatnya mengumpulkan dana penjualan Idulgensia (surat pengampunan dosa) Sungguh sederhana, yaitu menjual pengampunan. Keluarkan lah mereka (yang telah meninggal) yang kau kasihi dari api penyucian dari uang bayaran, dan rauplah pengampunan bagi dosa mu sendiri. Gereja penuh dengan Korupsi jabatan-jabatan gerejawi dibeli kaum bangsawan yang kaya dan lebih besar.[5]

B.     Gereja di Swiss pada Abad 16-17

Latar Belakang adanya reformasi dalam Gereja Swiss yaitu suatu gerakan pembaruan, sebagai lanjutan dari Reformasi Luther, tetapi yang menambahkan beberapa hal yang sangat penting, yang kurang kurang diperhatikan Luther, yaitu:

a.       Kesadaran Teokratis yang lebih kuat dan radikal.

b.      Perubahan dan pembaruan bentuk-bentuk gereja.

c.       Pelaksanaan semangat Injil dilapangan sosial

d.      Sikap Aktif terhadap politik. Jenis Reformasi itu dinamai Calvinisme.[6]

Ulrich Zwingli adalah pembina Protestanisme di Swiss dan teolog reformasi Calvinis pertama ia mengambil sikap protestan hampir pada waktu yang sama dengan Luther dan hampir sepenuhnya terlepas darinya. Latar belakang mereka berbeda, Luther diajar “Jalan Modern” oleh pengikutnya Gabriel Biel, sedangkan Zwingli di didik menurut “Jalan Lama” dari Thomas Aquino. Zwingli berpendapat bahwa suatu doktrin tidak boleh berlawanan dengan akal, sedangkan pada Luther peranan akal dalam teologi jauh lebih kurang.[7]

1.1.3.      Tokoh-tokoh Reformator

A.    Agustinus (354-430)

Augustinus lahir pada Tahun 354 di Thagaste (Afrika Utara) waktu itu bapanya masih kafir, tetapi ibunya, Monica namanya,adalah seorang kristen yang sangat saleh. Waktu agustinus berumur 26 tahun pergilah ia ke chartago untuk menuntut ilmu pidato untuk menjadi retor (pengacara, advokad) pada zaman itu ilmu pidato merupakan mata pekajaran pokok disetiap sekolah. Orang fasih berbicara akan lebih mudah memperoleh sesuatu jabtan tinggi dalam pemerintahan.[8] Ia belajar rajin, lagi pula ia sangat pintar tetapi ia hidup dalam percabulan. Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari seorang gadis yang hidup bersamanya selama 14 tahun. Waktu mulai 19 tahun Augustinus mulai sadar setelah membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah ia mencari kebenaran yang satu-satunya. Tetapi alkitab belum menarik perhatiannya, karena pada hematnya kitab  kudus itu kurang mendalam filsafatnya bahkan kasar isi dan sususnannya.[9] Ia lebih suka menyelidiki salah satu aliran gnostik yang berasal dari persia, yaitu Manikheisme. Monika sangat sedih melihat anaknya menempuh jalan sesat itu, tetapi ia di hibur oleh seorang uskup yang berkata kepadanya “seorang anak yang begitu banyak didoakan dengan air mata, mustahil akan binasa.[10]

B.     Martin Luther (1483-1546)

Marthin Luther pada tahun 1483 di Eisleben, Jerman.[11]  Luther berasal dari suatu keluarga petani di negeri Thüringen.[12] Ia mengaku, “Ich bin Bauern Sohn” (saya anak petani). Ia ingin meyakinkan orang bahwa dirinya adalah bagian dari kesederhanaan yang menyedapkan dan kemiskinan yang menggetirkan dsari kehidupan petani gurem.[13]Ayahnya Hans Luther menjadi pencebak (penggali) di tambang tembaga dekat Eisleben, seorang yang sangat rajin.[14] Ibunya, Margareta, mengajarkan dia untuk takut akan Allah. Baik di rumah hingga sekolah dasar, Luther muda belajar untuk menghormati Gereja Katolik dan kepausannya. Pada usia 18 tahun, ia sudah kuliah di Universitas Erfurtd dan berhasil meraih gelar Bachelors dalam waktu satu tahun. Dua tahun kemudian, ia juga berhasil menambahi dengan gelar Magister. Sebagai seorang mahasiswa, beliau berusaha mempraktikkan ajaran-ajaran Gereja dan berbuat baik.[15]

Luther mulai menyebarkan beberapa pemikiran di kalangan para kolega di Universitas Wittenberg. Titik meletusnya Gerakan reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia pada masa pemerintahan Leo X untuk membangun gedung gereja Rasul Petrus di Roma. Dengan cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan iman tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Luther tidak dapat menerima praktek itu dengan berdiam diri saja. Kemudian mengundang intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai surat indulgensia yang kemudian Luther merumuskan 95 dalilnya dan ditempelkan di pintu gerbang Gereja Istana Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517.[16] Esok harinya yaitu pada tanggal 1 November, banyak sekali orang masuk melalui pintu itu, berhubungan dengan perayaan “segala orang kudus” dan sudah tentu banyak ahli teologia akan mencoba undangan tersebut.[17]

C.    Philip Melanchton (1497-1560)

Philip Melanchton lahir pada tahun 1497 di Jerman Selatan. Ia adalah anggota keluarga Johannes Reuchilm (1455-1522), seorang Humanis Jerman terkenal dan orang Kristen yang ahli bahasa Ibrani terkemuka pada zamannya. Ia belajar di Universitas Heidelberg dan Tubingen. Ia diangkat sebagai guru besar bahasa Yunani di Universitas Wittenberg pada tahun 1518 dan pada 1519 ia bergabung pada fakultas teologi. Pada waktu itu tujuan Melanchton adalah untuk menyelamatkan teologi dari penyimpangan-penyimpangan filsafat dan memberinya dasar yang kokoh di atas Alkitab. Ketika terjadi pertikaian antara Luther dan Zwingli mengenai kehadiran Kristus yang nyata dalam Perjamuan Kudus, Melanchton memihak kepada Luther. Namun Oecolampidus berhasil menyadarkannya bahwa Bapa-bapa purba tidak semuanya menyokong pendapat Luther. Ini menyebabkan Melanchton menjauhkan diri dari doktrin Luther tentang kehadiran nyata. Pada tahun 1540, ia menerbitkan versi Pengakuan Iman Augsburg yang sudah ditinjau kembali dan tidak lagi mengajar tentang kehadiran nyata. Locci Communes edisi 1555 juga tidak lagi menyebut kehadiran nyata.

D.    Marthin Bucer (1491–1551)

Marthin adalah seorang reformator Protestan Jerman.Ia dilahirkan pada 1491 di Schlettstadt, daerah Alsace (sekarang Sélestat, di Prancis). Pada 1506 ia memasuki Ordo Dominikan, dan diutus untuk belajar di Heidelberg. Di sana ia berkenalan dengan karya-karya Erasmus dan Luther. Ia pun hadir pada sebuah perdebatan tentang Luther dengan sejumlah pakar Kepausan. Ia beralih kepada pandangan-pandangan Reformasi, meninggalkan ordonya dengan surat dispensasi kepausan pada 1521, dan tak lama kemudian menikah dengan seorang biarawati, Elisabeth Silbereisen.

Pada 1522 ia menjadi pendeta di Landstuhl di daerah Palatinate, dan berkeliling ke sana kemari untuk menyebarkan doktrin Hervormd. Setelah diekskomunikasi pada 1523 ia membentuk markasnya di Strassburg. Di sana ia menggantikan Matthew Zell. Henry VIII dari Inggris meminta nasihatnya sehubungan dengan rencana perceraiannya dengan Catherine dari Aragon. Tentang sakramen Perjamuan Kudus, pandangan Bucer sangat mirip dengan Zwingli, tetapi ia ingin sekali mempertahankan kesatuan gereja dengan golongan Lutheran, dan terus-menerus berusaha, khususnya setelah kematian Zwingli, untuk merumuskan suatu pernyataan iman yang akan mempersatukan para reformator Jerman Selatan yang Lutheran dengan para reformator Swiss. Karena itu ia dituduh plin-plan. dan tidak tegas pendiriannya. Pada 1548 ia diutus ke Augsburg untuk menandatangani perjanjian yang disebut "Interim", antara pihak Katolik dan Protestan.[18]

