wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Penafsiran Kitab Wahyu 5:1-14 Dengan Metode Historis Kritis

 



II. Pembahasan

2.1. Pengertian Metode Historis Kritis

Historis Kritis merupakan merupakan salah satu cara penafsiran Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menentukan makna yang terkandung dalam suatu teks.  Historis kritis dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu usaha untuk mendapatkan informasi mengenai setting suatu cerita dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan historis yang akurat mengenai apa yang sesungguhnya terjadi pada teks.  

2.2. Tujuan Metode Historis Kritis

Historis kritis bertujuan untuk menjangkau teks asli yang dapat dipercaya, penafsir akan mempelajari teks dan kemudian dimampukkan untuk menegnali kesalahan-kesalahan yang akan dibenarkan bagaimana ia melengkapi, memelihra, sampai kepda penulisan yang kurang atau berlebihan.  Tujuannya juga adalah untuk menemukan arti dan makna dari sebuah teks dengan mengutamakan dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis dan menjaga agar penafsiran-penafsiran tidak memkasakan teks dari kebudayaan asing atau masa-masa yang lebih awal dari kebudaayaan seseorang kedaam horizon pengertian masa kini.  

2.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Historis Kritis

2.3.1. Kelebihan 

a. Meneliti bahan-bahan, isi, sumber-sumber dan tradisi agar benar-benar data didapatkan secara akurat dan bermanfaat dalam kesejarahan penulisan Alkitab.

b. Memberikan maksud dan tujuan dalam eksegese, sehingga relevansi Firman Allah lebih kontekstual.

c. Menunjukkan sumber sebanyak mungkin (terkontrol dan evalusi Alkitab).

d. Menolong dan mendorong disiplin dalam bidang apologetika dalam mempertanggungkawabkan iman (mempengaruhi iman dan keyakinan Gereja bahwa Allah itu adalah yaitu sejati yang benar-benar pernah ada di bumi).

2.3.2. Kelemahan 

a. Penggunaan mutlak historis kritis menyebabkan iman kepercayaan yang tidak sesuai dengan Firman Allah karena hanya bertumpu pada rasionalitas saja. 

b. Tidak semua kesaksian Alkitab dapat dibuktikan dengan fakta-fakta sejarah.

2.4. Pengantar Kitab Wahyu

2.4.1. Latar Belakang Kitab Wahyu

Pada masa penulisan kitab Wahyu, penyembahan terhadap kaisar merupakan suatu agama yang meliputi seluruh kekaisaran Romawi, dan karena orang Krosten menolak penyembahan ini, mereka dihukum dan dibunuh,Kaiasar Romawi, yang mewakili semangata atau roh kekaiasaran Romawi, dianggap ilahi. Sekali setahun setiaporang diwilayah kekaisaran Romawi harus datang ke pejabat pemerintah untuk membakar dupa bagi kaisar yang didewakan. Mereka harus mengatakan, Kaisar adalah Tuhan (Caesar Is Lord). Sesudah melakukan hal itu. Orang boleh pergi menyembah dewa atau dewi apapun yang diinginkanya, selama penyembahan itu tidak melanggar kesopanan dan peraturan umum, demikianlah. Orang terlebih dulu mengakui keilahian Kaisar. Romawi memiliki kerajaan yang sangat heterogen, melingkupi ujung dunia yang satu ke ujung dunia yang lain sejauh sesudah yang diketahui pada masa itu. Didalamnya ada banyah bahasa, ras dan tradisi. Kita harus mengetahui bagaimana penyembahan terhadap kaisar ini berkembang dan bagaimana mencapai puncaknya pada saat Kitab Wahyu ditulis. Penyembahan kaisar tidak tidak dipaksakan pemerintahan kepada rakyat. Hal itu muncul pada rakyat sendiri. bahkan hal itu tetap muncul sekalipun beberapa kaisar yang mula-mula berusaha menghentikanya, atau setidaknya membatasinya, penyembahan kaisar berawal dari penghormatan spontan terhadap penguasa Romawi. Penduduk dari semua provinsi menyadari bahwa mereka berhutang budi kepada pemerintahan Romawi. Keadialan Romawi yang tidak berat sebelah telah menyingkiekan penindasan sewenag-wenag dan serba tak pasti. Penyembahan Kaisar diawali dengan penyembahan Yulius Caesar sesudah kematianya. Pada tahun 29 Sm.  

2.4.2. Penulis dan waktu penulisan Kitab Wahyu

Penulis memperkenalkan diri sebagai Yohanes (1:1,4;22:8). Ia juga menggambarkan dirinya sebagai “saudara dan sekutumu dalam kesusahan menantikan Yesus” (1:9). Maka jelas penulis tidak menulis secara anonim. Namun demikian, siapa Yohanes yang dimaksud disini perlu ditelusuri.  Kitab ini ditulis oleh seorang nabi, Yohanes namanya. Nabi Yohanes, penulis kitab Wahyu yang dimaksud disini, adalah orang yang sama dengan rasul Yohanes. Hal ini dipercayai oleh banyak tokoh-tokoh dalam gereja Kristen Mula-mula, misalnya Yustinus Martir, Clemens dari Alexandria, Tertulianus dan Hippolius. Mereka semuanya sependapat bahwa rasul Yohanes bukan hanya menulis Injil Yohanes dan kitab I Yohanes, tetapi juga kitab Wahyu.  Jika kita bandingkan kitab ini dengan Injil Yohanes dan I Yohanes, maka pemeriksaan pertama memperlihatkan perbedaan besar: bahasa Injil Yohanes dan Surat I Yohanes adalah bahasa Yunani yang lumayan; sebaliknya, bahasa Wahyu bermutu rendah, malah ada kalanya terdapat kesalahan-kesalahan besar. Untunglah kita masih bisa memeriksa latar belakang kesalahannya: orang ini sebenarnya berpikir dalam bahasa Aram. Tetapi bukan saja bahasa itu berlainan. Isisnya pun menyatakan perbedaan yang tidak sedikit. Allah selaku Bapa hilang – lenyap. Kebenaran, kasih dan terang: istilah dan paham-paham yang sangat ditekankan dalam karangan lain, kurang muncul. Seluruh suasana Injil Yohanes dibandingkan dengan Wahyu adalah berlainan sekali.  Tetapi memang ada beberapa hubungan khas antara kitab Wahyu dan Injil Yohanes – dan injil ini hampir pasti dapat dihubungkan demgan Rasul Yohanes. Baik injil Yohanes maupun kitab Wahyu menyebut Yesus “firman (logos) Allah” (Yoh. 1:1-14; I Yoh.1:1-4; Why. 19:11-16). Kedua-duanya juga menyebut Yesus “Anak Domba Allah”, walaupun memakai kata-kata yunani yang berlainan untuk istilah tersebut (Yoh. 1:29, Why. 5:6-14). Lalu ada juga kenyataan bahwa baik Injil Yohanes maupun surat-surat Yohanes rupanya mempunyai hubungan dengan kota Efesus – salah satu kota yang disebut dalam kitab Wahyu.  Jadi, baik bukti sejarah dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulis kitab Wahyu. Ketika menerima Wahyu ini, Yohanes sedang berada di pulau Patmos (Why 1:9), sekitar satu hari perjalanan kapal dari pantai asia kecil. Yohanes dibuang ke pulau Patmos karena Firman Allah dan kesaksiannya tentang Yesus. Tampaknya ia menentang penyembahan kepada kaisar di Roma.   Menurut Why. 1:9,19, kitab ini ditulis atau paling tidak direncanakan sewaktu penulis berada di pulau Patmos.  Kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus (81-96) ketika dia menuntut semua warga negaranya memanggil di “Tuhan dan Allah”. Pastilah, ketetapan kaisar pada waktu itu telah menciptkan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah “Tuhan dan Allah”.Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebatoleh karena kesaksian mereka.  Banyak ahli ilmu tafsir dan ilmu sejarah berkeyakinan bahwa keadaan umat Kristen yang diandaikan kitab Wahyu cocok dengan masa terakhir pemerintahan kaisar Domitianus (90-95 M). 

2.4.3. Tujuan penulisan Kitab Wahyu

Sekitar abad pertama, seluruh penduduk di wilayah kekaisaran Romawi diwajibkan untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada kaisar-kaisar yang menganggap diri mereka sebagai dewa. Orang-orang yang menolak dianggap penghianat dan dapat dijatuhi hukuman mati. Penulis kitab Wahyu menerima pesan khusus dari Allah untuk menyampaikan pesan itu kepada tujuh jemaat Kristen di Asia kecil, namun sebenarnya pesan itu ditujukan kepada seluruh jemaat Kristen, pesan ini terutama berisikan tiga hal:

1. Dunia penuh dengan kejahatan; jemaat Kristen mungkin harus menderita dan mati.

2. Yesus dalah Tuhan; ia akan menahklukkan seluruh umat manusia dan semua kekuatan, termasuk kekaisaran Romawi yang yang melawan Allah.

3. Allah menganugerahkan upah yang melimpah kepada orang-orang yang setia kepada-Nya, terutama mereka yang kehilangan nyawanya demi Dia. 

Melalui kitab Wahyu, jemaat mengetahui banyak meskipun kekaisaran Romawi saat itu sangat berkuasa dan kejam, pada akhirnya Yesuslah, Sang Anak Domba Allah, yang akan menang.  Kitab Wahyu meneguhkan keyakinan itu. Penulis meyakinkan kita bahwa dunia ini adalah milik Allah, bukan milik-milik kuasa jahat. Dia mengingatkan kita dengan gambar-gambar yang hidup dan kuat bahwa Allah akan bertindak membereskan segalanya, tidak peduli berapa lama tindakan ini kelihatannya tertunda.  Kitab Wahyu ditulis untuk menghibur para jemaat yang merasakan permusuhan dunia yang makin bertambah ini dan untuk memperingatkan orang-orang Kristen yang lalai dan ceroboh serta mudah tergoda untuk meleburkan diri dengan dunia.  Kitab ini memiliki tiga tujuan, yakni:

1. Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standart kebenaran rasuli sedang terjadi diantara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula. 

2. Mengingatkan penganiayaan yang timbul karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.

3. Kitab ini ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang.  

Maksud dari kitab nubuat ini adalah membentangkan tentang bagaimana kembalinya Kristus ke dunia ini terlaksana, penggenapan nubuat-nubuat kepicikan besar itu, penghakiman dan hukuman yang akan dijatuhkan ke atas bangsa-bangsa dunia yang mendurhaka kepada Tuhan, kebinasaan iblis dengan segala penguasanya, dan kemuliaan di sorga yang akan diwarisi oleh semua anak Tuhan. 

2.4.4. Struktur Kitab Wahyu

Cara terstruktur, garis besar Kitab Wahyu mencatat tujuh penglihatan yang dapat disusun sebagai berikut :

Introduksi (1:1-8)

Penglihatan Pertama : Jemaat di Bumi (1:9-3:22)

Penglihatan Kedua : Takhta Allah dan Tujuh Meterai (4:1-8:22)

Penglihatan Ketiga : Tujuh Sangkakala (8:6-11:19)

Penglihatan Keempat : Aspek Peperangan dan Keselamatan (12:1-14:20)

Penglihatan Kelima : Tujuh Cawan Penghakiman (15:1-16:21)

Penglihatan Keenam : Kemenangan Kristus (17:1-19:21)

Penglihatan Ketujuh : Langit Baru dan Bumi Baru (20:1-22:5

Penutup (22:6-21). 

Struktur Kitab Menurut Survei PL dan PB

Pendahuluan 1:1-8

Wahyu Kristus 1:9-20

Bagian dua “apa yang terjadi Sekarang”

Berita Kepada Jemaat Smirna 2:8-11

Berita Kepada Jemaat Pergamus 2:12-17

Berita kepada jemaat di Tiatira 2:18-29

Berita kepada jemaat di Sardis 3:1-6

Berita kepada jemaat di Filadelfia 3:7-13

Berita kepada jemaat di Laodikia 3:14-22

Bagian tiga : “apa yang akan terjadi sesudah ini”

a. Pribadi sang Hakim 4:1-5:14

Tahta Allah, 4:1-11

Kitab bermeterai 5:1-14

b. Nubuat tentang Kesusahan besar, 6:1-19:6

Tujuan materi penghakiman 6:1-8

Materai Pertama 6:1-2

Materai kedua 6:3-4

Materai ketiga 6:5-6

Materai keempat 6:7-8

Materai kelima 6:9-10

Materai keenam 6:12-17

Jumlah 144.000 orang Yahudi, 7:1-8

Kumpulan Besar orang bukan Yahudi, 7:9-17

Materai Ketujuh 8:1-5

c. Tujuan sangkakala penghakiman 

Sangkakala pertama 8:6-7

Sangkakala kedua 8:8-9

Sangkala ketiga 8:10-11

Sangkala keempat 8:12-13

Sangkakala kelima 9:1-12

Sangkalala keenam 9:13-21

Gulungan kitab kecil 10:1-11

Dua saksi 11:1-14

Sangkakala ketujuh 11:15-19

d. Nubuat penjelasan 12:1-14:20

Perempuan

Peperangan di Surga

Peperangan di Bumi

Binatang yang keluar dari dalam laut 

Binatang yang keluar dari dalam bumi 

144.000 orang

Pemberitahuan tiga Malaikat

Penghakiman Tuaian 

e. Tujuh cawan penghakiman cawan 15:1-19:6

Persiapan untuk penghakiman cawan 15:1-8

Cawan pertama 16:1-2

Cawan kedua 16:3

Cawan ketiga 16:4-7

Cawan keempat 16:8-9

Cawan kelima 16:10-11

Cawan keenam 16:12-16

Cawan ketujuh 16:17-21

Pengulingan pelacur besar 17:1-18 

Pengulingan Babel besar 18:1-19:6

f. Nubuat tentang kedatangan yang kedua 19:7-21

Perjamuan Anak kawin domba 19:7-10

Bumi berkabung atas kehancuran Babel 18:20- 19:6

g. Nubuat tentang Kerajaan Seribu Tahun 20:1-15

Iblis diikat selama 1000 tahun, 20:1-3

Orang-orang kudus memerintah selama 1000 tahun 20:4-6

Iblis dibebaskan dan memimpin pemberontakan

Iblis disiksa selama-lamanya 20:10

Penghakiman tahta putih besar 20:11-15

h. Nubuat-nubuat  tentang keadaan kekal 21:1-22:5

Langit yang baru dan bumi baru yang diciptakan 21:1

Yerusalem Baru Turun 21:2-8

Yerusalem baru digambarkan 21:9-22:5

i. Kesimpulan  22:6-21 


2.4.5. Ciri-ciri Kitab Wahyu


1. Wahyu merupakan satu-satunya Kitab PB yang digolongkan sebagai Nubuat dan Wahyu

2. Sebagai suatu kitab apokaliptik, beritanya disampaikan dalam bentuk-bentuk lambang-lembang yang mengambarkan kenyataan tentang peristiwa yang akan datang

3. Banyak sekali angka yang digunakan, terutama menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan

4. Penglihatan-penglihtan begitu mencolok

5. Bersifat polemic yang menyingkapkan setiap roh jahat yang ada dari setiap penguasa bumi

6. Kitab ini dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas. 

2.4.6. Tema-tema Teologi Kitab Wahyu

1. Akulah Alfa dan Omega

Dalam kitab Wahyu beberapakali kita bertemu dengan pernyataan Allah tentang diriNya. “Akulah Alfa dan Omega, yang Awal dan yang Akhir” (1:8, 1:17, 21:6, 22:13). Alfa dan Omega adalah huruf awal dan yang akhir dalam alphabet Yunani. Maka, Alfa dan Omega artinya “yang awal dan yang akhir”. Menurut Yohanes, Allah menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk kepada diriNya.

2. Gereja

Dalam kitan Wahyu disebutkan tujuh gereja yang sedang menghadapi penganiayaan dan penindasan dari luar (Roma dan Yahidi), tetapi juga ada kelemahan internal yang menyebabkan anggota jemaat terlibat dalam perbuatan-perbuatan dosa, serta merosot semangat mereka. Oleh karena itu, gereja dipanggil untuk bertobat sebelum terlambat. Gereja juga dipanggil untuk berdiri teguh dalam menghadapi penganiayaan dan setia dalam menghadapi penderitaan karena kpeada orang setia sampai akhir akan diberikan upah.

3. Gambaran Pemerintah Roma

Dalam Wahyu 13 dan 17-18, Yohanes memberikan gambaran mengenai pemerintahan Roma sebagai satu sistem pemerintahaan yang kejam dan menindas, yang didirikan untuk menaklukkan rakyat dan mempertahankan kekejaman serta penindasan. Sistem pemerintah yang menindas itu tidak hanya mencakup kekejaman politik dan eksploitasi ekonomi dari kekaisaran Roma itu ditampilkan dalam penglihatan tentang binatang yang keluar dari dalam lautan (Why 13 dan 17), serta perempuan sundal dari Babilon (Why 17,18). Binatang yang keluar dari dalam laut itu merupakan simbol yang menggambarkan kekuatan militer dan politik para Kaisar Romawi. Sedangkan, perempuan sundal dari Babilon menggambarkan kota Roma, dengan segala kemakmuran yang diperoleh dengan melakukan eksploitasi ekonomi oleh Kekaisaran Romawi.

4. Penghukuman Bagi Para Penganiayaan Umat

Yohanes tidak hanya menyampaikan gambaran terhadap kekuasaan Romawi yang bengis dan kejam itu. Penghukuman Allah terhadap orang-orang jahat tersebut disampaikan dalam tiga seri gambaran penghukuman yang semuanya berasal dari takhta Anak Domba itu. Ketiga seri penghukuman itu digambarkan dengan tujuh materai yang dibuka (Why. 6:1-17; 8:1, 3-5), tujuh sangkakala (8:2, 6-12; 11:14-19), dan tujuh malapetaka (15:1, 5-21). Masing-masing seri penghukuman terdapat angka tujuh.

5. Kerajaan Seribu Tahun

Yohanes menyatakan bahwa setelah penghancuran atas binatang yang keluar dari laut dan semua pengikutnya, serta penghakiman terhadap “pelacur besar” yang merusak bumi dengan percabulannya itu, maka tidak ada lagi peperangan. Yang ada hanyalah maklumat tentang kemenangan dan sukacita atas kemenangan yang gemilang itu. Kemenangan tersebut dirayakan di Sorga, dalam perjamuan Anak Domba (Why. 19:1-10)

6. Allah menciptakan Langit Baru dan Bumi Baru

Gagasan tentang Allah sang pencipta tertuang di dalam perkataan ke-24 orang tua-tua di hadapan takhta Allah. “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat serta kuasa, sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan” (Why. 4:11). Sebagai pencipta, Allahlah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu dan semua ciptaan datang bersujud, serta menyembah kepada-Nya.

7. Kota yang Kudus, yerusalem Baru

Gagasan tentang Yerusalem baru menunjuk kepada nubuat nabi Yehezkiel.“ Aku akan… memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamaya tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan AKU akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” ( Yehezkiel 37:26,27). Ketika yehezkiel menyebutkan tempat kediaman Allah, maka yang ia maksudkan ialah kehadiran Allah di tengah umatnya. 

2.5. Sitz In Leben

a. Konteks Ekonomi dan Sosial

Kekaisaran Romawi dipuncak kejayaanya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam kekaisaran Romawi pada waktu kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin. 

b. Konteks Politik 

Isi Kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Kaisar Domitianus (81-96M), ketika itu menuntut semua warga negaranya memanggil dia “Tuhan dan Allah”  Dengan sendirinya, orang-orang Kristen akibatnya, banyak mereka dianiaya dan diburuh untuk dibunuh, karena dianggap musuh negara. Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan Politis.  

c. Konteks Agama

Tetapi juga dalam agama berbagai upacara keagamaan orang-orang kafir itu tidak dapat orang-orang Kristen turut serta. Agama Kristen bertabrakan dengan penyembahan dewa-dewa kafir, yang pada zaman ketika kitab wahyu ditulis masih hidup bugar di Asia kecil, Misalnya penyembahan Artemis di Efesus dan penyembahan Asklepios dan Zeus Pergamus. Berbagai-bagai bentuk magi (kekuatan sakit) dan sihir berkembang dengan subur. sebagai religiositas yang sesat. Asia kecil adalah sangat taat kepada Agama . tetapi ada satu bentuk agama kafir di Asia kecil Justru pada zaman kitab wahyu ditulis, merupakan suatu perkara bahaya mau bagi orang-orang Kristen: penyembahan kaisar sebagai dewa. 


2.6. Analisa Teks

2.6.1. Perbandingan Bahasa

Ayat 1

LAI : materai

NIV : with seals (dengan segel)

BPH : ilak

NGT : σφραγίδας (segel)

Keputuasan : tidak ada yang mendeketi NTG 

Ayat 2

LAI : Gagah

NIV : Strong (kuat)

BPH : Gogoh (kuat)

NGT : ισχυρων (kuat)

Keputusan :  yang mendekati NGT adalah NIV dan BPH

Ayat 3

Tidak ada perbedaan yang signifikan

Ayat 4

LAI : Dengan amat sedihnya

NIV : Weeping loudly (menangis dengan keras) 

BPH : tangis-tangis (menangis)

NGT : έκλαιων πολύ (banyak menangis)

Keputusan :  tidak ada yang mendekati NGT

Ayat 5

Tidak ada perbedaan yang signifikan

Ayat 6

LAI : anak domba

NIV : living creatures (makhluk hidup)

BPH : anak na biribiri (anaknya domba)

      NGT : ζώων (binatang)

Keputusan : tidak ada yang mendekati NGT

Ayat 7

Tidak ada perbedaan yang signifikan

Ayat 8

LAI : tersungkurlah

NIV : feel down (jatuh)

BPH : manrongop 

NGT : έπεσαν (mereka jatuh)

Keputusan :  tidak ada yang mendekati NGT

Ayat 9

LAI : manterai-manterai

NIV : seals (segel)

BPH : sagala lakni

NGT : σφραγίδας (segel)

Keputusan : yang mendekati NGT adalah NIV

Ayat 10

LAI : imam-iman 

NIV : priests (pendeta)

BPH : malim-malim (iman-iman)

NGT : ίερείς (pendeta)

Keputusan : yang mendekati NGT adal NIV

Ayat 11

Tidak ada perbedaan yang signifikan

Ayat 12

LAI : disembelin

NIV : having been slain (telah dibunuh)

BPH : tarsambolih (disembelih)

NGT : έσφαγμένον (di bantai)

Keputusan : tidak ada yang mendekati NGT

Ayat 13

Tidak ada perbedaan yang signifikan

Ayat 14

Tidak ada perbedaan yang signifikan

2.6.2. Kritis Aparatus

Ayat 4

Teks ini memiliki tingkat keraguan yang cukup tinggi dan), london=sinaiticus abad ke IV, Filadeldia abad ke III,XII. Dengan berbagai huruf-huruf superscript menandakan naskah-naskah latin tua.

Keputusan: Penafsir Menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.

Teks ini memiliki tingkat keraguan yang cukup tinggi ketujuh), newton centers mass IV abad IV London, sinaitais abad ke IV abad X filadefia abad ke III edisi vulgata oleh Clement yang berbeda dari edisi wordsword-white

Keputusan: Penafsir Menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.

Ayat 9

Teks ini memiliki tingkat keraguan yang cukup tinggi kepada Tuhan), London. Hexanarinus abad V. Edisi pell platt dari versi Etiopia kami) abad XII. Superscript menandakan naskah-naskah Italia atau latin tua.

Keputusan: Penafsir Menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.

Ayat 10

Teks ini memiliki tingkat keraguan cukup tinggi London Sinaiticus abad ke IV, Wolfenbuttel dengan berbagai huruf superscript edisi vulgate oleh wordsworth-white yang berbeda dari edisi dement versi harclean Syria.

Keputusan: Penafsir Menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.

Ayat 13

Teks ini memilih tingkat keraguan yang cukup tinggi dan) London sinaitaicus abad ke IV abad XII. Dengan berbagai huruf-huruf superscript menandakan naskah-naskah italia atau latin tua. Versi harclean Syria dan adalah) London Alexandrinus abad V, XIII

Kepusan:Penafsir Menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks. 

2.6.3. Terjemahan Akhir

Ayat 1

Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitan, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh segel.

Ayat 2

Dan aku melihat seorang malaikat yang kuat, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: “siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-materainya”

Ayat 3

Tetapi tidak ada seorang pun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau dapat melihat sebelah dalamnya

Ayat 4

Maka menangislah aku banyak menangis, karena tidak ada seorang pun yang di anggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya.

Ayat 5

Lalu berkatalah seorang dari tua-tua it kepadaku: “jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh materainya.”

Ayat 6

Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor makhluk hidup seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus keseluruh bumi.

Ayat 7

Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk atas takhta itu.

Ayat 8

Ketika ia mengambil gulungan kitab itu, mereka terjatuh dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulh doa-doa orang kudus.

Ayat 9

Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka segel; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu emngkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bangsa dan kaum dan bangsa.

Ayat 10

Dan Engaku telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi pendeta bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.”

Ayat 11

Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa,

Ayat 12

Katanya dengan suara nyaring; “Anak Doma yang dibantai itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!”

Ayat 13

Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga yang dibumi dan yang dibawah bumi dan yang dilaut dan semua yang ada didalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!”

Ayat 14

Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin”. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah.

2.7. Tafsiran 

Ayat 1

Apa yang Yohanes lihat pada ayat pertama itu? Gulungan kitab yang dimaterai dan disegel tujuh. Gulungan kitab itulah yang hendak disampaikan Tuhan kepada Yohanes, dan Yohanes kepada kita.

Di tangan kanan Dia (=Allah) yang duduk diatas tahta itu, sebuag gulungan kitab itu- Hal yang istimewa dari gulungan itu tidak saja penuh dengan tulisan, tetapi juga di materai atau disegel dengan tujuh materai. Tidak cukup satu, tetapi satu. Apa artinya?

angka tujuh dalam Kitab Wahyu bukan sekadar angka biasa dari deretan angka, melainkan arti: penuh atau lengkap. Jadi, gulungan itu disegel selengkap-lengkapnya, sebanyak-banyaknya. Tentu saja, yang terlihat disini adalah kitab yang berbentuk gulungan (dalam bahasa Inggris: scroll). Pada masa itu, bentuk dan bahan buku tidak seperti yang kita lihat sekarang ini. Hingga abad kedua setelah masehi, buku berbentuk gulungan yang terbuat dari papirus-berasal dari kulit pohon kakao yang biasa tumbuh di dekat sungai Nil. Kayu itu diolah sedemikian rupa sehingga menjadi lempeng-lempeng dan keeping-keping berukuran sekitar 20-25 centimeter.

Jadi, jika membutuhkan satu kitab yang membutuhkan lebih dari satu lempeng atau keeping, maka lempeng-lempeng itu harus harus disambung-sambung sampai sangat panjang. Dan, karena panjangnya itu, lempengan ini, kemudian digulung. Kitab Wahyu sendiri mempunyai gulungan yang panjangnya 4,5 meter. Bandingkan dengan injil Matius yang mencapai 9 meter.

Tidak diketahui dengan jelas berapa panjang gulungan yang disebut dalam Wahyu 5:1. Namun, yang hendak dikatakan disini, pertama, gulungan itu pasti sangat panjang dan penting. Jika tidak penting, bagaimana gulungan tersebut dapat berada di tangan kanan Allah sendiri? Karena sangat penting pula, Yohanes sangat mengetahui apa isi dari gulungan itu. Sayang seribu sayang, ternyata gulungan itu dimaterai atau disegel dengan tujuh materai. Kedua, sesuai sesuatu yang disegel berarti sah dan rahasia. 

Ayat 2-4

Waktu itu seorang “malaikat yang gagah (kuat, berkuasa)” (seperti dalam 10:1 dan 18:1, 21) menunjukkan perhatian besarnya terhadap pesan dalam gulungan litab itu dengan suara menantang yang nyaring yang mengalahkan suara penyembahan di sekitar takhta. Banyak orang beranggapan bahwa itu mungkin adalah Gabriel, malaikat pembawa beritadari Allah, yang namanya biasanya dianggap berarti “abdi Allah,” atau yang perkasadari Allah. Gabriel adalah malaikat yang menyuruh Daniel untuk menutup dan memateraikan Kitabnya (Dan 12:4). Malaikat ini, dengan cara seorang bentara, berseru, “siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka materai-materainya?” faktor final dan menentukan dalam sejarah adalah moral dan spiritual.

Setelah mencari-cari di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi, yaitu ketiga alam ciptaan (Flp 2:10), tidak ditemukan seorang pun. Artinya tidak seorang pun layak untuk mengaku memiliki kerajaan itu atau mengurus masa depan dunia. Tidak seorang pun layak mendirikan kerajaan Allah di bumi. Banyak orang berusaha menyelesaikan masalah dunia, tetapi semua gagal.

Melihat hal ini, Yohanes mulai menangis dan tidak bisa berhenti. Ia memahami betapa pentingnya penyataan yang ada dalam gulungan kitab tersebut. Ia pasti menghubungkannya dengan janji yang diberikan dalam Wahyu 4:1: “Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.” Sekarang tampaknya tidak seorang pun layak, dan Yohanes pasti menyadari ketidak-layakan dirinya. Ia kecewa, dengan mengira bahwa pernyataan itu bagaimanapun juga tidak dapat diberikan dan maksud-maksud Allah tidak akan terpenuhi.

Keadaan tersebut membuat gulungan kitab ini berbeda dengan kitab-kitab nubuat yang lain. Dalam Perjanjian Lama, Allah menyatakan kehendak dan rencana-Nya kepada para nabi (lih. Am. 3:7; 2 Ptr.1:20-21). Para nabi tersebut menerima pesan bukan karena diri mereka layak tetapi karena mereka terbuka terhadap roh kudus (digerakkan atau diilhami oleh Roh Kudus). Akan tetapi Yohanes yang sedang dalam Roh tetap tidak layak untuk membuka gulungan kitab itu.    

Ayat 5

Pada saat yang tegang ini berkatalah dengan sekoyong-konyong salah seorang dari ke dua puluh empat tua-tua itu (liaht penjelasannya pada 4:4), yang menghibur Yohanes, dan menunjuk pada Yesus. Adalah kekhususan kitab Wahyu, bahwa Yesus dinamai dengan dua gelar dari Perjanjian lama, yaitu singa dari Yehuda dan tunas Daud dikutip dari Kej. 49:9 dan Yes. 11:1. Kristus ini “telah menang”, begitulah bunyinya dalam nas kita dengan singkat; yang dimaksudkan ialah: Ia telah mengalahkan segala kuasa kegelapan dalam kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga Ia layak membukakkan rahasia-rahasia Kerajaan Allah. 

Ayat 6-7

Ketika Yohanes memehatikan, ia melihat singa melainkan seekor “anak domba”, seekor anak domba yang mempunyai tanda seperti telah “disembelih”. Itu adalah seperti Anak Domba Allah yaitu Yesus yang telah menang. Kalvari adalah kemenangan yang nyata. Kalvari menunjukkan bahwa Ia layak untuk menerima dan membuka gulungan kitab tersebut. Betapa berbedanya ini dengan berbagai pandangan dunia tentang seperti apa seharusnya rupa seorang pemenang!

Berbagai penghukuman mengerikan harus mendahului kedatangan Kerajaan itu. Tatanan dunia saat ini harus sama sekali dilenyapkan, termasuk semua asal usul sejarahnya, untuk menyediakan tempat bagi Kerajaan itu (Dan.2:34-35, 44-45). Pembukaan materai dan pembukaan gulungan kitab mendatangkan penghukuman-penghukuman itu. Karena sang pembuka materai akan menjadi pelaksana penghukuman. Ia sendirilah yang layak, karena orang-orang yang dijatuhi hukuman ini tidak dapat berkata kepada Anak Domba Allah yang tak bercela, “Kau patut menerima penghukuman ini juga”. Mereka juga tidak dapat berkata, “PerbuatanMu tidak cukup untuk menyelamatkan kami dari penghukuman ini”. Ia telah menyerahkan Nyawa-Nya. 

Ketika Anak Domba berdiri ditengah-tengah takhta, Ia diselubungi oleh kemulian Ilahi. Jadi Ia juga berada di tengah-tengah keempat mahkluk dan keempat tua-tua yang berada disekeliling takhta. Yohanes melihat sang Anak Domba memiliki “tujuh tanduk dan tujuh mata”. Tanduk melambangkan kekuatan dan kuasa, mata melambangkan hikmat dan pengetahuan. Ketujuh Roh, yang dalam pasal 4 menyala-nyala seperti tujuh obor dihadapan takhta, sekarang mnenjadi alat aktif untuk membawa hikmat dan kuasa Anak Domba “keseluruhan bumi”. Sampai Yesus datang kembali, tugas-Nya di dunia dilaksanakan oleh Roh Kudus. Melalui kayu Salib dan kebangkitan, Allah telah menjadikan Kristus “hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Kor. 1:30). Namun kita dapat mengalami berkat-berkat ini hanya melalui karya Roh Kudus yang diutus ke seluruh dunia.

Anak Domba yang memiliki tujuh tanduk dan tujuh mata “menerima gulungan Kitab itu” Dari tangan Dia yang duduk diatas takhta. Dengan cara ini, Ia menerima surat bukti hak, itu adalah tindakan yang sah yang melaluinya Ia diberi kuasa untuk memerintah dunia ini sebagai raja. Itu adalah penggenapan penglihatan Daniel dalam Daniel 7:13-14, dimana Anak manusia datang kehadapan tahkta dan menerima Kerajaan dari tangan Yang Lanjut Usia.

Sebagai Singa dari Yehuda, Yesus akan menduduki tanah milik-Nya yang bukan saja Ia ciptakan melainkan juga Ia beli, sambal membawa masuk masa kerajaan baru yang penuh dengan kuasa dan otoritas. Sang Anak Domba telah membayar lunas harganya dengan menumpahkan darah-Nya yang kudus. 

Fakta bahwa Yohanes melihat ketujuh roh itu sebagai aktif sekarang, dan sedang pergi ke seluruh bumi, menunjukkan bahwa Sang Anak Domba peduli terhadap bumi dan kehendak Allah akan terjadi atas bumi ini: Ketika Ia menerima gulungan Kitab itu, berbagai hal hampir terjadi.      

Ayat 8

Begitu Anak Domba Allah mengambil gulungan kitab itu, keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua tersungkur di hadapan-Nya. Masing-masing memegang satu kecapi dan mempersembahkan keapda-Nya “satu cawan emas, penuh dengan kemenyan,” yang merupakan doa orang-orang kudus. (Cawan disini adalah mangkuk besar dan datar, digunakan sebagai perbaraan atau wadah kebakaran, seperti yang dipakai untuk persembahan ukupan kepada Tuhan dalam masa Perjanjian Lama). Orang-orang kudus, yakni orang-orang percaya penuh dedikasi yang merindukan kadatangan-Nya (dua tim 4:8), sedang berdoa dengan sangat bagi kedatangan kerajaan itu, saat kita dan semua orang percaya akan memerintah di bumi.Cawan kemenyan menunjukkan bahwa gulungan kitab itu harus di buka dan penghukuman berupa Ke sengsaraan Besar harus terjadi sebe lum doa orang-orang kudus tersebut bisa dijawab. Sekali lagi kita melihat bahwa Kerajaan itu harus direalisasi kan melalui penghukuman. Harpa sebetulnya adalah jenis lira Yunani, bukan harpa Mesir atau har pa Daud. Kata Yunani yang diguna kan di sini adalah asal mula dari kata "gitar" masa kini. Jadi harpa tersebut barangkali terdengar lebih seperti gitar. 

Ayat 9-10

Kini Yohanes mendengar nyanyian keempat "makhluk" dan ke-24 "tua-tua" itu yang kemudian (pada akhir pasal 5) disusul dengan suatu nyanyian banyak malaikat dan suatu nyanyian segala ciptaan. Jadi di sini kita temukan suatu nyanyian berbalas balasan. Plinius, seorang wali negeri kafir, menulis dalam suatu surat yang masih tersimpan sampai sekarang ini kepada Kaisar Trayanus (permulaan abad kedua sesudah Kristus) bahwa orang-orang Kristen dalam pertemuan-pertemuan mereka "menyanyikan suatu nyanyian berbalas-balasan untuk Kristus sebagai Allah". Justru hal sama kita temukan di sini dalam pasal 5 Kitab Wahyu, sehingga timbul pikir bahwa Allah memperdengarkan kepada Yohanes dalam penglihat nya itu sesuatu yang biasa ia dengar dalam jemaat. Adalah mungkin bahwa dalam nyanyian-nyanyian dalam pasal 5 itu dan dala nyanyian-nyanyian selanjutnya dalam Kitab Wahyu terdapat secara harfiah ungkapan-ungkapan yang juga dipergunakan dalam nyanyias nyanyian jemaat-jemaat di Asia Kecil. Tetapi untuk penafsiran Kitab Wahyu hal ini tidaklah sangat penting. Nyanyian para malaikat yang tinggi pangkatnya itu dalam ayat 9 disebutkan nyanyian baru. Dalam Perjanjian Lama seringkali disebut kan tentang suatu "nyanyian baru" sebagai jawab atas perbuatan perbuatan penyelamatkan yang baru oleh Allah (misalnya Yes. 42:10 dan Mzm. 40:4). Yohanes mengambil-alih ungkapan Perjanjian Lama ini: sebab untuk keselamatan yang muncul dalam Kristus tentulah cocok suatu nyanyian baru. Dalam nyanyian itu dinyanyikan tentang kebesaran karya pe lepasan oleh Kristus. Ditekankan harga mahal yang telah dibayar oleh Kristus, yakni darah-Nya, yang sama dengan nyawa-Nya. Dengan harga itu la telah "membeli" orang-orang Kristen. Kata ini meng ingatkan orang-orang dalam zaman Yohanes kepada penebusan budak-budak. Di waktu penebusan budak-budak seringkali uang tebusannya diberikan melalui kuil suatu dewa kafir, dan dengan de mikian budak yang ditebus itu dianggap secara resmi sebagai telah menjadi milik dewa itu. Adalah mungkin bahwa teks kita mengambil alih istilah-istilahnya dari kebiasaan ini ("dibeli bagi Allah"), tetap para sarjana tidak berani memastikannya. Dengan pasti hanya dapat dikatakan bahwa Kristus telah menebus gereja-Nya (dari kuasa-kuasa kegelapan yang mana tidak dikatakan di sini) dan mereka menjadi milik Allah. Gereja dibeli dari segala suku, bahasa, kaum dan bangsa suatu ungkapan yang dengan jelas dipinjam dari Dan. 3:4 dan 7:14 Dalam Dan. 3 adalah Raja Nebukadnezar yang dengan congkak menuntut ketaatan bangsa-bangsa. kaisar Romawi pada zaman Yohanes menuntut dengan keilahian yang dilagakkan ketaatan orang dari semua bangsa dan bahasa (bnd. Why. 13:7)." Wahyu 5 mau memperlihatkan perbedaan besar antara Kristus dan kaisar. Seperti kaisar, Kristus juga berurusan dengan bangsa-bangsa, tetapi la tidak menuntut secara congkak pemerintahan atas bangsa-bangsa, me lainkan mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan manu dari antara segala bangsa. Itulah sebabnya la layak untuk dipermuliakan dan ditaati di mana-mana.


Dalam ayat 10 diulangi isi dari 1:6 (lihat penjelasan di sana). Dalam kata-kata terakhir dari ayat ini adalah agak sukar untuk me nentukan teks asli. Naskah Alexandrinus, yang biasanya dianggap sebagai naskah yang paling baik dari Kitab Wahyu, membacanya sebagai presens ( mereka memerintah), sedang naskah Sinaiticus membaca futurum (mereka akan memerintah). Tetapi perbedaan ini tidak penting, sebab presens atau present tense dalam naskah Alexan drinus haruslah kita artikan (bersama-sama dengan R.H. Charles) sebagai presens proleptis, yang sama dengan futurum atau future tense. Presens proleptis ialah suatu gaya bahasa yang di dalamnya hal-hal yang akan datang disebut seakan-akan sudah datang. 

Ayat 11-12

Nyanyian pujian dinaikkan oleh malaikat surga yang tak terhitung jumlahnya. Mereka berdiri melingkari takhta dan keempat makhluk dan semua tua-tua, yaitu di lingkaran kedua yang lebih besar, lalu mereka mulai menaikkan pujian mereka. Berkali-kali kita telah menyaksikan bagaimana Yohanes menggunakan Perjanjian Lama di dalam bahasanya; dan di sini kita menjumpai ingatannya mengenal ucapan syukur Daud kepada Allah. Nyanyian pujian para makhluk dan tua-tua mengungkapkan karya Kristus dalam kematian-Nya; kini para malaikat menyanyikan apa yang dimiliki Kristus di dalam kemuliaan-Nya. Tujuh hal besar yang dimiliki Tuhan Yang Bangkit. la memiliki kuasa. Ia bukanlah orang yang dapat membuat rencana, namun tak pernah mencapainya; la memiliki kuasa. la memiliki kekayaan. Yesus Kristus tidak pernah menjanjikan sesuatu yang tidak dimiliki-Nya. Tidak ada tuntutan yang tidak dapat dipenuhi-Nya. la memiliki hikmat. Ia mempunyai hikmat untuk mengetahui rahasia Allah dan jawaban bagi persoalan-persoalan kehidupan. la memiliki kekuatan. Tidak ada situasi yang tidak dapat ditangani-Nya. la memiliki hormat. Hal yang aneh ialah bahwa orang-orang bukan Kristen bahkan sering kali menghormati Kristus dengan mengakui bahwa hanya di dalam ajaran-Nya ada pengharapan bagi dunia yang tersesat ini. la memiliki kemuliaan. Kemuliaan adalah hak Allah semata mata. Mengatakan bahwa Yesus Kristus memiliki kemuliaan sama artinya dengan mengatakan bahwa la llahi. Berkat itu memang milik-Nya. Di sinilah puncak dari semuanya. Semua hal yang dimiliki Yesus Kristus, dan setiap hal yang dimiliki Nya, semuanya la gunakan untuk melayani manusia yang bagi mereka la hidup dan mati; la tidak menyimpan semua itu untuk diri-Nya sendiri. Oleh karena itu, kepada-Nya dinaikkan ucapan syukur atas semua hal yang telah diperbuat-Nya. Dan ucapan syukur adalah suatu pem berian kepada-Nya, pemberian dari kita yang tidak memiliki apa-apa kepada Dia yang memiliki segalanya.

Ayat 13

Gelombang terbesar dari gelombang pujian dan pujaan kepada Allah adalah semua makhluk di sorga, di bumi, di bawah bumi, di laut, dan semua yang ada dalamnya ikut bernyanyi memuji dan memuja. Me reka semua bernyanyi ketika Sang Anak Domba menerima gulungan kitab itu. Kita dapat membayangkan, betapa agungnya suasana yang terjadi pada waktu itu. Ketika Anak Domba menerima gulungan kitab, lalu semua orang percaya dan makhluk mulai menyanyi. Setelah itu, semua malaikat beribu-ribu laksa di surga mulai ikut bernyanyi pula.

Ayat 14

Keempat makhluk hanya dapat berkata "amin", sedangkan tua-tua hanya dapat jatuh tersungkur dan menyembah. Semua hal ini hendak mengatakan: begitu hebatnya dan mulianya kitab itu sehingga ketika belum dibuka pun, bahkan baru diterima, seluruh alam bersorak dan bernyanyi. Bayangkan apa yang akan terjadi setelah dibuka. 

2.8. Skopus

Kitab yang Dimaterai dan Anak Domba


2.9. Refleksi Teologis

Yohanes melihat sang Anak Domba memiliki “tujuh tanduk dan tujuh mata”. Tanduk melambangkan kekuatan dan kuasa, mata melambangkan hikmat dan pengetahuan. Ketujuh Roh, yang dalam pasal 4 menyala-nyala seperti tujuh obor dihadapan takhta, sekarang mnenjadi alat aktif untuk membawa hikmat dan kuasa Anak Domba “keseluruhan bumi”. Sampai Yesus datang kembali, tugas-Nya di dunia dilaksanakan oleh Roh Kudus. Melalui kayu Salib dan kebangkitan, Allah telah menjadikan Kristus “hikmat bagi kita. Oleh karena itu, kepada-Nya dinaikkan ucapan syukur atas semua hal yang telah diperbuat-Nya. Dan ucapan syukur adalah suatu pemberian kepada-Nya, pemberian dari kita yang tidak memiliki apa-apa kepada Dia yang memiliki segalanya.


III. Kesimpulan

Maksud dari kitab nubuat ini adalah membentangkan tentang bagaimana kembalinya Kristus ke dunia ini terlaksana, penggenapan nubuat-nubuat kepicikan besar itu, penghakiman dan hukuman yang akan dijatuhkan ke atas bangsa-bangsa dunia yang mendurhaka kepada Tuhan, kebinasaan iblis dengan segala penguasanya, dan kemuliaan di sorga yang akan diwarisi oleh semua anak Tuhan. Gagasan tentang Allah sang pencipta tertuang di dalam perkataan ke-24 orang tua-tua di hadapan takhta Allah. “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat serta kuasa, sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan” (Why. 4:11). Sebagai pencipta, Allahlah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu dan semua ciptaan datang bersujud, serta menyembah kepada-Nya.

IV. Daftar Pustaka


Hayas, John H. & Holladay Carl. R., Biblical Exegesis, Atlanta: John Knox Press, 1982

Bray, Gerald, Biblical Interpretation Past & Present, England: Intervarsity Press, 1996

Hayes, Jhon.H. & Holiday, Carl.R., Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM,2006 

Grannt, Robert M., & Tracy, David, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab,Jakarta:BPK-GM,1988

Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Jakarta:Gunung Mulia,2006

Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya Jakarta: Gunung Mulia, 1994

Heer, J.J. De, Tafsiran Alkitab: Wahyu Kepada Yohanes, Jakarta: BPK-GM, 2015

Drane, John, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis – Teologis, Jakarta: Gunung Mulia, 2003

Marpaung, Halomoan, Penuntun Memahami Alkitab, Perc. Stella Printing, 2014

Benyamin, Samuel, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok Teologisnya, 

OFM, C. Groenen, Pengantar Kedalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: KANISIUS, 1984

Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan

Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI, 2013,

Adi S, Lukas, Smart Book Christianity Perjanjian Baru, Yogyakarta: ANDI, 2012

 Chapman, Adina, Pengantar Perjanjian Baru, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995

Kistemaker, Simon J., Tafsiran Kitab Wahyu,  Surabaya: Momentum, 2011

Kenneth Boa, Bruce Wilkinson, Survey PL dan PB Thalk thru the Bible, Malang:Gandum Mas, 2017 

Marpaung, Halomoan, Penuntun Memahami Alkitab, Medan:Perc. Stella Printing,2014 

Hagelberg, Dave, Tafsiran Alkitab Wahyu, Yogyakarta: ANDI,1997 

Heer, J.D., Tafsiran Alkitab Wahyu Yohanes 2, Jakarta:BPK-GM,1996 

Darmaputera, Eka, Menyingkap Janji Tuhan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015

Horton, Stanley M., Eksposisi Kitab Wahyu, Malang: Gandum Mas, 2016

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews