I.
Pembahasan
1.1.Reformator
1.1.1. Pengertian
Reformator
Dalam
pengertiannya, Reformator tidak lepas dari Reformasi. Reformasi merupakan
perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut Arti
kata dalam bahasa indonesia Pengertian Reformasi adalah perubahan secara
drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu
masyarakat atau negara. Reformasi yang yang dituju ialah Reformasi Gereja di
Eropa Barat yang dipimpin oleh Martin Luther, Yohannes Calvin, Ulrich Zwingli
yang terjadi pada abad 16-17. Jadi
Reformator ialah Tokoh atau orang yang memimpin adanya suatu perubahan yang
disebut reformasi.[1]
1.1.2. Konteks
Gereja pada masa Reformator
A. Gereja
di Jerman pada Abad 16-17
Uskup
Roma atau Paus semakin memperlihatkan dan mengklaim supremasi atau
keunggulannya atas seluruh gereja, paling tidak di Eropa. Supremasi itu
kemudian tidak hanya diberlakukan atas gereja, melainkan juga atas negara atau
pemerintahan. Klaim supremasi ini kemudian disusul dengan penetapan berbagai
ajaran gereja (katolik Roma) yang tidak hanya bersumber dari Alkitab, melainkan
juga dari tradisi. Di dalamnya antara lain dinyatakan bahwa gereja yang
memiliki dan menentukan keselamatan manusia, dan dalam upaya memperoleh
keselamatan itu baik, jadi tidak cukup mengandalkan iman dan kasih karunia
Allah. Sehubungan dengan itu, kalau seorang mau selamat melintasi purgatorium
(api penyucian) menuju kehidupan kekal, ia harus berbuat banyak hal yang
baik bagi gereja dan harus membeli surat penghapusan siksa dari pejabat gereja
sesuai dengan timbangan dosanya.[2]
Sementara
berkata begitu, banyak pejabat gereja memperlihatkan perilaku yang jauh dari
kesucian dan kesalehan ataupun dari ketergantungan penuh pada rahmat Allah.
Banyak yang hidup dalam gelimang kemewahan maupun perbuatan Amoral, Pelayanan,
Pembinaan dan Penggembalaan kepada umat sangat diabaikan karena manusia
dianggap toh sudah secara otomatis menjadi anggota gereja sejak kelahirannya.
Keadaan ini sangat meresahkan banyak orang termasuk sejumlah rohaniawan yang
masih berusaha memelihara ketertiban hidup dan ketertiban Gereja. Semakin kuat
niat untuk memberi dan memurnikan kehidupan dan ajaran Gereja.[3]
Penyebab
mendasar dari timbulnya reformasi adalah perbedaan antara ajaran dan teologi
dan praktik Gereja (GKR) dengan ajaran Alkitab.[4]
Tetzel, seorang yang diberi kuasa untuk menarik dana untuk membangun sebuah
basilikan baru di Roma. Kiat-kiatnya mengumpulkan dana penjualan Idulgensia (surat
pengampunan dosa) Sungguh sederhana, yaitu menjual pengampunan. Keluarkan lah
mereka (yang telah meninggal) yang kau kasihi dari api penyucian dari uang
bayaran, dan rauplah pengampunan bagi dosa mu sendiri. Gereja penuh dengan
Korupsi jabatan-jabatan gerejawi dibeli kaum bangsawan yang kaya dan lebih
besar.[5]
B. Gereja
di Swiss pada Abad 16-17
Latar Belakang adanya reformasi dalam
Gereja Swiss yaitu suatu gerakan pembaruan, sebagai lanjutan dari Reformasi
Luther, tetapi yang menambahkan beberapa hal yang sangat penting, yang kurang
kurang diperhatikan Luther, yaitu:
a. Kesadaran
Teokratis yang lebih kuat dan radikal.
b. Perubahan
dan pembaruan bentuk-bentuk gereja.
c. Pelaksanaan
semangat Injil dilapangan sosial
d. Sikap
Aktif terhadap politik. Jenis Reformasi itu dinamai Calvinisme.[6]
Ulrich
Zwingli adalah pembina Protestanisme di Swiss dan teolog reformasi Calvinis
pertama ia mengambil sikap protestan hampir pada waktu yang sama dengan Luther
dan hampir sepenuhnya terlepas darinya. Latar belakang mereka berbeda, Luther
diajar “Jalan Modern” oleh pengikutnya Gabriel Biel, sedangkan Zwingli di didik
menurut “Jalan Lama” dari Thomas Aquino. Zwingli berpendapat bahwa suatu
doktrin tidak boleh berlawanan dengan akal, sedangkan pada Luther peranan akal
dalam teologi jauh lebih kurang.[7]
1.1.3. Tokoh-tokoh
Reformator
A. Agustinus
(354-430)
Augustinus lahir pada Tahun 354 di Thagaste (Afrika
Utara) waktu itu bapanya masih kafir, tetapi ibunya, Monica namanya,adalah
seorang kristen yang sangat saleh. Waktu agustinus berumur 26 tahun pergilah ia
ke chartago untuk menuntut ilmu pidato untuk menjadi retor (pengacara, advokad)
pada zaman itu ilmu pidato merupakan mata pekajaran pokok disetiap sekolah.
Orang fasih berbicara akan lebih mudah memperoleh sesuatu jabtan tinggi dalam
pemerintahan.[8]
Ia belajar rajin, lagi pula ia sangat pintar tetapi ia hidup dalam percabulan.
Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari seorang gadis yang hidup
bersamanya selama 14 tahun. Waktu mulai 19 tahun Augustinus mulai sadar setelah
membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah ia mencari kebenaran yang satu-satunya.
Tetapi alkitab belum menarik perhatiannya, karena pada hematnya kitab kudus itu kurang mendalam filsafatnya bahkan
kasar isi dan sususnannya.[9] Ia
lebih suka menyelidiki salah satu aliran gnostik yang berasal dari persia,
yaitu Manikheisme. Monika sangat sedih
melihat anaknya menempuh jalan sesat itu, tetapi ia di hibur oleh seorang uskup
yang berkata kepadanya “seorang anak yang
begitu banyak didoakan dengan air mata, mustahil akan binasa.[10]
B. Martin
Luther (1483-1546)
Marthin Luther pada tahun 1483 di
Eisleben, Jerman.[11] Luther berasal dari suatu keluarga petani di
negeri Thüringen.[12]
Ia mengaku, “Ich bin Bauern Sohn”
(saya anak petani). Ia ingin meyakinkan orang bahwa dirinya adalah bagian dari
kesederhanaan yang menyedapkan dan kemiskinan yang menggetirkan dsari kehidupan
petani gurem.[13]Ayahnya
Hans Luther menjadi pencebak (penggali) di tambang tembaga dekat Eisleben,
seorang yang sangat rajin.[14]
Ibunya, Margareta, mengajarkan dia untuk takut akan Allah. Baik di rumah hingga
sekolah dasar, Luther muda belajar untuk menghormati Gereja Katolik dan
kepausannya. Pada usia 18 tahun, ia sudah kuliah di Universitas Erfurtd dan
berhasil meraih gelar Bachelors dalam waktu satu tahun. Dua tahun kemudian, ia
juga berhasil menambahi dengan gelar Magister. Sebagai seorang mahasiswa,
beliau berusaha mempraktikkan ajaran-ajaran Gereja dan berbuat baik.[15]
Luther mulai menyebarkan beberapa pemikiran di
kalangan para kolega di Universitas Wittenberg. Titik meletusnya Gerakan
reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia pada masa
pemerintahan Leo X untuk membangun gedung gereja Rasul Petrus di Roma. Dengan
cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan iman tidak
dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Luther
tidak dapat menerima praktek itu dengan berdiam diri saja. Kemudian mengundang
intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai surat indulgensia
yang kemudian Luther merumuskan 95 dalilnya dan ditempelkan di pintu gerbang
Gereja Istana Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517.[16]
Esok harinya yaitu pada tanggal 1 November, banyak sekali orang masuk melalui
pintu itu, berhubungan dengan perayaan “segala orang kudus” dan sudah tentu
banyak ahli teologia akan mencoba undangan tersebut.[17]
C. Philip
Melanchton (1497-1560)
Philip Melanchton lahir pada tahun
1497 di Jerman Selatan. Ia adalah anggota keluarga Johannes Reuchilm
(1455-1522), seorang Humanis Jerman terkenal dan orang Kristen yang ahli bahasa
Ibrani terkemuka pada zamannya. Ia belajar di Universitas Heidelberg dan
Tubingen. Ia diangkat sebagai guru besar bahasa Yunani di Universitas
Wittenberg pada tahun 1518 dan pada 1519 ia bergabung pada fakultas teologi.
Pada waktu itu tujuan Melanchton adalah untuk menyelamatkan teologi dari
penyimpangan-penyimpangan filsafat dan memberinya dasar yang kokoh di atas
Alkitab. Ketika terjadi pertikaian antara Luther dan Zwingli mengenai kehadiran
Kristus yang nyata dalam Perjamuan Kudus, Melanchton memihak kepada Luther.
Namun Oecolampidus berhasil menyadarkannya bahwa Bapa-bapa purba tidak semuanya
menyokong pendapat Luther. Ini menyebabkan Melanchton menjauhkan diri dari
doktrin Luther tentang kehadiran nyata. Pada tahun 1540, ia menerbitkan versi Pengakuan
Iman Augsburg yang sudah ditinjau kembali dan tidak lagi mengajar tentang
kehadiran nyata. Locci Communes edisi 1555 juga tidak lagi menyebut
kehadiran nyata.
D. Marthin
Bucer (1491–1551)
Marthin adalah seorang reformator
Protestan Jerman.Ia dilahirkan pada 1491 di Schlettstadt, daerah Alsace
(sekarang Sélestat, di Prancis). Pada 1506 ia memasuki Ordo Dominikan, dan
diutus untuk belajar di Heidelberg. Di sana ia berkenalan dengan karya-karya
Erasmus dan Luther. Ia pun hadir pada sebuah perdebatan tentang Luther dengan
sejumlah pakar Kepausan. Ia beralih kepada pandangan-pandangan Reformasi,
meninggalkan ordonya dengan surat dispensasi kepausan pada 1521, dan tak lama
kemudian menikah dengan seorang biarawati, Elisabeth Silbereisen.
Pada 1522 ia menjadi pendeta di
Landstuhl di daerah Palatinate, dan berkeliling ke sana kemari untuk
menyebarkan doktrin Hervormd. Setelah diekskomunikasi pada 1523 ia membentuk
markasnya di Strassburg. Di sana ia menggantikan Matthew Zell. Henry VIII dari
Inggris meminta nasihatnya sehubungan dengan rencana perceraiannya dengan
Catherine dari Aragon. Tentang sakramen Perjamuan Kudus, pandangan Bucer sangat
mirip dengan Zwingli, tetapi ia ingin sekali mempertahankan kesatuan gereja
dengan golongan Lutheran, dan terus-menerus berusaha, khususnya setelah
kematian Zwingli, untuk merumuskan suatu pernyataan iman yang akan
mempersatukan para reformator Jerman Selatan yang Lutheran dengan para
reformator Swiss. Karena itu ia dituduh plin-plan. dan tidak tegas
pendiriannya. Pada 1548 ia diutus ke Augsburg untuk menandatangani perjanjian
yang disebut "Interim", antara pihak Katolik dan Protestan.[18]
E. William
Farrel (1489 – 13 September 1565)
Farrel
adalah seorang evangelis Prancis, dan pendiri Gereja Reformed di kanton
Neuchâtel, Berne, Jenewa, dan Vaud di Swiss. Ia paling sering dikenang karena
telah membujuk Yohanes Calvin untuk tetap berada di Jenewa pada tahun 1536, dan
karena membujuknya untuk kembali ke sana pada tahun 1541, setelah pengusiran
mereka pada tahun 1538. Mereka mempengaruhi pemerintah Jenewa hingga kota itu
berubah menjadi "Roma Protestan", tempat kaum Protestan berlindung
sekaligus tempat kaum non-Protestan diusir. Bersama Calvin, Farel melatih para
pengkhotbah misioner yang menyebarkan pengaruh Protestan ke negara-negara lain,
khususnya ke Prancis.[19]
F. Yohannes
Calvin (1509-1564)
Yohannes
Calvin dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah desa di sebelah
utara kota Paris, Prancis. Ayahnya bernama Gerard Cauvin. Ibunya bernama Jeanne
Lefranc seorang wanita yang cantik dan saleh. Ibunya meminggal tatlkala
Yohannes masih muda. Ayahnya bekerja sebagai pegawai uskup di Noyon. Calvin
memiliki empat saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan.[20]
Calvin dan saudaranya dibesarkan dalam keluarga katolik yang saleh dengan
nuansa religius abad pertengahan.[21]
G. Ulrich
Zwingli (1484-1531)
Zwingli dilahirkan pada tanggal 1
Januari 1484 di Waldhaus, Tonggenburg, Swiss. Ayahnya adalah seorang pemuka
dalam desa itu dan ibunya adalah saudara perempuan dari seorang imam. Ia
memiliki 7 saudara laki-laki dan 2 orang saudara perempuan. Zwingli di didik
dalam agama Katolik, oleh orang tuanya yang takut akan Allah. Sejak kecil
Zwingli sudah memperlihatkan kesukaannya akan ilmu pengetahuan. Umur 10 tahun
ia dikirim ke Basel untuk sekolah latin, dimana ia belajar bahasa Latin, musik,
dialektika.
1.1.4. Pemikiran-pemikiran
Reformator
1.1.4.1.Karya-karya
Augustinus
Agustinus
mungkin paling dikenal karena Pengakuan-Pengakuan karyanya, yang adalah suatu
laporan pribadi kehidupannya dahulu, dan De Civitate Dei (Kota Allah,
meliputi 22 buku), yang ia tulis untuk memulihkan rasa percaya diri sesamanya
umat Kristen, yang sangat terguncang oleh peristiwa penjarahan Roma yang
dilakukan suku bangsa Visigoth pada tahun 410. Tentang Trinitas karyanya, yang
di dalamnya ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai 'analogi psikologis'
Tritunggal, juga termasuk di antara adikarya Agustinus, dan dapat dikatakan
sebagai salah satu karya teologis terbesar hingga zaman sekarang. Ia juga
menulis Tentang Pilihan Bebas Kehendak (De libero arbitrio),
membahas alasan mengapa Allah memberikan manusia kehendak bebas yang dapat
digunakan untuk berbuat jahat.[22]
1.1.4.2.Karya-karya
Luther
·
An den Christlichen Adel Deutscher Nation uon
des Christlichen standes Besserung (Seruan
Kepada Pemmpin-pemimpin Jerman). Dalam karangan ini Luther mengajak para
pemimpin untuk memperbarui gereja. Para pemimpin harus memenuhi kewajibannya
memerintah dengan menindak penindasan dan pemerasan oleh gereja. Sebagai orang
Kristen yang dibaptis, para pemimpin ikut serta dalam “imamat” yang menjadi
bagian semua orang percaya. Luther menolak pandangan Katolik Roma bahwa kaum
rohaniwan adalah kasta imam tersendiri dan bahwa kaum rohaniwan merupakan
“gereja”.
·
De Captivitate Babylonica Ecclesiae Praeludium (Pembuangan
Babel Gereja). Dalam karya ini Luther menyerang ketujuh sakramen gereja Katolik
Roma. Ia mengurangi jumlah sakramen menjadi dua, yaitu yang ditetapkan Yesus Kristus
sendiri; baptisan dan ekaristi. (Mengenai pengakuan dosa Luther tidak begitu
jelas. Di satu pihak ia menyebutnya sakramen, tetapi di pihak lain ia
mengatakan bahwa hanya baptisan dan ekaristilah sakramen dan pengakuan dosa
“hanya cara untuk menegaskan kembali baptisan kita”.)
·
Von der Freihei eines christenmenschen (Kebebasan
Orang Kristen). Di sini Luther membedakan antara manusia lahiriah dan batiniah.
Mengenai manusia batiniah ia mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman.
Hanya karena iman kita dibenarkan, bukan karena perbuatan-perbuatan baik. Iman
memperoleh janji Allah, mempersatukan dengan Yesus Kristus, bahkan menggenapkan
hukum (dalam hukum pertama dan Kesepuluh Hukum). Perbuatan baik bukan cara
untuk memperoleh jalan kepada kebenaran, tetapi buah dari kebenaran dalam
manusia adalah sama seperti buah bagi pohon.[23]
1.1.4.3.Karya-karya
Philip Melanchton
Melanchthon mempersiapkan suatu
teologia yang sistematis untuk golongan reformatoris. Karangan Melanchthon itu
disebut Loci Communes, yang
diselesaikan pada 1521. Dalam buku itu, ia menguraikan ajaran-ajaran pokok
reformatoris terutama mengenai dosa dan anugerah, pertobatan dan keselamatan. Loci merupakan buku dogmatik pertama
dari kalangan reformatoris serta mempersiapkan jalan kepada pengakuan Augsburg.[24]
Pengakuan Augsburg terdiri dari dua bagian yaitu: Pertama, bagian ini
memaparkan pandangan-pandangan Luther dalam 21 pasal. Ada yang tetap mengikuti
ajaran Katolik tradisional (misalnya mengenai Allah, dosa turunan, baptisan);
yang lain jelas bercorak Lutheran (misalnya mengenai pembenaran, perjamuan
kudus, perbuatan baik). Kedua, bagian ini terdiri dari 7 pasal, membicarakan
tentang kesewenang-wenangan yang telah diperbaik dalam gereja-gereja Lutheran
(misalnya larangan bagi kaum awam untuk minum dari cawan dalam komuni atau
larangan menikah bagi kaum rohaniawan). Pada tahu 1540, Philip menerbitkan
Pengakuan Iman tersebut dalam edisi yang sudah ditinjau kembali. Terbitan 1531
dari Pengakuan Iman Augburg dan Apologia adalah di antara tulisan-tulisan
pengakuan gereja Lutheran.[25]
1.1.4.4.Karya-karya
Marthin Bucer
Bucer banyak melakukan reformasi di
antaranya terhadap pendidikan dengan mendirikan universitas pada tahun 1524,
seminari untuk mendidik pendeta. Selain itu ia juga membuat traktrat yang melawan
ajaran gereja Katolik Roma di mana salah satu usaha yang dilakukannya adalah
memberikan suatu struktur sendiri kepada gereja. Pada tahun tersebut, ia
menerbitkan beberapa karya tentang Perjamuan Kudus, tentang Baptisan Kudus,
tentang hari-hari raya gerejawi, dan lain-lain, dan merangkumkan
kebenaran-kebenaran pokok untuk anggota-anggota gereja supaya mereka taat
kepada Allah dan mengasihi sesama manusia. Periode tahun 1530–1536, Bucer
bekerja di bidang penyusunan tata gereja dalam menghentikan pengaruh gereja
Katolik Roma dan ajaran dari bidat-bidat. Berdasarkan ajarannya tentang
“Predestinasi” dan tentang “Disiplin gerejawi” yang mau ia terapkan sehingga
hal ini memenangkan banyak orang. Menurutnya, disiplin gerejawi adalah salah
satu ciri gereja yang benar.[26]
1.1.4.5.Karya-karya
William Farrel
1. William Farel
le pater noster et le credo en françoys.
2. William Farel
traités messins
3. William Farel
de la tres-sainte cene de notre seigneur Jesus[27]
1.1.4.6.Karya-karya
Yohannes Calvin
Calvin
pergi ke Starsburg dimana ia bertemu dengan Butzer, kemudian ia terus ke Basel
dengan pengharapan akan mendapat kesempatan di kota itu untuk melanjutkan
pelajarannya tanpa mendapat gangguan. Disana pada tahun 1535 (ia baru berumur
26 tahun) Calvin menyelesaikan kitab nya yang berjudul “Pengajaran Agama
Kristen” yang disebut “Institutio” menurut judulnya latinnya
“Christianae Religionis Institutio”.[28]
1.1.4.7.Karya-karya
Ulrich Zwingli
Pada tanggal 29 Januari 1523, Zwingli
menyusun 67 dalilnya untuk disputasi pertama di Zurich.[29] Sejak 1516, Zwingli sudah mulai berfikir untuk
mengupayakan reformasi gereja, dan itu dilakukan berlandaskan keyakinan bahwa
Alkitab merupakan otoritas tertinggi dan terakhir di dalam gereja dan
masyarakat.[30]
1.2.Maksud
dan Tujuan Reformator
Dalam
pengertiannya ada juga maksud dan Tujuan para Reformator dalam membuat sebuah
perubahan atau Reformasi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
Reformasi merupakan perubahan secara drastis untuk perbaikan bidang sosial,
politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara, seperti Luther yang
merupakan seorang Reformator Gereja (Protestan) yang protes terhadap
praktek-praktek yang ada di Gereja Katolik dimana Gereja melakukan penyimpangan
atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Alkitabiah. Penjualan Surat
Idulgensia/ surat penghapusan dosa, korupsi, Alkitab hanya boleh dibuka oleh
para Paus. Luther melakukan reformasi dengan menempel ke 95 dalilnya di depan
pintu gereja Wittenberg yang intisari dari semuanya adalah “Sola Gratia” hanya
karena Anugerah-Nya “Sola Fide” hanya karena Iman dan “Sola Scriptura” karena
Alkitab. Keselamatan hanya bisa diperoleh hanya dari ketiga sola tersebut bukan
dari hasil ciptaan tangan manusia.
Philip
Melanchton juga membantu Ketika terjadi pertikaian antara Zwingli dan Luther
mengenai kehadiran Yesus yang nyata dalam perjamuan kudus. Melanchton tetap
memihak kepada Luther. Bahkan pada percakapan Marburg pada tahun 1529,
Melanchton berlawanan dengan sikap biasanya tetapi bersikeras untuk tetap
menyokong Luther. Namun Occolampidus, berhasil menyadarkan bahwa bapa-bapa
gereja purba tidak semuanya menyokong pendapat Luther. Ini menyebabkan menjauh
dari doktrin Luther tentang kehadiran nyata.[31]
Calvin
juga melakukan tujuannya yaitu dimana ia menilai bahwa reformasi Luther masih
kurang dan ia juga menambahkan Reformasi nya seperti Kesadaran teokritis yang
lebih kuat dan radikal, perubahan bentuk-bentuk hidup gereja, pelaksanaan
semangat penginjilan di lapangan sosial dan aktif dilingkungan politik.
Zwingli
juga melakukan tujuannya yaitu menciptakan suatu dalil nya pada disputasi
pertama nya di Zurich, juga ia mengembangkan pemikiran Calvin yaitu menciptakan
jemaat yang teokritis dan Alkitabiah.
1.3.Pengertian
Misi
Kata
Misi adalah istilah bahasa Indonesia untuk kata latin Missio yang
berarti perutusan. Kata Missio adalah kata substansif dari kata
kerja Mittera (Mitto, Missi, Missum).[32] Misi
adalah kegiatan yang mengandaikan adanya suatu subjek berpribadi.[33]
Tekanan penting
“Misi atau pengutusan Allah” berbicara tentang Allah sebagai pengutus, dimana
ia adalah sumber, inisiator, dinamisator, pelaksana, dan penggenap misi-Nya.[34]
Pengertian yang terakhir ini menyangkut para missionaris untuk memperkenalkan
dan menyebarkan Iman Kristen kepada orang-orang (dan bangsa-bangsa) yang belum
pernah mendengar tentang Injil yakni kepada orang-orang yang beragama lain atau
tidak beragama.[35]
1.4.Tujuan
Misi Terhadap Dunia
Misi
bertujuan untuk menggali inti hakikatnya yang terdalam, peranannya dalam
sejarah penyelamatannya, termasuk posisi nya di dalam gereja dan juga
menganlisis pengalaman-pengalaman konkret karya Misi Gereja dalam berhadapan
dengan bangsa-bangsa dunia.[36]
Misi adalah
realitas mendasar tentang kehidupan kekeristenan kita. Kita adalah orang
Kristen sebab kita telah dipanggil oleh Allah untuk bekerja dengan-Nya di dalam
mencapai tujuan-tujuan-Nya bagi umat manusia secara keseluruhan.[37]
1.4.1. Sebagai
Perintah Amanat Agung
Dalam
Matius 28:18-20 merupakan perintah Yesus kepada murid untuk memberitakan Injil
ke seluruh bangsa. Amanat Agung yang diberikan Tuhan Yesus untuk memuridkan
segala bangsa akan tetap berlaku sampai akhir zaman. Tugas kita sebagai orang
percaya adalah memberitakan Injil kepada setiap suku dan bahasa, kaum dan
bangsa. Amanat Agung ini merupakan tugas inti dari Misi, yaitu “Menjadikan
murid” dari segala bangsa. Fokus inti misi yaitu menjadikan murid akan
melibatkan dan menggerakkan umat Allah sebagai proses pelaksanaan strategi dan
tanda taat kepada Allah untuk memberitakan Injil.[38]
1.5.Pemikiran
Reformator tentang Misi
Pemikiran
Reformator Luther tentang misi, luther dalam Kej 12:1-3 Allah memberi berkat
materi, kini Allah menjanjikan berkat yang jauh lebih besar, yang membutuhkan
iman.[39]
Dalam Kej 12:1-3 semua orang Kristen dipanggil untuk menjalankan misi dari
Abraham sampai kita. Allah sendiri adalah pemrakarsa misi itu. Dengan demikian
pada luther kita sebenarnya sudah menemukan awal Theologia “Mission Day”
yang kini sudah di terima oleh umum.[40]
Calvin
melihat misi sebagai PI yang merupakan tugas Hakiki dari umat Allah yang semua
diberikan secara khusus kepada rasul sebagai pejabat dengan fungsi memberikan.[41]
1.6.Relevansi
Pemikiran Reformator terhadap Misi
1.6.1. Pemahaman
Teologis[42]
Pemahaman teologis
para reformator termasuk pada bidang PI dapat kita simpulkan dengan semboyan
yang turut diwariskan kepada kita, yaitu Sola Fide, Sola Gratia, Sola
Scriptua. Dalam memahami menelusuri pemahaman dan visi tentang misi para
reformator ketiga prinsip dasar reformasi diatas ternyata sangat mempengaruhi
penafsiran ayat-ayat yang menyangkut PI. Dengan demikian kita dapat mengatakan
bahwa konsepsi para reformator ikut di warnai oleh situasi zaman. Dengan
istilah kita sekarang dapat mengatakan bahwa konsepsi mereka tentang misi
sangat kontekstual. Konteks mereka adalah:
1. Reformasi
sebagai tugas utama yang memerlukan segala kemampuan bertheologia agar
kontra-reformasi jangan menggagalkan reformasi.
2. Konteks
reformasi tidak dapat melepaskan diri dari kontra-reformasi.
3. Konteks
politik pun kait-mengait dengan kedua konteks diatas dan sangat mempengaruhi
jalannya reformasi dan kontra-reformasi.
II.
Kesimpulan
Dari
pemamparan diatas dapat kita simpulkan bahwa Para Reformator tetap melaksanakan
“Misi” yaitu dalam kehidupan Gereja serta meluruskan dan mengubah suatu polemik
masalah dalam gereja. Luther seorang yang berani mengkritik Gereja Katolik,
Calvin seorang yang ingin men-radikal kan semangat injil dan disiplin, dan
Zwingli yang meneruskan Teokratis oleh Calvin, semua itu merupakan suatu Misi
yang muncul demi memperbaiki Gereja dan mengubah dasarnya menjadi Alkitabiah
III.
Daftar Pustaka
Aritonang , Jan
S., Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2016.
Aritonang, Jan S.,
Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2018.
Aritonang,
Jan Sihar, Garis Besar Sejarah Refromasi, Bandung : Jurnal
Info Media, 2007.
Culver, Jonathan
E. Sejarah Gereja Umum. Bandung: Biji Sesawi, 2013.
Curtis, Kenneth
dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta: Gunung Mulia,
2011.
Enklaar, H.
Berkhof & I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
Kirk, J. Andrew, Apa
Itu Misi, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Lane, Tony, Runtut
Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Lembong, Ferry H.A., Sejarah
Gereja Umum, DEPARTEMEN
AGAMA DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN PROTESTAN, 1995.
Nelson, John
Campbell, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang Kontekstual, Jakarta:
PERSETIA, 1992.
Tarigan, S.
Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Presbiterial Sinodal, Jakarta:
Praninta Aksara, 2016.
Tomatala, Jacob, Teologi
Misi, Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003.
Willem, F. D., Riwayat
Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia,
1989.
Woga, Edmund, Dasar-Dasar
Misiologi, Yogyakarta: KANISIUS, 2002.
Sumber Lain
https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi,
diakses pada tanggal 26 Januari 2020 Pukul 18:25 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Bucer,
diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:40 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/William_Farel#cite_ref-7, diakses pada
tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:53.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pustaka_Agustinus_dari_Hippo,
diakses pada tanggal 03 Feb. 20, Pukul 16:06.
https://id.wikipedia.org/wiki/Karya_karya_william_farel,
diakses pada tanggal 3 February 2020 Pukul 16:40 WIB.
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi,
diakses pada tanggal 26 Januari 2020 Pukul 18:25 WIB.
[2] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar
Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia,
2016), 28.
[3] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di sekitar
Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia,
2018), 29.
[4] Ibid,34.
[5] Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 75.
[6] H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2018), 141.
[7] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),
144.
[8] Ferry H.A. Lembong, Sejarah Gereja Umum, (DEPARTEMEN AGAMA
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN PROTESTAN, 1995), 115.
[9] H.Berkhof, I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2016),
62
[10] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung
Mulia,2014), 79
[11]
Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2012), 132.
[12]
F. D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarta:
Gunung Mulia, 1989), 168.
[13]
Jan. S Aritonang, Reformasi dari Dalam
Sejarah Gereja zaman Modern, 36.
[14]
H. Berkof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 120-121.
[15] Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, 244-245.
[16] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah
Gereja, 171.
[17] Ibid, 128.
[18] https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Bucer,
diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:40 WIB.
[19] https://id.wikipedia.org/wiki/William_Farel#cite_ref-7,
diakses pada tanggal 30 Jan. 20 Pukul 15:53.
[20] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah
Gereja, 65.
[21] S. Jonathan Meliala & Berthalyna Br. Tarigan, Presbiterial
Sinodal, (Jakarta: Praninta Aksara, 2016), 60-61.
[22] https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pustaka_Agustinus_dari_Hippo,
diakses pada tanggal 03 Feb. 20, Pukul 16:06.
[23] Tony Lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, 133-134.
[24] F. D. Willem, Riwayat Hidup
Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 182.
[25] Tony Lane, Runtut Pijar,
139-140.
[26] H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2018), 148.
[27] https://id.wikipedia.org/wiki/Karya_karya_william_farel,
diakses pada tanggal 3 February 2020 Pukul 16:40 WIB.
[28] H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2018), 159.
[29] A. Kenneth Curtis, dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah
Kristen, 78.
[30] Jan Sihar
Aritonang, Garis Besar Sejarah Refromasi,
( Bandung : Jurnal Info Media, 2007), 33.
[31] Tony Lane, Runtut Pijar, 138
[32] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, (Yogyakarta: KANISIUS,
2002), 13.
[33] J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012),
28.
[34] Jacob Tomatala, Teologi Misi, (Jakarta: YT Leadership
Foundation, 2003), 16.
[35] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 14-15.
[36] Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 56.
[37] J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi, 36.
[38] Yakob Tomatala, Teologi Misi, 55.
[39] John Campbell Nelson, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang
Kontekstual, (Jakarta: PERSETIA, 1992), 7.
[40] Ibid, 9.
[41] John Campbell Nelson, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang
Kontekstual, 6.
[42] John Campbell Nelson, dkk, Mengupayakan Misi Gereja Yang
Kontekstual, 14.
Post a Comment