E.     William Farrel (1489 – 13 September 1565)

Farrel adalah seorang evangelis Prancis, dan pendiri Gereja Reformed di kanton Neuchâtel, Berne, Jenewa, dan Vaud di Swiss. Ia paling sering dikenang karena telah membujuk Yohanes Calvin untuk tetap berada di Jenewa pada tahun 1536, dan karena membujuknya untuk kembali ke sana pada tahun 1541, setelah pengusiran mereka pada tahun 1538. Mereka mempengaruhi pemerintah Jenewa hingga kota itu berubah menjadi "Roma Protestan", tempat kaum Protestan berlindung sekaligus tempat kaum non-Protestan diusir. Bersama Calvin, Farel melatih para pengkhotbah misioner yang menyebarkan pengaruh Protestan ke negara-negara lain, khususnya ke Prancis.[19]

 

F.     Yohannes Calvin (1509-1564)

Yohannes Calvin dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah desa di sebelah utara kota Paris, Prancis. Ayahnya bernama Gerard Cauvin. Ibunya bernama Jeanne Lefranc seorang wanita yang cantik dan saleh. Ibunya meminggal tatlkala Yohannes masih muda. Ayahnya bekerja sebagai pegawai uskup di Noyon. Calvin memiliki empat saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan.[20] Calvin dan saudaranya dibesarkan dalam keluarga katolik yang saleh dengan nuansa religius abad pertengahan.[21]

G.    Ulrich Zwingli (1484-1531)

Zwingli dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1484 di Waldhaus, Tonggenburg, Swiss. Ayahnya adalah seorang pemuka dalam desa itu dan ibunya adalah saudara perempuan dari seorang imam. Ia memiliki 7 saudara laki-laki dan 2 orang saudara perempuan. Zwingli di didik dalam agama Katolik, oleh orang tuanya yang takut akan Allah. Sejak kecil Zwingli sudah memperlihatkan kesukaannya akan ilmu pengetahuan. Umur 10 tahun ia dikirim ke Basel untuk sekolah latin, dimana ia belajar bahasa Latin, musik, dialektika.

1.1.4.      Pemikiran-pemikiran Reformator

1.1.4.1.Karya-karya Augustinus

Agustinus mungkin paling dikenal karena Pengakuan-Pengakuan karyanya, yang adalah suatu laporan pribadi kehidupannya dahulu, dan De Civitate Dei (Kota Allah, meliputi 22 buku), yang ia tulis untuk memulihkan rasa percaya diri sesamanya umat Kristen, yang sangat terguncang oleh peristiwa penjarahan Roma yang dilakukan suku bangsa Visigoth pada tahun 410. Tentang Trinitas karyanya, yang di dalamnya ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai 'analogi psikologis' Tritunggal, juga termasuk di antara adikarya Agustinus, dan dapat dikatakan sebagai salah satu karya teologis terbesar hingga zaman sekarang. Ia juga menulis Tentang Pilihan Bebas Kehendak (De libero arbitrio), membahas alasan mengapa Allah memberikan manusia kehendak bebas yang dapat digunakan untuk berbuat jahat.[22]

1.1.4.2.Karya-karya Luther

·         An den Christlichen Adel Deutscher Nation uon des Christlichen standes Besserung (Seruan Kepada Pemmpin-pemimpin Jerman). Dalam karangan ini Luther mengajak para pemimpin untuk memperbarui gereja. Para pemimpin harus memenuhi kewajibannya memerintah dengan menindak penindasan dan pemerasan oleh gereja. Sebagai orang Kristen yang dibaptis, para pemimpin ikut serta dalam “imamat” yang menjadi bagian semua orang percaya. Luther menolak pandangan Katolik Roma bahwa kaum rohaniwan adalah kasta imam tersendiri dan bahwa kaum rohaniwan merupakan “gereja”.

·         De Captivitate Babylonica Ecclesiae Praeludium (Pembuangan Babel Gereja). Dalam karya ini Luther menyerang ketujuh sakramen gereja Katolik Roma. Ia mengurangi jumlah sakramen menjadi dua, yaitu yang ditetapkan Yesus Kristus sendiri; baptisan dan ekaristi. (Mengenai pengakuan dosa Luther tidak begitu jelas. Di satu pihak ia menyebutnya sakramen, tetapi di pihak lain ia mengatakan bahwa hanya baptisan dan ekaristilah sakramen dan pengakuan dosa “hanya cara untuk menegaskan kembali baptisan kita”.)

·         Von der Freihei eines christenmenschen (Kebebasan Orang Kristen). Di sini Luther membedakan antara manusia lahiriah dan batiniah. Mengenai manusia batiniah ia mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman. Hanya karena iman kita dibenarkan, bukan karena perbuatan-perbuatan baik. Iman memperoleh janji Allah, mempersatukan dengan Yesus Kristus, bahkan menggenapkan hukum (dalam hukum pertama dan Kesepuluh Hukum). Perbuatan baik bukan cara untuk memperoleh jalan kepada kebenaran, tetapi buah dari kebenaran dalam manusia adalah sama seperti buah bagi pohon.[23]

1.1.4.3.Karya-karya Philip Melanchton

Melanchthon mempersiapkan suatu teologia yang sistematis untuk golongan reformatoris. Karangan Melanchthon itu disebut Loci Communes, yang diselesaikan pada 1521. Dalam buku itu, ia menguraikan ajaran-ajaran pokok reformatoris terutama mengenai dosa dan anugerah, pertobatan dan keselamatan. Loci merupakan buku dogmatik pertama dari kalangan reformatoris serta mempersiapkan jalan kepada pengakuan Augsburg.[24] Pengakuan Augsburg terdiri dari dua bagian yaitu: Pertama, bagian ini memaparkan pandangan-pandangan Luther dalam 21 pasal. Ada yang tetap mengikuti ajaran Katolik tradisional (misalnya mengenai Allah, dosa turunan, baptisan); yang lain jelas bercorak Lutheran (misalnya mengenai pembenaran, perjamuan kudus, perbuatan baik). Kedua, bagian ini terdiri dari 7 pasal, membicarakan tentang kesewenang-wenangan yang telah diperbaik dalam gereja-gereja Lutheran (misalnya larangan bagi kaum awam untuk minum dari cawan dalam komuni atau larangan menikah bagi kaum rohaniawan). Pada tahu 1540, Philip menerbitkan Pengakuan Iman tersebut dalam edisi yang sudah ditinjau kembali. Terbitan 1531 dari Pengakuan Iman Augburg dan Apologia adalah di antara tulisan-tulisan pengakuan gereja Lutheran.[25]

1.1.4.4.Karya-karya Marthin Bucer

Bucer banyak melakukan reformasi di antaranya terhadap pendidikan dengan mendirikan universitas pada tahun 1524, seminari untuk mendidik pendeta. Selain itu ia juga membuat traktrat yang melawan ajaran gereja Katolik Roma di mana salah satu usaha yang dilakukannya adalah memberikan suatu struktur sendiri kepada gereja. Pada tahun tersebut, ia menerbitkan beberapa karya tentang Perjamuan Kudus, tentang Baptisan Kudus, tentang hari-hari raya gerejawi, dan lain-lain, dan merangkumkan kebenaran-kebenaran pokok untuk anggota-anggota gereja supaya mereka taat kepada Allah dan mengasihi sesama manusia. Periode tahun 1530–1536, Bucer bekerja di bidang penyusunan tata gereja dalam menghentikan pengaruh gereja Katolik Roma dan ajaran dari bidat-bidat. Berdasarkan ajarannya tentang “Predestinasi” dan tentang “Disiplin gerejawi” yang mau ia terapkan sehingga hal ini memenangkan banyak orang. Menurutnya, disiplin gerejawi adalah salah satu ciri gereja yang benar.[26]

1.1.4.5.Karya-karya William Farrel

1.      William Farel le pater noster et le credo en françoys.

2.      William Farel traités messins

3.      William Farel de la tres-sainte cene de notre seigneur Jesus[27]

1.1.4.6.Karya-karya Yohannes Calvin

Calvin pergi ke Starsburg dimana ia bertemu dengan Butzer, kemudian ia terus ke Basel dengan pengharapan akan mendapat kesempatan di kota itu untuk melanjutkan pelajarannya tanpa mendapat gangguan. Disana pada tahun 1535 (ia baru berumur 26 tahun) Calvin menyelesaikan kitab nya yang berjudul “Pengajaran Agama Kristen” yang disebut “Institutio” menurut judulnya latinnya “Christianae Religionis Institutio”.[28]

1.1.4.7.Karya-karya Ulrich Zwingli

Pada tanggal 29 Januari 1523, Zwingli menyusun 67 dalilnya untuk disputasi pertama di Zurich.[29] Sejak 1516, Zwingli sudah mulai berfikir untuk mengupayakan reformasi gereja, dan itu dilakukan berlandaskan keyakinan bahwa Alkitab merupakan otoritas tertinggi dan terakhir di dalam gereja dan masyarakat.[30]

 

1.2.Maksud dan Tujuan Reformator

Dalam pengertiannya ada juga maksud dan Tujuan para Reformator dalam membuat sebuah perubahan atau Reformasi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Reformasi merupakan perubahan secara drastis untuk perbaikan bidang sosial, politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara, seperti Luther yang merupakan seorang Reformator Gereja (Protestan) yang protes terhadap praktek-praktek yang ada di Gereja Katolik dimana Gereja melakukan penyimpangan atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Alkitabiah. Penjualan Surat Idulgensia/ surat penghapusan dosa, korupsi, Alkitab hanya boleh dibuka oleh para Paus. Luther melakukan reformasi dengan menempel ke 95 dalilnya di depan pintu gereja Wittenberg yang intisari dari semuanya adalah “Sola Gratia” hanya karena Anugerah-Nya “Sola Fide” hanya karena Iman dan “Sola Scriptura” karena Alkitab. Keselamatan hanya bisa diperoleh hanya dari ketiga sola tersebut bukan dari hasil ciptaan tangan manusia.

Philip Melanchton juga membantu Ketika terjadi pertikaian antara Zwingli dan Luther mengenai kehadiran Yesus yang nyata dalam perjamuan kudus. Melanchton tetap memihak kepada Luther. Bahkan pada percakapan Marburg pada tahun 1529, Melanchton berlawanan dengan sikap biasanya tetapi bersikeras untuk tetap menyokong Luther. Namun Occolampidus, berhasil menyadarkan bahwa bapa-bapa gereja purba tidak semuanya menyokong pendapat Luther. Ini menyebabkan menjauh dari doktrin Luther tentang kehadiran nyata.[31]

Calvin juga melakukan tujuannya yaitu dimana ia menilai bahwa reformasi Luther masih kurang dan ia juga menambahkan Reformasi nya seperti Kesadaran teokritis yang lebih kuat dan radikal, perubahan bentuk-bentuk hidup gereja, pelaksanaan semangat penginjilan di lapangan sosial dan aktif dilingkungan politik.

Zwingli juga melakukan tujuannya yaitu menciptakan suatu dalil nya pada disputasi pertama nya di Zurich, juga ia mengembangkan pemikiran Calvin yaitu menciptakan jemaat yang teokritis dan Alkitabiah.

1.3.Pengertian Misi

Kata Misi adalah istilah bahasa Indonesia untuk kata latin Missio yang berarti perutusan. Kata Missio adalah kata substansif dari kata kerja Mittera (Mitto, Missi, Missum).[32] Misi adalah kegiatan yang mengandaikan adanya suatu subjek berpribadi.[33]

Tekanan penting “Misi atau pengutusan Allah” berbicara tentang Allah sebagai pengutus, dimana ia adalah sumber, inisiator, dinamisator, pelaksana, dan penggenap misi-Nya.[34] Pengertian yang terakhir ini menyangkut para missionaris untuk memperkenalkan dan menyebarkan Iman Kristen kepada orang-orang (dan bangsa-bangsa) yang belum pernah mendengar tentang Injil yakni kepada orang-orang yang beragama lain atau tidak beragama.[35]

1.4.Tujuan Misi Terhadap Dunia

Misi bertujuan untuk menggali inti hakikatnya yang terdalam, peranannya dalam sejarah penyelamatannya, termasuk posisi nya di dalam gereja dan juga menganlisis pengalaman-pengalaman konkret karya Misi Gereja dalam berhadapan dengan bangsa-bangsa dunia.[36]

Misi adalah realitas mendasar tentang kehidupan kekeristenan kita. Kita adalah orang Kristen sebab kita telah dipanggil oleh Allah untuk bekerja dengan-Nya di dalam mencapai tujuan-tujuan-Nya bagi umat manusia secara keseluruhan.[37]

1.4.1.      Sebagai Perintah Amanat Agung

Dalam Matius 28:18-20 merupakan perintah Yesus kepada murid untuk memberitakan Injil ke seluruh bangsa. Amanat Agung yang diberikan Tuhan Yesus untuk memuridkan segala bangsa akan tetap berlaku sampai akhir zaman. Tugas kita sebagai orang percaya adalah memberitakan Injil kepada setiap suku dan bahasa, kaum dan bangsa. Amanat Agung ini merupakan tugas inti dari Misi, yaitu “Menjadikan murid” dari segala bangsa. Fokus inti misi yaitu menjadikan murid akan melibatkan dan menggerakkan umat Allah sebagai proses pelaksanaan strategi dan tanda taat kepada Allah untuk memberitakan Injil.[38]

1.5.Pemikiran Reformator tentang Misi

Pemikiran Reformator Luther tentang misi, luther dalam Kej 12:1-3 Allah memberi berkat materi, kini Allah menjanjikan berkat yang jauh lebih besar, yang membutuhkan iman.[39] Dalam Kej 12:1-3 semua orang Kristen dipanggil untuk menjalankan misi dari Abraham sampai kita. Allah sendiri adalah pemrakarsa misi itu. Dengan demikian pada luther kita sebenarnya sudah menemukan awal Theologia “Mission Day” yang kini sudah di terima oleh umum.[40]

Calvin melihat misi sebagai PI yang merupakan tugas Hakiki dari umat Allah yang semua diberikan secara khusus kepada rasul sebagai pejabat dengan fungsi memberikan.[41]

1.6.Relevansi Pemikiran Reformator terhadap Misi

1.6.1.      Pemahaman Teologis[42]

Pemahaman teologis para reformator termasuk pada bidang PI dapat kita simpulkan dengan semboyan yang turut diwariskan kepada kita, yaitu Sola Fide, Sola Gratia, Sola Scriptua. Dalam memahami menelusuri pemahaman dan visi tentang misi para reformator ketiga prinsip dasar reformasi diatas ternyata sangat mempengaruhi penafsiran ayat-ayat yang menyangkut PI. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa konsepsi para reformator ikut di warnai oleh situasi zaman. Dengan istilah kita sekarang dapat mengatakan bahwa konsepsi mereka tentang misi sangat kontekstual. Konteks mereka adalah:

1.      Reformasi sebagai tugas utama yang memerlukan segala kemampuan bertheologia agar kontra-reformasi jangan menggagalkan reformasi.

2.      Konteks reformasi tidak dapat melepaskan diri dari kontra-reformasi.

3.      Konteks politik pun kait-mengait dengan kedua konteks diatas dan sangat mempengaruhi jalannya reformasi dan kontra-reformasi.

II.                Kesimpulan

Dari pemamparan diatas dapat kita simpulkan bahwa Para Reformator tetap melaksanakan “Misi” yaitu dalam kehidupan Gereja serta meluruskan dan mengubah suatu polemik masalah dalam gereja. Luther seorang yang berani mengkritik Gereja Katolik, Calvin seorang yang ingin men-radikal kan semangat injil dan disiplin, dan Zwingli yang meneruskan Teokratis oleh Calvin, semua itu merupakan suatu Misi yang muncul demi memperbaiki Gereja dan mengubah dasarnya menjadi Alkitabiah

III.             Daftar Pustaka

Aritonang , Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2016.

Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2018.

Aritonang, Jan Sihar, Garis Besar Sejarah Refromasi,  Bandung : Jurnal Info Media, 2007.

Culver, Jonathan E. Sejarah Gereja Umum. Bandung: Biji Sesawi, 2013.

Curtis, Kenneth dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2011.

Enklaar, H. Berkhof & I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.

Kirk, J. Andrew, Apa Itu Misi, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.

Lane, Tony, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.

Lembong, Ferry H.A., Sejarah Gereja Umum, DEPARTEMEN AGAMA DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN PROTESTAN, 1995.

Nelson, John Campbell, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang Kontekstual, Jakarta: PERSETIA, 1992.

Tarigan, S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Presbiterial Sinodal, Jakarta: Praninta Aksara, 2016.

Tomatala, Jacob, Teologi Misi, Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003.

Willem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 1989.

Woga, Edmund, Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta: KANISIUS, 2002.

 

Sumber Lain

https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi, diakses pada tanggal 26 Januari 2020 Pukul 18:25 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Bucer, diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:40 WIB.

  https://id.wikipedia.org/wiki/William_Farel#cite_ref-7, diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:53.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pustaka_Agustinus_dari_Hippo, diakses pada tanggal 03 Feb. 20, Pukul 16:06.

https://id.wikipedia.org/wiki/Karya_karya_william_farel, diakses pada tanggal 3 February 2020 Pukul 16:40 WIB.



[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi, diakses pada tanggal 26 Januari 2020 Pukul 18:25 WIB.

 

[2] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 28.

[3] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2018), 29.

[4] Ibid,34.

[5] Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 75.

[6] H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 141.

[7] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 144.

[8] Ferry H.A. Lembong, Sejarah Gereja Umum, (DEPARTEMEN AGAMA DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN PROTESTAN, 1995), 115.

[9] H.Berkhof, I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2016), 62

[10] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia,2014), 79

[11] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 132.

[12] F. D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), 168.

[13] Jan. S Aritonang, Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja zaman Modern, 36.

[14] H. Berkof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 120-121.

[15] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 244-245.

[16] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 171.

[17] Ibid, 128.

[18] https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Bucer, diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:40 WIB.

[19] https://id.wikipedia.org/wiki/William_Farel#cite_ref-7, diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:53.

[20] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 65.

[21] S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Tarigan, Presbiterial Sinodal, (Jakarta: Praninta Aksara, 2016), 60-61.

[22] https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pustaka_Agustinus_dari_Hippo, diakses pada tanggal 03 Feb. 20, Pukul 16:06.

[23] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, 133-134.

[24] F. D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 182.

[25] Tony Lane, Runtut Pijar, 139-140.

[26] H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 148.

[27] https://id.wikipedia.org/wiki/Karya_karya_william_farel, diakses pada tanggal 3 February 2020 Pukul 16:40 WIB.

[28] H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 159.

[29] A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, 78.

[30] Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Refromasi, ( Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 33.

[31] Tony Lane, Runtut Pijar, 138

[32] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta: KANISIUS, 2002), 13.

[33] J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 28.

[34] Jacob Tomatala, Teologi Misi, (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 16.

[35] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 14-15.

[36] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 56.

[37] J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi, 36.

[38] Yakob Tomatala, Teologi Misi, 55.

[39] John Campbell Nelson, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang Kontekstual, (Jakarta: PERSETIA, 1992), 7.

[40] Ibid, 9.

[41] John Campbell Nelson, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang Kontekstual, 6.

[42] John Campbell Nelson, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang Kontekstual, 14.

 

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews