2.1.
Pengertian Metode Historis Kristis
Historis Kritis adalah salah satu metode penafsiran yang memahami makna
teks secara historis (sejarah) atau memahami teks berdasarkan konteks dan
situasi kehidupan (Sitz im leben)[1]. Historis
Kritis merupakan sebuah metode yang sangat diperlukan untuk menggali kebenaran
isi Alkitab dari segi sejarahnya[2]. Selain itu metode ini juga merupakan suatu
analisa terhadap suatu teks yang mana berbentuk dokumen yang memiliki sebuah
sejarah atau apakah yang diisi dari teks tersebut adalah menceritakan tentang
sejarah[3].
2.1.2. Tujuan Metode Historis Kristis
Tujuan
dari metode historis kritis adalah untuk menemukan arti makna dari sebuah teks
dengan mengutamakan dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis serta
menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan seseorang
ke dalam horizon pengertian masa kini. Tujuannya agar menjangkau teks asli yang
dapat dipercaya dengan mempelajarinya[4].
Metode ini menjangkau teks asli yang dapat dipercaya. Dengan metode ini
penafsir akan mempelajari teks dan kemudian dimampukan untuk mengenal
kesalahan-kesalahan yang akan dibenarkan, bagaimana melengkapi, menyisipi,
memelihara, sampai kepada tulisan yang kurang atau berlebihan[5].Dalam kalangan tafsir Perjanjian Baru,
tujuan metode historis kritis adalah agar kita mengetahui apa yang dikatakan
pengarang abad pertama dalam bahasa Yunani kepada pembaca aslinya karena kita
tahu bahwa PB tidak ditujukan langsung kepada kita[6]. Ada
tiga asumsi dasar dalam pendekatan historis kritis:
1. Alkitab
sebagai buku sejarah yang perlu diselidiki kebenarannya
2. Penelitian
ilmiah terhadap Alkitab harus terlepas dari lingkungan
3. Fungsi
analisa tidak hanya menyangkut keputusan terakhir tetapi harus menyangkut teks
buku-buku Alkitabiah[7].
2.2.
Latar Belakang Kitab Matius
Kitab Matius mempunyai amanat tentang "Kabar
Baik" (injil; bahasa
Inggris: gospel) bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini
dapat terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus
Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia. Oleh karena
itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
barulah akhir sistem dunia ini berakhir. Melalui Yesus itulah Tuhan menepati
apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian
Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari
orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi,
namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk
seluruh dunia[8].
2.3. Tujuan Penulisan Kitab
Injil Matius ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan
dengan sistematis dan dengan penuh hormat bahwa Yesuslah Mesias yang sudah
dijanjikan oleh Allah dalam Perjanjian Lama. Didalam Dia Kerajaan Allah telah
datang, dan nanti akan berkembang sampai kepada kesudahan alam. Barangsiapa
yang menerima Dia, ia menjadi anak Kerajaan Sorga, terang dunia[9]. Perlu
dipahami bahwa Injil Matius adalah Kitab yang ditulis untuk orang-orang Yahudi
yang berdiaspora tepatnya disekitar wilayah Siria. Kitab ini ditulis untuk
meyakinkan orang-orang Yahudi pula atau ditujukan kepada orang Yahudi namun
Non-Yahudi pun memperoleh bagian karena kebebalan orang Yahudi[10].
2.4. Ciri-ciri
Kitab
Tujuh ciri utama menandai Injil ini:
1. Kitab ini
merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
2. Ajaran dan
pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling
teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua Gereja sudah mempergunakan Injil
ini untuk membina orang yang baru bertobat.
3. Kelima ajaran
utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat
pengajaran Yesus:
·
selama
pelayanan-Nya di Galilea.
· mengenai hal-hal terakhir (Eskatologi).
4. Injil ini secara
khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan Perjanjian Lama jauh lebih
banyak daripada kitab lain di Perjanjian
Baru.
5. Kerajaan Sorga
dan Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada Kitab lain
di Perjanjian
Baru.
6. Matius
menekankan:
·
Standar-standar
kebenaran dari Kerajaan Allah (Mat 5-7).
·
Kuasa
kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian.
·
Kejayaan
kerajaan itu pada masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
7. Hanya Injil ini
yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik
Yesus di kemudian hari (Mat. 16:18; Mat. 18:17)[11].
2.5. Kritik
Sastra
Kelima Kitab Perjanjian Baru yang pertama, Matius,
Markus, Lukas, Yohanes, dan Kisah Para Rasul berisi sejarah. Semuanya
menceritakan kisah menggambarkan kehidupan serta karya pelayanan Yesus
dipandang dari sudut pandangan yang berbeda-beda[12]. Gaya
bahasa mendapat perhatian Matius. Bahasa Markus pada umumnya bersifat
sederhana, bahasa rakyat. Matius memperindah bahasa itu sesuai dengan
septuaginta, sehingga lebih layak untuk dibaca[13]. Dengan
kata lain, bahasa yang digunakan dalam nats adalah gaya bahasa yang sama
seperti yang digunakan dalam Kitab Markus, tetapi Matius memperhalus bahasa
yang digunakan dalam Markus, sehingga bahasa yang digunakan dalam Kitab Matius
lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca, sehingga kesederhanaan bahasa
itulah yang tetap dipertahankan oleh penulis Kitab Matius sebagai gaya bahasa
nats tersebut. Dan bahasa yang digunakan dalam nats ini adalah bahasa Aram
sebagai bahasa pergaulan[14].
2.5.1. Kritik
Bentuk
Bahan-bahan Injil Matius, Markus, dan
Lukas maka dilihat bahwa ketiga Injil memiliki sejumlah besar bahan yang sama
antara satu dengan yang lainnya. Itu bisa terlihat dalam perikop, alur cerita,
bahkan kesamaan dalam susunan kalimat. Kadang-kadang satu laporan tentang
ucapan, pengajaran (Perumpamaan) dan perbuatan Yesus sama-sama dilaporkan oleh
ketiga Injil ini[15].
2.5.2. Kritik
Sumber
Disamping kutipan-kutipan Markus, banyak
bahan dalam Injil yang juga terdapat dalam Injil Lukas. Bahan-bahan ini
dianggap berasal dari satu sumber yang sama-sama dipakai oleh Matius dan Lukas.
Dikalangan ahli Alkitab sumber ini dianggap sebagai sumber Q. Corak dan isi Q
tidak dapat ditentukan dengan pasti. Dalam menggunakan Q, yang sebagaian besar
terdiri dari ucapan-ucapan, kelihatannya Matius, yang memberi tekanan penting
terhadap ucapan-ucapan Yesus, lebih merasa bebas mengubah urutan ayat-ayatnya;
sedangkan bilamana ia menggunakan Injil Markus yang pada dasarnya terdiri dari
cerita-cerita, ia tidak berbuat demikian. Disamping ayat-ayat yang berasal dari
kedua sumber utama ini (Markus, 500 ayat; Q, 250 ayat), ada lagi lebih dari 300
ayat dalam Injil Matius. Ayat-ayat ini adalah khas Matius dan dikenal sebagai M.
Sifat-sifat khasnya dalam Injil Matius terutama berasal dari ayat-ayat ini,
yang mungkin berasal dari kumpulan cerita dari mulut kemulut (tradisi lisan)
yang sampai kepada Matius. Kutipan-kutipan dari PL yang diperkenalkan dengan
suatu rumusan khas[16].
2.5.3. Kritik
Tradisi
Injil Matius sangat berwarna Yahudi.
Perhatiannya yang khusus adalah penempatan Yesus dari Nazaret dalam tradisi
umat pilihan Allah dan menunjukkan bagaimana Yesus memperbaharui ikatan dengan
tradisi-tradisi ini dan membawanya kepada pemenuhannya. Matius bersusah payah
menunjukkan bagaimana peristiwa tertentu dalam kehidupan Yesus memenuhi
nubuat-nubuat Perjanjian Lama, melalui kisah sengsara dan kematian Yesus,
Matius meyakinkan bahwa peristiwa-peristiwa yang mengerikan itu adalah kehendak
Allah seperti diungkapan dalam Perjanjian Lama. Jati diri umat Allah juga
terungkap dalam ketegangan antara tradisi dan hal-hal baru. Matius tidak
ragu-ragu menganggap Israel adalah sebagai Alkitab, dan karenanya, tekanan
besar dari Injilnya menunjukkan kesinambungan antara Israel Lama dan dan Israel
Baru yang dilaksanakan Allah dalam Yesus Kristus[17].
2.6. Sitz
Im Lebenz
2.6.1 Konteks Agama
Dari orang-orang Romawi, agama juga memiliki kedudukan
sentral. Mereka memiliki kepercayaan kepada dewa-dewi, bahkan Kaisar dianggap
dewa. Agama primitif pada awalnya adalah aninisme. Beberapa upacara dan
perayaan daerah masih bertahan hingga sekarang dipara petani di Italia dan
Yunani. Secara umum ada lima jenis agama yaitu Patheon Romawi Yunani,
agama-agama rahasia, pemujaan alam gaib dan filsafat-filsafat[18]. Diantara
agama-agama lain dalam negara Romawi pada abad yang pertama, Yudaisme menempati
suatu tempat khusus yang menjadi agama nasional dan berasal dari agama Yahudi.
Para pengikutnya tidak diperkenankan untuk menyembah atau bahkan mengakui
keberadaan Tuhan dan ilah-ilah lain[19].Dalam
Perjanjian Baru agama negara menjadi semakin penting yaitu pemujaan kaisar dan
ibukota Roma yang didewakan[20].
2.6.2 Konteks Politik
Situasi politik dalam konteks Matius ini, tidak
terlepas dari kekuasaan kekaisaran Romawi yang selama memerintah tidak pernah
memerintah dengan baik. Sejak pemerintahan Kaisar Nero sampai pada Kaisar
Vespasianus orang Yahudi sangat diperlakukan sangat kejam. Kaisar yang
memerintah pada taahun 69 adalah Vitelis yang diakui oleh senat tetapi dia
tidak mampu mengendalikan pasukannya, maupun menciptakan pemerintahan yang
mantap. Tentara wilaah Timur turut campur dalam urusan pemerintahan pusat dan
mengangkat Jendral mereka, Vespasianus sebagai Kaisar. Pada saat itu
Vespasianus yang terlibat dalam suatu peperangan di Yerusalem. Kemudian dia
menyerahkan kepimpinannya di Yerusalem ketangan Titus, Putranya dengan membawa
80.000 tentara. Tentunya menimbulkan banyak korban jiwa pada peristiwa itu. Hal
ini disebabkan karena pemerintahan Romawi yang sangat
refresif sehingga menimbulkan pemberontakan[21]. Pada
zaman Matius ini kaisar yang memerintah ialah Kaisar Vespasianus yaitu kaisar
yang menggantikan Kaisar Nero. Kaisar Vespasianus menduduki takhtanya pada
tahun 69-79 SM[22].
2.6.3. Konteks Sosial-Budaya
Didalam konteks sosial adalah dikalangan Yudaisme
maupun orang-orang kafir, terdapat kelompok kaum ningrat yang kaya. Dalam
Yudaisme kaum ningrat itu adalah kelompok alim ulama yang sebagian besar
terdiri dari keluarga para imam dan para rabi. Hal yang sangat kontras terlihat
pada stratifikasi sosial yang tinggi antara orang kaya dan orang miskin. Dalam
stratifikasi sosial itu terdapat banyak-banyak golongan-golongan kaum ningrat,
kaum menengah, rakyat jelata[23].Kebudayaan
yang dimaksudkan dalam konteks Injil Matius ini ialah budaya
“Helenis”. Helenis yang dimaksud yaitu bahasa dan peradaban Yunani
mendapatkan tempat yang tertinggi dalam kehidupan zaman ini[24]. Kebudayaan Helenis adalah
kebudayaan Yunani yang mencapai tingkat tinggi di Athena. Kebudayaan ini
memberi ciri khas pada seni perdagangan dan gaya berpikir diantara Yunani
sesuai dengan pengaruh kebudayaan Athena[25].
2.6.4. Konteks Ekonomi
Memang pada umumnya Negara Roma cukup toleran
dan membiarkan wilayah jajahannya mengurus perkaranya sendiri, daerah jajahan
ini tidak melakukan pemberontakan dan membayar upeti. Dalam hal itu tergantung
pada Raja dan pemerinthan setempat dalam pengaturan pembayaran pajak kepada
pemerintah pajak kepada pemerintah pusat[26].Situasi
dalam kehidupan ekonomi ini antara lain adalah:
· Pertanian
Di Italia terdapat tanah-tanah yang luas
yang disewakan oleh pemiliknya pada petani penggarap atau petani bagi hasil,
dan yang ditumbuhi oleh hampir semua jenis-jenis buah-buahan dan biji-bijian
yang dapat ditanam.
· Industri
Barang-barang harus dihasilkan oleh tenaga
manusia. Pada umumnya pabrik-pabrik merupakan perusahaan pribadi yang
menggunakan tenaga budak. Toko-toko kecil adalah suatu kelaziman bukan
perkecualian. Barang-barang tertentu dihasilkan oleh daerah-daerah tertentu.
· Keuangan
Banyak kota dalam dalam Negara Romawi yang
diberi hak mencetak uang mereka sendiri, dan mata uang negeri-negeri yang
dikalahkan tidak ditarik dari peredarannya sehingga dalam negara berlaku
pelbagai jenis mata uang secara bersama-sama.
· Pengangkutan dan Perjalanan
Ada orang yang menempuh perjalanan yang
melelahkan ini dengan berjalan kaki. Ada yang mengendarai Keledai. Mereka yang
lebih kaya menggunakan Kuda atau Bagal, dan para pejabat atau tokoh masyarakat
berpergian dengan Kereta Kuda. Lalu Lintas perdagangan biasanya lebih banyak
berlangsung di laut daripada di darat. Laut Tengah dipenuhi oleh
pelabuhan-pelabuhan yang baik dan tidak pernah sepi dari pelayaran sepanjang
musim. Alexandria adalah pelabuhan terpenting, karena merupakan jalan masuk
hasil biji-bijian dari Mesir[27].
2.7. Analisa
Teks
2.7.1. Perbandingan
Bahasa
Ayat 14
LAI : Berpergian
Bibel : Laho
(Pergi)
NIV : Journey
(Perjalanan)
NTG : ταξίδι (Perjalanan)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah NIV
Ayat 15
LAI : Kesanggupannya
Bibel : Gogona
(Kekuatannya)
NIV : Ability
(Kemampuan)
NTG : ικανότητα (Kekuatannya)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah Bibel
Ayat
16 :
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat
17 :
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 18
LAI :
Menggali
Bibel :
Dihali (Digali)
NIV :
Burrow (Menggali)
NTG : τρυπώνω (Menggali)
Keputusan :
Yang mendekati NTG adalah LAI NIV
Ayat 19
LAI : Mengadakan
Bibel : Mardabudabu
(Melaksanakan)
NIV : Carry
on (Meneruskan)
NTG : συνέχισε (Melaksanakan)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah Bibel
Ayat 20
LAI : Menerima
Bibel : Manjalo
(Menerima)
NIV : Receive
(mendapatkan)
NTG : λαμβάνω (Menerima)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah LAI dan Bibel
Ayat 21
LAI : Memberikan
Bibel : Pasahaton
(Menyampaikan)
NIV : Submit
(Menyerahkan)
NTG : δίνω (Menyerahkan)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah NIV
Ayat
22 :
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 23
LAI : Hai
Hambaku
Bibel : Ale
Naposo (Hai Hambaku)
NIV : Servant
Me (Hambaku)
NTG : υπηρέτης
μου (Hambaku)
Keputusan : Yang
mndekati NTG adalah NIV
Ayat 24
LAI : Menabur
Bibel : Panuananmu
(Menabur)
NIV : Disseminate
(Menyebarkan)
NTG : συς (Menabur)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah Bibel dan LAI
Ayat 25
LAI : Menyembunyikan
Bibel : Mambunihon
(Menyembunyikan)
NIV : Conceal
(Merahasiakan)
NTG : κρύβω (merahasiakan)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah NIV
Ayat 26
LAI : Memungut
Bibel : Papunguhon
(Mengumpulkan)
NIV : Collect
(Mengumpulkan)
NTG : συγκεντρώνουν (Mengumpulkan)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah Bibel dan NIV
Ayat
27 :
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 28
LAI : Mempunyai
Bibel : Mameop
(Memegang)
NIV : Have
(Mempunyai)
NTG : κρατήστε (Memegang)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah Bibel
Ayat 29
LAI : Berkelimpahan
Bibel : Marlobilobi
(Berlebih-lebihan)
NIV : Abundants
(Berlimpah-limpah)
NTG : αφθονούν (Berlimpah-limpah)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah NIV
Ayat 30
LAI : Campakkanlah
Bibel : Pabali
Hamu ( Lemparkan kalian)
NIV : Dump
it (Campakkanlah)
NTG : θα
ρίξει (Lemparkan Kalian)
Keputusan : Yang
mendekati NTG adalah Bibel
2.7.2. Terjemahan
Akhir
Ayat 14: “Sebab hal Kerajaan Sorga
sama seperti seorang yang mau perjalanan ke luar negeri, yang
memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka”.
Ayat 15: “Yang seorang diberikannya
lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu,
masing-masing menurut kekuatannya, lalu ia berangkat”.
Ayat 16: “Segera pergilah hamba yang
menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima
talenta”.
Ayat 17: “Hamba yang menerima dua
talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta”.
Ayat 18: “Tetapi hamba yang menerima satu talenta
itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang
tuannya”.
Ayat 19: “Lama sesudah itu pulanglah tuan
hamba-hamba itu lalu melaksanakan perhitungan dengan mereka”.
Ayat 20: “Hamba yang menerima lima
talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima
talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta”.
Ayat 21: “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik
sekali perbutanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia
dalam perkara kecil, aku akan menyerahkan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.
Ayat 22: “Lalu datanglah hamba yang menerima dua
talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku
telah beroleh dua talenta”.
Ayat 23: “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik
sekali perbuatanmu itu, hambaku yang baik dan setia, engakau telah
setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan
kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan
turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.
Ayat 24: “Kini datanglah juga hamba yang menerima
satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang
kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang
memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam”.
Ayat 25: “Karena itu aku takut dan pergi merahasiakan talenta
tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!”.
Ayat 26: “Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba
yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana
aku tidak menabur dan mengumpulkan dari tempat di mana aku tidak
menanam?”.
Ayat 27: “Karena itu sudahlah seharusnya uangku
itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku
menerimanya serta dengan bunganya”.
Ayat 28: “Sebab itu ambillah talenta itu dari
padanya dan berikanlah kepada orang yang memegang sepuluh talenta
itu”.
Ayat 29: “Karena setiap orang yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia berlimpah-limpah. Tetapi siapa yang tidak
mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.
Ayat 30: “Dan lemparkanlah hamba yang
tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan
terdapat ratap dan kertak gigi”.
2.8. Tafsiran
Ayat 14-15:Dalam teks terjemahan LAI
terdapat kalimat “sebab hal kerajaan Surga sama seperti…” (25:14). Namun di
dalam teks bahasa aslinya tidak ada kata “hal kerajaan Surga,” bagian tersebut
ditambahkan karena penafsiran LAI terhadap hubungan antara perumpamaan gadis-gadis
bijaksana dan bodoh dengan perumpamaan tentang talenta. Hal ini didukung juga
oleh kata sambung “sebab/ γαρ” (baca: gar) pada awal ayat 14 untuk menunjukkan
kesinambungan cerita. Tetapi kedua perumpamaan bukanlah satu kesatuan (satu
ilustrasi) melainkan 2 ilustrasi berbeda yang masih memiliki tema yang sama.
Sehingga sama seperti perumpamaan sebelumnya maka perumpamaan tentang talenta
merupakan salah satu perumpamaan yang menganalogikan hal kerajaan surga dalam
konteks akhir zaman[28].
Kerajaan Surga dikomparasikan (atau diperbandingkan) dengan seseorang yang akan
pergi melakukan perjalanan. Ia memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan
kepada mereka hartanya kepada mereka. Harta tersebut diberikan dalam satuan
talenta. Masing-masing 5, 2 dan 1 talenta. Harta tersebut tidak diberikan
tetapi hanya dipercayakan untuk dikerjakan. Jumlah yang berbeda ini sebenarnya
membawa pesan yang cukup kuat dalam keseluruhan perumpamaan. Mengapa
masing-masing hamba tidak diberikan jumlah yang sama, bukankah memberikan
jumlah yang sama lebih berkesan adil dari pada berbeda-beda? Perumpamaan ini
juga tidak mengatakan bahwa hamba-hamba tersebut mempunyai jabatan yang
berbeda-beda. Kalimat kunci yang memberikan petunjuk bagi masalah ini adalah
“masing-masing menurut kesanggupannya.” Ternyata tuan tersebut mengenal
masing-masing hamba dan ia mempercayakan talentanya, yakni hartanya sendiri,
dengan tujuan agar hamba-hambanya mengelola harta yang dipercayakannya
tersebut. Jika tujuannya adalah mengelola maka yang dipercayakan juga harus
sesuai dengan kemampuan hamba-hamba itu untuk mengelola. Jumlah talenta yang
diberikan adalah manifestasi dari kapasitas hamba-hamba tuan itu untuk mengelola hartanya.Talenta bukanlah suatu satuan
mata uang melainkan satuan berat atau timbangan. Talenta adalah ukuran
timbangan yang setara dengan 34 kg. Satu talenta emas tentu saja berbeda
nilainya dengan satu talenta perak, jadi nilainya sangat tergantung pada jenis
logam apa yang ditimbang tersebut. Konversi talenta ke mata uang juga sangat
beragam dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Beberap
ahli memperkirakan dalam konteks ini jumlah 5, 2 dan 1 talenta itu sama dengan
50.000, 20.000 dan 10.000 dinar. Nilai terendah (1 talenta) dari uang yang
dipercayakan tuan itu kepada hmab-hambanya sama dengan sejumlah uang yang
diperoleh dari hasil kerja selama 10.000 hari. Jika upah kerja sehari sekarang
ini dianggap Rp. 50.000 maka nilai 1 talenta sama dengan Rp. 500.000.000 (½
Miliar). Suatu jumlah angka yang tidak sedikit untuk memulai suatu usaha[29].
Ayat 16-17: Hamba pertama dan kedua memiliki kisah-kisah yang
serupa dan cenderung ditulis dalam kalimat-kalimat yang bisa dikatakan persis
sama. Kedua hamba ini dipercayakan 5 dan 2 talenta. Setelah mendapatkan
kepercayaan 5 talenta, hamba pertama langsung pergi. AlkitabNASB (New American Standart Bible) menerjemahkan immediately (dengan
segera) untuk menunjukkan bahwa hamba yang pertama itu mengerti apa yang
diinginkan oleh tuannya. Ia pergi segera untuk menjalakan uang tersebut. Kata
“menjalankan” dalam bahasa aslinya adalah ergazomai yang sebenarnya
lebih tepat diterjemahkan “bekerja/ mengerjakan.” Jadi hamba yang pertama pergi
untuk mengerjakan sejumlah talenta yang diberikan kepadanya. Narasi perumpamaan
ini tidak mengatakan berapa lama hamba ini mengerjakan talenta yang diberikan
kepadanya itu namun yang jelas pada waktu tertentu talenta yang tadinya 5 telah
berlaba dan menghasilkan 5 talenta lagi sehingga jumlah harta yang ada di
tangan hamba pertama menjadi 10 talenta[30].
Hamba kedua melakukan hal yang persis sama dengan hamba pertama. Jadi ia juga
langsung pergi dan mengerjakan 2 talenta yang dipercayakan kepadanya. Hasil
yang diterima oleh hamba yang kedua juga sama dengan hamba yang pertama, ketika
ia mengerjakan talenta yang dipercayakan kepadanya ia mendapatkan laba 2
talenta dan jumlah harta yang ada di tangannya sekarang adalah 4 talenta. Setelah mengerjakan harta yang
dipercayakan hamba pertama mendapatkan 5 talenta dan hamba kedua menghasilkan 2
talenta, berbeda secara jumlah secara signifikan dengan hamba yang pertama.
Namun secara persentase, jumlah laba yang dihasilkan hamba pertama dan hamba
kedua sama besar, yakni 100% (dipercayakan 5 mendapat laba 5, dipercayakan 2
mendapat laba 2). Pada waktu tuan mereka
datang kembali, ia membuat perhitungan dengan hamba-hambanya. Hamba pertama dan
kedua menghadap dengan membawa talenta yang dipercayakan kepada mereka beserta
dengan labanya. Jadi hamba pertama membawa 10 talenta dan hamba kedua 4
talenta. Apa respon tuan mereka? Dari seluruh kalimat yang diucapkan oleh tuan
tersebut klausa terpenting yang memberikan pesan kunci tentang apa yang telah
dikerjakan oleh hamba-hamba tersebut adalah “hamba yang baik dan setia.” Kata
“baik dan setia” tidak bisa dipisahkan karena kedua kata tersebut mempunyai
pesan yang sama. Baik yang dimaksud adalah karena mereka setia kepada perkara
yang dipercayakan kepada mereka. Tuan tersebut mengatakan bahwa perkara itu
adalah perkara kecil karena ia akan mempercayakan mereka perkara yang besar.
Sikap setia pada perkara kecil adalah sikap yang baik. Kesetiaan dan kebaikan
mereka mendapatkan buah yang lain yaitu kepercayaan untuk perkara-perkara
besar. Baik hamba pertama dan hamba kedua mendapatkan kepercayaan perkara besar
yang sama.
Ayat 24-30:
Kontras dengan hamba pertama dan kedua,
hamba ketiga ini tidak pergi menjalankan 1 talenta yang dipercayakan kepadanya.
Sebaliknya ia pergi menggali lobang dan menyimpan yang itu di sana sehingga
talenta itu tidak berlaba, jumlahnya tetap sama. Pada waktu tuannya datang,
yang lain mengembalikan 2x lipat, ia hanya mengembalikan sejumlah yang
diberikan oleh tuannya. Mengapa hamba ketiga gagal dalam kepercayaan yang
diberikan kepadanya? Jawabannya tersirat dalam jawabannya hamba ketiga ini dan
respon tuannya.
Berbeda dengan dua hamba yang lain, hamba ketiga tidak memulai dialog dengan
menjelaskan bagaimana keberadaan harta yang telah dipercayakan tuannya itu
kepadanya. Ia justru memulainya dengan memberikan sebuah pembenaran atas apa
yang sudah ia lakukan terhadap talenta yang dipercayakan kepadanya. Ia
mengatakan bahwa ia tahu bahwa tuannya itu adalah seorang yang
kejam skleros. Kata yang hanya digunakan oleh Matius. Kejam yang dimaksud oleh
hamba ketiga ini lebih lanjut dijelaskan dalam 2 hal. Tuan itu kejam karena dia
(a) menuai di tempat di mana tuan tidak menabur, dan (b) memungut dari tempat
di mana tuan tidak menanam. Jika diperhatikan dengan seksama sebenarnya kedua
ini memiliki arti yang sinonim karena kata-kata yang digunakan bersifat
paralel; menuai = memungut, menabur = menanam. Ia salah mengerti mengenai
tuannya. Ia tidak mengenal siapa tuannya dan apa maksud tuannya mempercayakan
harta 1 talenta itu kepadanya. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menanam saja
uang tersebut dan kemudian mengembalikan talenta itu utuh kepada tuannya, tidak
kurang dan tidak lebih. Ia melihat tuannya itu sebagai tuan yang kejam, yang
bersikap picik dan hanya memanfaatkan dirinya, itulah sebabnya ia tidak mengerjakannya.
Perumpamaan ini tidak mengatakan bahwa hamba ketiga ini iri hati kepada 2 hamba
yang lain karena mereka diberikan lebih banyak dari pada dirinya. Jadi
kegagalan hamba ketiga ini bukan disebabkan karena ia tidak puas dengan
pembagian 5, 2 dan 1[31].
I.
Kesimpulan
Tujuan
dari metode historis kritis adalah untuk menemukan arti makna dari sebuah teks
dengan mengutamakan dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis serta
menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan seseorang
ke dalam horizon pengertian masa kini.
IV. Daftar Pustaka
Sabja,
Indra, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja, (
Yogyakarta:Kanisius,2003)
Browning, W.R.F, , Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2012)
Hayes, John.H & Holladay,R, Pedoman
Penafsiran Alkitab,
(Jakarta:BPK-GM,1993)
Grant,Robert.M, & Tracy,David, Sejarah
singkat penafsiran Alkitab,
(Jakarta:BPK-GM,1998)
Hayas,John.H, & Holladay,
Carl.C, Biblical Exegetis, (Atlanta:
John Knox Press, 1982)
Sitompul,
A.A, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM,
2004).
Saragih, Agus Jetron, Exegese
Naratif, (Medan:
P3M STT.AS, 2006).
Duyveman,M.E, Pembimbing
ke Dalam Perjanjian Baru,
(Jakarta: BPK-GM, 2003)
Barclay,William, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari Matius 1-10, (Jakarta: BPK-GM, 1993)
Tenny,Merril,C. , Survey Perjanjian Baru, (Malang: Gandum
Mas, 2006)
Lembaga
Alkitab Indonesia, Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2000)
F,Drewes,B, Satu Injil Tiga Pekabar,
(Jakarta: 1986)
Hakh, Samuel Benyamin, Pemberian Tentang Yesus
menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung:
Jurnal Info Media, 2008).
Lembaga
Alkitab Indonesia, Tafsiran Alkitab
Masa Kini 3, (Jakarta: BPK-GM, 2003)
Pasaribu Marulak, Eksposisi Injil Sinoptik, (Malang: Gandum Mas, 2005).
Groenen,C, Pengantar Ke Dalam
Perjanjian Baru,
(Jakarta: BPK-GM, 2002).
Khomeni, Imam,
Palestina Dalam Pandangan Imam Khoemi, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004)
Drane, Jhon, Memahami
Perjanjian Baru,
(Jakarta: BPK-GM, 1998)
R.T France, The Gospel According to Matthew: an
Introduction and Commentary, (Leicester: Inter-Varsity, 1985).
C.S.
Mann dan Albright, W.F., "Matthew." The Anchor Bible Series, ( New York: Doubleday & Company, 1971).
Gundry Robert, Matthew a Commentary on his Literary and
Theological Art, (Grand
Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1982).
Sumber
Dari
[1] Indra Sabja, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja, (
Yogyakarta:Kanisius,2003), 45
[2] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2012),
222
[3] John H. Hayes & R.
Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab,
(Jakarta:BPK-GM,1993), 52
[4] Robert
M. Grant, & David Tracy, Sejarah
singkat penafsiran Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,1998),173
[5] Jhon H. Hayas & Carl R. Holladay, Biblical
Exegetis, (Atlanta: John Knox Press, 1982),54 sumber dari https://tinosinaga.blogspot.com/2017/05/tafsiran-perjanjian-baru-matius-2514-30.html?m=1diakses pada tanggal, 10/09/2020 Pukul 19.45
[6] A.A. Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab,
(Jakarta: BPK-GM, 2004), 214
[7]
Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif, (Medan:
P3M STT.AS, 2006),29
[8] M.E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru,
(Jakarta: BPK-GM, 2003), 50
[9] M.E.
Duyverman, Pembimbing ke Dalam
Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 53
[10] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Matius 1-10, (Jakarta: BPK-GM, 1993),
9
[11] Lembaga
Alkitab Indonesia, Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2000), 1496
[12] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006),160-161
[13] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006),
160-161
[14] Drewes
B.F, Satu Injil Tiga Pekabar,
(Jakarta: 1986), 25
[15] Samuel Benyamin
Hakh, Pemberian Tentang Yesus
menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008),11-13
[16] Lembaga Alkitab
Indonesia, Tafsiran Alkitab Masa
Kini 3, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 55
[17] Marulak
Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik,
(Malang: Gandum Mas, 2005), 143-145
[18] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006), 81
[19] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006),101
[20] C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM,
2002), 64
[21] Imam
Khomeni, Palestina Dalam Pandangan
Imam Khoemi, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), 5
[22] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006),
12
[23] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006),
59-77
[24] C.
Groenen, Pengantar Ke Dalam
Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 55
[25] Jhon
Drane, Memahami Perjanjian Baru,
(Jakarta: BPK-GM, 1998), 218
[26] C.
Groenen, Pengantar Ke Dalam
Perjanjian Baru,, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 36
[27] Merril
C. Tenney, Survey Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 2006),
73-77
[28] Albright, W.F. and C.S. Mann, "Matthew." The Anchor Bible Series, (New York:
Doubleday & Company, 1971), 58 sumber dari https://tinosinaga.blogspot.com/2017/05/tafsiran-perjanjian-baru-matius-2514-30.html?m=1diakses pada
tanggal, 10/09/2020 Pukul 20.15 Wib
[29] Robert
Gundry, Matthew a Commentary on his
Literary and Theological Art, (Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1982), 127 sumber dari https://tinosinaga.blogspot.com/2017/05/tafsiran-perjanjian-baru-matius-2514-30.html?m=1diakses pada tanggal, 10/09/2020 Pukul 20.30 Wib
[30] David
Hill, The Gospel of Matthew,
(Grand Rapids: Eerdmans, 1981), 279 sumber dari https://tinosinaga.blogspot.com/2017/05/tafsiran-perjanjian-baru-matius-2514-30.html?m=1 diakses pada tanggal,
10/09/2020 Pukul 22.10 Wib
[31] France,
R.T, The Gospel According to Matthew:
an Introduction and Commentary, (Leicester: Inter-Varsity, 1985),201
Sumber dari https://tinosinaga.blogspot.com/2017/05/tafsiran-perjanjian-baru-matius-2514-30.html?m=1 diakses pada tanggal, 10/09/2020 Pukul 22.30 Wib
Post a Comment