wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Gerakan Misi dalam Kehidupan Jemaat Mula-mula dan Para Rasul

 

I.                   Pembahasan

1.1  Landasan Alkitab tentang Misi

2.2.1. Misi dalam Perjanjian Lama

Dalam kitab Kejadian 1:28, Adam diberi mandat misi untuk memenuhi, menguasai, dan menaklukkan bumi bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan memberi tanggungjawab sebagai mandat untuk dilakukan Adam dalam mewujudkan damai sejahtera atau syalom bagi bumi dan segala isinya.17 Pemberian mandat dan tanggungjawab dari Allah kepada orang yang dipilih-Nya merupakan tugas misi Allah untuk kesejahteraan umat manusia dan segala ciptaan-Nya.

Allah dalam karya-Nya tentu melibatkan manusia sebagai rekan kerja untuk mewujudkan damai sejahtera bagi semua ciptaan-Nya. Dalam kitab Kejadian 12 dijelaskan tentang pemanggilan Abram untuk keluar dari negerinya dan kaum keluarganya demi mewujudkan misi Allah, yaitu menjadi berkat bagi semua bangsa di bumi.18 Lebih jelasnya kitab Kejadian 12:1-3 mengatakan: “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah Bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau, menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orangorang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Ayat di atas jelas bahwa Allah memanggil Abram keluar dari negerinya dan kaum keluarganya dengan maksud menjadi berkat bagi bangsa lain. Allah memiliki misi untuk memberkati semua kaum di muka bumi melalui Abram. Abram diperintahkan untuk pergi ke negeri lain agar keselamatan dari Allah dapat disaksikan oleh orang lain dan kesaksian Abram tentang kasih Allah diwujudkan dalam ketaatannya kepada perintah Allah.

Dalam kitab 1 Samuel 3:10 dikatakan “Berbicaralah, sebab hambamu ini mendengar.” Ayat ini menegaskan respon Samuel atas panggilan Tuhan kepada dirinya untuk menjadi utusan Tuhan menyampaikan berita pembebasan bagi bangsa Israel dan hukuman bagi imam Eli dan keluarganya. Samuel dipanggil Tuhan untuk melaksanakan misi Allah, yaitu hukuman kepada keluarga Eli karena dosa anak-anaknya dan Samuel menjadi nabi Israel. Pemanggilan seseorang untuk menyampaikan nubuat dan berita baik pembebasan maupun hukuman, merupakan cara Tuhan melibatkan umatNya untuk melaksanakan misi Tuhan Allah bagi dunia. Setiap panggilan Allah harus di terima atau direspon dengan baik. Sebab jika ditolak ataupun diabaikan maka akan membawa dampak baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Yunus dipanggil Tuhan ke kota Niniwe menyampaikan hukuman Tuhan agar orang-orang Niniwe bertobat dan berbalik kepada Tuhan (Yun. 1). Panggilan Tuhan kepada Yunus untuk 14 melaksanakan misi ke Niniwe dimaksudkan agar orang-orang Niniwe bertobat dan tidak dibinasakan. Penolakan atas panggilan dan perintah Tuhan bagi seseorang berdampak negatif karena Tuhan akan menghukum dengan berbagai cara.

Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bahwa dalam Perjanjian Lama misi Allah telah dilaksanakan untuk memberitakan keselamatan dan berkat dari Tuhan kepada semua manusia dan seluruh ciptaan. Allah memanggil orang yang dianggap mampu untuk melakukan misi-Nya agar keselamatan dari Allah dapat dilihat dan dialami orang lain.

2.2.2. Misi dalam Perjanjian Baru

Injil Matius 28:18-20 menjadi dasar bagi umat Kristen dalam melaksanakan misi bagi orang lain karena pada ayat tersebut tersirat perintah untuk melanjutkan pelayanan Yesus Kristus memberitakan Injil.19 Dalam Matius 28:18-20 dikatakan: Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Ayat ini memuat tiga perintah yang harus dilakukan oleh para murid Yesus untuk melaksanakan pelayanan misi, yaitu, pertama: menjadikan semua bangsa murid Yesus, kedua: 19 Veronika J. Elbers. Gereja Misioner, (Malang: Literatur SAAT, 2015), h. 1 15 membaptis orang-orang yang menerima Yesus Kristus dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan yang ketiga: mengajarkan mereka segala sesuatu yang telah diajarkan Yesus Kristus. Yesus telah melaksanakan misi Allah, maka murid-murid pun harus melakukan dan melanjutkan misi tersebut.

Sebelum Yesus naik ke sorga, Ia telah berkali-kali melakukan pengutusan bagi murid-murid-Nya sebagai cara untuk melatih para murid melaksanakan misi Allah agar mereka tahu dan paham tentang tujuan Yesus datang kedalam dunia ini. Pengutusan murid-murid kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel untuk memberitakan Kerajaan Sorga sudah dekat dan dalam pengutusan tersebut ada kuasa dan tugas yang diberikan, yaitu menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta dan mengusir setan-setan, sebab mereka telah menerima dengan cuma-cuma, maka para murid juga harus memberikan dengan cuma-cuma (Mat. 10:5-15). Ayat ini menjelaskan Yesus mengutus dua belas murid atau rasul untuk memberitakan Kerajaan Sorga.

Misi penyembuhan juga dilakukan oleh seorang yang disembuhkan Yesus dari roh jahat di Gerasa dimana Yesus mengutusnya kembali ke kampungnya untuk memberitakan bagaimana Allah melakukan perbuatan yang besar kepadanya (Mrk. 5:19-20). Pelayanan serupa dilakukan oleh Paulus ketika 16 suda bertobat dari kejahatannya mengejar dan membunuh pengikut Yesus, Rasul Paulus melakukan pemberitaan Injil ke berbagai daerah. Pemanggilan dan pengutusan Paulus terjadi di jalan menuju Damsyik. Allah menyatakan bahwa Paulus adalah alat pilihan-Nya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang nonYahudi (Kis. 9:15).

Paulus dan Barnabas adalah misionaris yang dipanggil khusus oleh Tuhan sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Kisah Para Rasul 13:1-3 bahwa: Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilaya Herodes, dan Saulus. Pada suatu ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Ayat ini menegaskan bahwa Allah memiliki cara untuk memanggil secara khusus orang-orang yang akan dipakai dalam pelayanan misi-Nya demi terwujudnya Kerajaan-Nya di bumi. Paulus dan Barnabas adalah misionaris yang terkenal dan telah membuat banyak orang bertobat dan menerima Injil dalam pelayanannya.

Dalam kitab Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan 17 kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Dalam ayat ini ada tiga hal yang ditekankan, yaitu penginjilan merupakan tugas bersaksi tentang Yesus Kristus, penginjilan dijamin dan diteguhkan oleh Roh Kudus dan penginjilan ditujukan kepada semua orang di bumi. Kitab Kisah Para Rasul ini merupakan titik lanjut dari Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Allah telah memprakarsai pemberitaan Injil, sebab itu Allah berdaulat sepenuhnya untuk menyelamatkan manusia. Dalam kitab Efesus 2:8-10 dikatakan: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh karena iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.

Ayat tersebut dengan jelas mengatakan bahwa karya penyelamatan adalah karya Allah dan keselamatan diberikan kepada manusia dengan anugerah dalam Yesus Kristus. Keselamatan itu harus direspon memberitakan kebaikan Allah kepada manusia.

Misi yang dilakukan oleh Gereja harus berpusat pada Yesus Kristus sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab 1 Korintus 15: 1- 4 bahwa: “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang didalamnya kamu teguh berdiri. 18 kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu – kecuali kalau kamu telah siasia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci.” Dari ayat ini Paulus menekankan betapa pentingnya berpegang teguh pada Injil Yesus Kristus yang telah berkorban bagi manusia.

Misi adalah tanggung jawab semua orang percaya kepada Yesus Kristus sebagai respon atas karya keselamatan yang telah diterimanya. Pemberitaan Injil tidak hanya dilakukan oleh orangorang profesional saja, tetapi kaum awam juga dapat melaksanakannya sebagaimana dijelaskan dalam kitab Kisah Para Rasul 11: 19-21, bahwa: Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenesia, Siprus, dan Anthiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi diantara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Anthiokhia dan berkata-kata juga kepada orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Allah dalam menyatakan kuasa-Nya melalui tuntunan Roh Kudus tidak memandang siapapun yang akan dipakainya 19 menyatakan misi-Nya dan siapapun yang dengan Ikhlas memberitakan karyan-Nya di dalam dunia sesuai dengan ayat di atas.[1]

1.2  Pengertian Jemaat mula-mula

Hari kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta Pentakosta. Murid – murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Dimana orang menyambut Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, disana terbentuklah jemaat-jemaat kecil.  Permulaan Gereja dapat kita pelajari dari Kitab Kisah Rasul-rasul yang melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira dan berbahagia.[2] Pernyataan pertama dalam jemaat mula-mula pada hari Pentakosta mencapai puncaknya dalam penegasan bahwa “Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis 2:36).[3] Jemaat Kristen pertama terdiri dari orang-orang  Yahudi.Mereka selalu mengunjungi Bait Allah dan sinagoge dan menaati hokum taurat dengan setia (Kis. 2:46; 3:1). Mereka juga memantangkan pergaulan dengan orang-orang kafir, kerena mereka ini tidak menaati Taurat dan dengan demikian adalah najis (Kis. 10).[4] Di dalam kitab Kisah Para Rasul dapat kita bedakan beberapa golongan.Yang pertama adalah jemaat mula-mula di Yerusalem yaitu Petrus. Dialah saksi pertama tentang kebangkitan (1 Kor. 15:5, bnd. Luk. 24:34 dan Yoh. 20 dan 21). Untuk jemaat pertama, kebangkitan itu merupakan tanda pemulihan kembali persekutuan antara Tuhan dengan murid-muridnya, juga antara murid yang satu dengan yang lain. Kebangkitan itulah “bukti” bahwa kerajaan sorga telah datang. Yerusalem ditunjuk oleh Tuhan Yesus juga selaku pangkalan pekabaran Injil sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Disitulah para murid yang ditinggalkan oleh Tuhannya itu harus menunggu kedatangan Roh Kudus (1:6), disitulah Roh Kudus dicurahkan (2:1-13). Disitulah pula diadakan pemberitaan Injil yang pertama (2:14-39). Pemberita pertama ialah Petrus. Dialah yang memimpin jemaat pertama (bnd. Mat. 16:18-19, Yoh. 21:15 dan Gal. 1:18). Beberapa khotbah Petrus ada termasuk dalam Kisah Para Rasul yaitu yang terdapat pada Kis. 2:14-39, 3:12-26, 4:8-12, 5:29-32, dan 10:34-43. Pemberitaan itu ditujukan kepada orang-orang Yahudi (proselit, 2:11).

Golongan kedua yang terdapat dalam jemaat pertama itu ialah umat Kristen-Yahudi yang partikularistis. Golongan ini disebut beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya (15:5). Yang ditekankan dalam pemberitaan mereka ialah melakukan hukum taurat (3:2). Sedangkan golongan yang ketiga haruslah disebut umat Kristen-Yahudi peranakan Gerika, jadi orang-orang Yahudi dari Diaspora yang sudah masuk Kristen. Mereka itu masih disebut orang Hellenis (Kis. 6:1). Juga berpusat di Yerusalem, tetapi kemudian akibat penganiayaan mereka berserak-serak ke daerah Yudea dan Samaria (Kis. 8:1), dimana mereka mulai mengabarkan Injil (8:4), misalnya Filipus kepada orang-orang Samaria (8:5,26), bahkan seorang sida yang berasal dari Etiopia, rupa-rupanya seorang proselit, ditobatkannya sampai dibaptis (8:26-40). Kemudian yang menjadi pusat pekabaran Injil ialah terutama Kaisarea (8:40; 21:8). Golongan ini menjauhi diri dari Bait-Allah (6:13-14). Isi pemberitaan mereka ialah tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus (8:12) atau Injil Yesus (8:35), kalau orang-orang Yahudi atau proselit, sedangkan terhadap orang kafir (bangsa-bangsa lain) yang diutamakan ialah bahwa Yesus itu kurios (Tuhan, 11:20). Pemberitaan itu berimpilkasi (meliputi) meninggalkan berhala yang sia-sia dan bertobat kepada Allah yang hidup (14:15).[5]

1.3  Gerakan Misi dalam Kehidupan Para Rasul

Gereja-gereja mula-mula tidak pernah berhenti bergerak dalam bermisi. Pada hari Pentakosta, kurang lebih 120 orang percaya berkumpul di Yerusalem dan Roh Kudus turun ke atas mereka sehingga mereka berbahasa lidah (glossolalia). Hal ini sangat mengagumkan karena bahasa tersebut bisa dimengerti oleh umat Tuhan yang hadir dalam acara tersebut yang berasal dari daerah jauh, wilayah Roma barat dan Partia di sebelah timur atau sekarang Iran dan Afganistan. Kemudian Petrus berkotbah dan 3000 orang menerima firman itu dan mereka dibaptis. Misi Rasul Paulus yang menjangkau orang-orang non Yahudi melintasi batas Yerusalem dan Antiokhia sebagai tempat mula-mula gereja itu berdiri.[6]

1.4  Latar Belakang Gereja mula-mula

Awal pemberitaan Injil oleh para rasul adalah pada masa Pentakosta yaitu peristiwa pencurahan Roh pada hari Pentakosta di Yerusalem dengan hadirnya orang-orang Yahudi dari segala penjuru dunia yang mendengar para rasul menyampaikan Injil dalam bahasa mereka masing-masing. Cerita yang penuh simbolik ini mengantisipasi gerakan penyebaran Injil dan perluasan umat Allah yang tidak hanya bersifat geografis, melainkan menjembatani perbedaan etnis, sosial, budaya, dan agama. Pada abad pertama, orang-orang yang percaya beribadah di rumah masing-masing dan tidak mempunyai tempat kebaktian yang khusus karena Tuhan Yesus bangkit pada hari Minggu (berasal dari kata Portugis “Dominggo” yang berarti Tuhan), jemaat percaya khususnya beribadah pada hari Minggu (Kis 20:7).Melalui gereja sebagai agen misi yang menuruti perintah Roh Kudus sebagai Pembina misi, Allah selalu dipermuliakan di seluruh dunia. Dalam Kisah Para Rasul 1:8 “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Dengan demikian, gereja mula-mula di Yerusalem bukan badan organisasi teratur yang mempunyai sistem perbendaharaan.Para Rasul dianggap sebagai pemimpin, pengkhotbah, dan pengajar dengan memakai bahasa Yunani sebagai bahasa pengantar.[7]

1.5  Kehidupan Jemaat mula-mula

2.3.1. Jemaat yang missioner

            Tetapi untuk dapat menceriminkan ideal (cita-cita) itu di dalam kenyataan, maka perlus sekali bahwa banyak jemaat (kalau tidak kebanyakan) harus dirobah strukturnya. Yaitu struktur jemaat yang sungguh-sungguh missioner haruslah sesuai dengan struktur sekitarnya. Banyak jemaat kota masih memperlihatkan pola-pola jemaat desa. Dan juga belum tentu satunya bentuk jemaat yang sah ialah jemaat yang lokal atau jemaat setempat. Jemaat Kristen harus memasuki oikos (tempat di mana manusia berada).

            Jemaat seluruhnya adalah missioner, oleh karena ia diutus ke dalam dunia. Jika tidak, ia menyangkal inti injil Yesus Kristus yang tidak datang untuk untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menyerahkan hidupnya sebagai tebusan untuk orang banyak, dan murid tidak lebih dari pada gurunya. Tidak salah jika suatu jemaat mengangkat sebuah komisi PI, tetapi hanya jemaat merencanakan dan mengkoordinir perkerjaan jemaat sendiri..[8]

 

1.6   Konteks Gereja mula-mula

1.      Politik

Pada masa kelahiran gereja, ada dua kekaisaran yang berkuasa. Kedua kekaisaran itu ialah kekaisaran Romawi dan kekaisaran Partia. Wilayah-wilayah yang berada di sekitar Laut Tengah berada di dalam kekuasaan kekaisaran Romawi. Sedangkan wilayah Irak dan Iran yang sekarang, berada di bawah kekuasaan Persia.

Kegiatan misi yang dibicarakan dalam Kitab Kisah Para Rasul tidak menyinggung tentang kegiatan misi di wilayah-wilayah Timur.  Hal ini diakibatkan oleh orang-orang yang diperhadapkan pada batas-batas wilayah kekuasaan  antara kekaisaran Romawi dan kekaisaran Partia. Kedua negara ini sering berperang. Bahasa Yunani jarang dipakai di Timur, sehingga kegiatan misi hanya dilakukan oleh orang-orang Yahudi Kristen dari Siria dan Palestina. Oleh karena itu, dalam beberapa hal kekristenan di Timur dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Yahudi.   

2.      Agama dan aliran-aliran kepercayaan

Keanekaragaman agama terdapat dalam wilayah-wilayah kekuasaan imperium Romawi dan Persia yang luas. Misalnya agama Yahudi, agama Babilonia dan agama Zoroaster. Namun, kehadiran sejumlah besar agama suku di wilayah itu, tidak lagi dapat memuaskan banyak orang. Hal ini, membuat mereka mencari jalan keselamatan dari aliran kepercayaan lain. 

30-150 M, mulai muncul kesadaran bahwa Hukum Taurat tidak boleh dianggap sebagai syarat bagi keselamatan. Paulus adalah tokoh misionaris yang memiliki pandangan bahwa orang Kristen tidak perlu mengikuti perintah-perintah Hukum Taurat. Menurutnya orang percaya telah dipersatukan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya (Rm 6; Kol 2:6-3:4).

Pada Sidang gereja di Yerusalem (48 M), Paulus berhasil meyakinkan para rasul lainnya untuk tidak memaksa orang-orang Kristen bukan Yahudi untuk menaati Hukum Taurat.  

Kegiatan misi yang dilakukan oleh Paulus dan sejumlah orang (bnd. Kis. 8:24-25), menjangkau daerah-daerah di sebelah Barat Palestina. Pusat pekabaran Injil yang utama ialah Antiokhia kemudian Paulus mengabarkan Injil di wilayah Asia kecil dan di Yunani (47-57 M).

3.      Lingkungan Sosial

Keadaan sosial jemaat mula-mula dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Secara garis besar, kehidupan mereka digambarkan sebagai hidup yang saling berbagi. Persekutuan mereka itu sangat erat, baik dalam hubungannya dengan manusia maupun dengan Tuhan. Namun pada perkembangannya, jemaat mula-mula mulai mengalami penyiksaan-penyiksaan yang dimulai pada tahun 64 Masehi.  Hal ini disebabkan oleh adanya tuduhan dari kaisar Nero terhadap para pengikut Kristus. Mereka dituduh sebagai pelaku pembakaran kota Roma pada saat itu.

4.        Budaya

Budaya yang paling menonjol pada masa ini adalah budaya helenisme yang sudah bercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari Asia Barat. Unsur-unsur itu misalnya, keyakinan bahwa raja adalah anak-anak dari dewa. Kebudayaan ini sangat kuat pengaruhnya diwilayah Barat kekaisarn Romawi, misalnya di Aleksandria, Antiokhia dan Palestina. Sementara di daerah Timur kekaisaran Romawi pengaruh helenisme tidak begitu terasa. Bahkan, penduduk asli di Asia Barat menolak budaya ini. Namun ada juga yang berusaha mengawinkan budaya helenis dan agama Yahudi (Philo dari Aleksandria).[9]

1.7  Strategi- Strategi Misi dalam Kehidupan Para Rasul

2.5.1. Definisi Strategi Misi

            Strategi Misi adalah strategi pengutusan dengan kemampuan merangkum suatu perencanaan strategis berdasarkan visi, misi dan tujuan yang jelas sebagai landasan untuk melaksanakan tugas misioner  yang melibatkan pekabaran Injil yang menghasilkan pertumbuhan gereja.[10]

2.5.2. Misi ke Metropolis

            Ciri-ciri pemahaman Paulus tentang misi yang baru saja disebutkan dan yang lain-lainnya. Menampakkan diri pertama-tama dalam apa yang dapat disebut (karena tidak ada istilah yang lebih tepat) sebagai “strategi misi” Paulus.

            Bicara secara umum, pada beberapa decade pertama dari gerakan Kristen mula-mula, ada tiga tipe usaha misi utama: (1) para pengkhotbah keliling yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Yahudi dan memberitakan pemerintahan Allah yang segera akan datang. (2) orang-orang Kristen Yahudi berbahasa Yunani yang melaksanakan misi kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, pertama-tama dari Yerusalem (sering kali dipaksa meninggalkan kota karena penganiayaan) dan kemudian dari Antiokhia; dan (3) para misionaris Kristen yang Yudais yang menurut 2Korintus dan Galatia, pergi ke jemaat-jemaat Kristen yang sudah ada untuk “mengoreksi” apa yang mereka anggap sebagai penafsiran Injil yang keliru. Untuk program misinya sendiri Paulus mengambil alih unsur-unsur dari dua tipe pertama yang di sebutkan di atas; pada saat yang sama ia memodifikasi unsur-unsur ini secara mendasar.[11]

2.5.3. Paulus dan Rekan-rekannya

            Ciri lain dari praktik misi Paulus terletak dalam cara dimana ia memanfaatkan berbagai sahabat. Ollorg mengajukan pendapat tentang pandagan bahwa orang-orang ini (termasuk kaum perempuan, seperti Prsikila) bukan hanya pembantu-pembantu atau bawahan Paulus, melainkan benar-benar rekan-rekannya . ollrog membedakan tiga kategori rekan: yang pertama adalah kalangan yang paling akrab, terdiri dari Barnabas, Silwanus dan khususnya Timotius. Kedua:”rekan-rekan sekerja yang indenpenden”, seperti misalnya Priskila dan Akwila dan Titus dan ketiga, dan barangkali yang terpenting, para wakil dari jemaat-jemaat setempat, seperti Epafroditus, Epafras, Aristarkhus, Gayus, dan Yason.[12]

2.5.4. Misi Penginjilan Paulus

Perjumpaan Paulus dengan Yesus memiliki implikasi langsung pada keberaniannya untuk menjadi pengikut Kristus dan dengan semangat yang berkobar mau mewartakan. Kristus kepada bangsa-bangsa. Suatu kenyataan bahwa Paulus dipilih sebagai alat bagi Allah. Pilihan Allah memang bisa amat mengejutkan bagi jemaat perdana waktu itu, tetapi juga bagi. Paulus sendiri. Pengalaman rahmat ini merupakan suatu pembaharuan hidup yang menakjubkan. Paulus menjadi pilihan Allah dan dia ditentukan untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada bangsa-bangsa (bdk. Gal 1:15). Dan untuk menjalankan karya ini, Paulus akan banyak menanggung penderitaan. Tetapi bagi Paulus sendiri menderita demi Injil merupakan kebanggaan baginya sebab bagi dia salib Kristus itu merupakan suatu kebijaksanaan Allah dalam menampakkan kasihNya yang besar ( bdk. 1 Kor 2:1-6).

Perjalanan misi Paulus merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Perjalanan misi Paulus tidaklah semuda sekarang. Dia tidak menggunakan mobil, pesawat, kapal laut yang bagus, tetapi Paulus pergi dengan berjalan kaki atau terkadang berlayar dengan kapal yang tidak sebagus saat ini. Dalam kesempatan ini, kita akan melihat secara sepintas perjalanan misinya. Dalam kisah Para Rasul, Lukas menulis bahwa Paulus mengadakan tiga misi pewartaan Injil.[13]

1.8  Tantangan dan Hambatan Jemaat Mula-mula

a.    Hambatan

1.    Montanisme (160).

     Gerakan Montanisme ini dimana-mana mereka memprotes keadaan gereja yang disebutnya suam dan diduniawi kan.[14] Para penganut Montanisme ini menganggap orang Kristen sebagai makhluk-makhluk yang tingkat rohaninya lebih rendah.[15] Sekelompok orang yang bereaksi melawan apa yang mereka anggap sebagai kelonggaran moral diantara orang-orang Kristen. Mereka berharap kedatangan Kristus kedua kali itu segera terjadi. Mereka juga menekankan kepemimpinan Roh Kudus secara langsung, bukan kepemimpinan rohaniawan yang ditahbiskan.[16]

2.    Gnositisme

     Gnostik berasal dari kata Yunani yaitu gnosis yang artinya “pengetahuan”. Namun, yang dimaksud di sini ialah suatu hikmat tinggi yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia. Pada zaman itu banyak orang terpelajar mengejar hikmat tinggi dengan giat, sebabakal sanubarinya kurang dipuaskan oleh agama biasa yang mudah dipahami. Wujud gnostik merupakan salah satu sinkretisme pantheistis, yang berusaha menggabungkan filsafat barat dengan agama timur. Gnositisme merupakan sistem kepercayaan yang keselamatannya bergantung sepenuhnya pada pengetahuan khusus.[17] Bagi gereja Kristen, gnostik membawa ajaran yang rasanya bertolak belakang dengan asas-asas iman Kristen seperti yang dianut oleh mayoritas jemaat-jemaat Kristen.[18] Ciri khas ajaran ini tersebut ialah bahwa keselamatan diperoleh secara rahasia berdasarkan ilmu pengetahuan.[19]

3.    Marcionisme

     Marcion juga berpandangan bahwa keselamatanhanya diberikan kepada orang-orang yang menyangkal Perjanjian Lama dan menyerahkan diri kepada Allah yang mengutus Yesus Kristus.[20]

b.   Tantangan

Waktu gereja diberi kebebasan oleh pemerintah kekaisaran Romawi, gereja selalu diancam oleh penghambatan-penghambatan yang sewaktu-waktu terjadi. Sampai sekitar tahun 250, di tempat-tempat tertentu tiba-tiba rakyat mulai menyiksa dan menganiaya kaum Kristen dengan atau tanpa dukungan pemerintah setempat.[21] Menjelang tahun 64, beberapa pejabat Romawi mulai sadar bahwa kekristenan sama sekali berbeda dengan agama Yahudi. Orang-orang Yahudi menolak orang-orang Kristen dan lebih banyak melihat kekristenan sebagai agama yang tidak sah. Jauh sebelum kebakaran kota Roma, masyarakat telah mulai memusuhi keyakinan Kristen mula-mula, sehingga banyak jemaat Kristen mula-mula yang disiksa bahkan dibunuh.[22] Sekitar tahun 250, penghambatan orang Kristen terjadi secara sistematis di seluruh negara atas perintah kaisar Romawi. Banyak orang Kristen mati syahid karena penghambatan-penghambatan ini.[23] Kaisar Decius (249-251) memaksa semua orang harus mempersembahkan korban kepada dewa-dewa kalau orang Kristen menolak mereka dianggap penghianat, negara memilih uskup-uskup sebagai sasarannya supaya anggota jemaat kehilangan pimpinan dan menyerah saja. Uskup-uskup dari Roma, Antiokhia dan Yerusalem mati dibunuh sebagai syahid.[24]

 

2.8. Kehidupan Jemaat Dalam Perintisan Kisah Para Rasul

Dalam kehidupan jemaat Kisah Para Rasul dapat dilihat dua hal yang mengakibatkan jemaat pada waktu itu dapat melakukan perintisan yaitu, dapat dilihat dari kehidupan kerohanian dan kehidupan mereka secara praktis, yang akan penulis paparkan pada bagian ini.

2.8.1.      Kehidupan Rohani

Faktor kerohanian merupakan salah satu hal penting yang dapat di perhatikan di dalam hidup jemaat mula-mula sehingga mereka dapat melakukan fungsinya dengan baik sebagai jemaat untuk membentuk jemaat yang baru. Di dalam Alkitab, khususnya dalam Kis. 2: 41-47, di ceritakan cara hidup jemaat mula-mula pada waktu itu. Yang berdampak terhadap lingkungan sekitar dan akhirnya menambahkan jumlah orang yang percaya. Dalam kehidupan doa, hidup dalam pengajaran firman Tuhan, dan hidup di dalam ibadah.

2.8.2.      Telah Mengalami Pertobatan

Jemaat mula-mula di dalam kitab Kisah Para Rasul telah mengalami pertobatan di dalam kehidupan mereka, karena di dalam perintisan jemaat, orang atau jemaat yang belum bertobat tidak akan dapat melakukan perintisan. Pertobatan merupakan hal yang harus di alami oleh seorang yang percaya. Pertobatan yang dialami oleh jemaat mula-mula tidak lepas dari peran para murid-murid yang tetap memberitakan Injil. Alkitab mencatat di dalam Kisah Para Rasul ketika Rasul Petrus berkhotbah 3000 menjadi percaya, mereka mengalami pertobatan. Dari orang-orang yang mengalami pertobatan ini kekristenan tersebar semakin luas, kemanapun mereka pergi, mereka selalu memberitakan Injil. Ini sangat jelas, bahwa pertobatan haruslah dimiliki oleh seorang percaya agar dapat melakukan penginjilan.[25]

II.                Kesimpulan

Dari hasil pemaparan diatas, dapat kami simpulkan bahwa Hari kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta Pentakosta. Murid – murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Dimana orang menyambut Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, disana terbentuklah jemaat-jemaat kecil.  Permulaan Gereja dapat kita pelajari dari Kitab Kisah Rasul-rasul yang melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira dan berbahagia. Para rasul ini memberikan keseluruhan hidupnya demi kebenaran yang mereka telah terima. Bahwa Allah telah melawat umatNya melalui AnakNya, Yesus. Gereja mula-mula pun menaati perintah Tuhan untuk memberitakan Injil bukan karena ada badan misi yang membiayai mereka.

 

III.             Daftar Pustaka

H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja.

Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru I.

End, Thomas Van Den, Harta Dalam Bejana.

Kuiper, Arie de, Missiologia.

GP, Harianto, Teologi misi Dari Missio Dei Menuju Ecclesia.

Bosch, David J., Transformasi Misi Kristen.

Jonar S., Sejarah Gereja Umum.

A. Kenneth Curtis, dkk.,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja.

Culver, Jonathan E., Sejarah Gereja Umum.

Jonge, C. de, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja.

 

SUMBER LAIN

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:4GFJUUuXnUQJ:https://osf.io/e3cuw/download/%3Fformat%3Dpdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id, diakses pada tanggal 19 November 2020, pukul 15:51 WIB.


[2]H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 7-8.

[3] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 277.

[4] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana¸(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 16.

                [5]Arie de Kuiper, Missiologia, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 41-44.

                [7] Harianto GP, Teologi misi Dari Missio Dei Menuju Ecclesia, (Yogyakarta: ANDI, 2017), 290-292.

[8] Arie De Kuiper, Missiologia. ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 102

[9] http://teologidanseni.blogspot.com/2017/02/teologi-misi-misi-gereja-mula-mula.html. Diakses pada tanggal 19 November 2020 pukul 16:18 WIB.

[11] David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006), 201

[12] David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006), 206

[14]Thomas  Van den End, Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas, 42.

[15]Jonar S., Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Andi, 2014), 135-136.

[16]A. Kenneth Curtis, dkk.,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK  Gunung Mulia, 2013), 12.

[17]Jonar S., Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Andi, 2014), 120-121.

[18]Thomas Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 37.

[19]Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, (Bandung: Biji Sesawi, 2013),56.

[20]Jonar S., Sejarah Gereja Umum, 130.

[21]C. de Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 56.

[22]A. Kenneth Curtis, dkk.,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 1-2.

[23]C. de Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, 56.

[24]Thomas Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 51.


Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews