wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Masalah Kerja dan Pengangguran menurut Etika Kristen

 

I.                   Pembahasan

I.1. Alkitab dan kerja

Etika berbicara tentang sikap, bukan sekedar tugas atau jabatan. Walaupun tugas dan jabatan menuntut sikap tertentu, misalnya seorang pimpinan harus lebih rajin dari seorang bawahan, tetapi sikap dalam bekerja adalah hal yang bersangkut paut dengan etika. Etika kerja berarti etika yang menyoroti sikap dan perilaku seseorang dalam bekerja atau berkarya, baik atas tugas/jabatannya maupun atas segala kegiatan yang diperankannya. Etos kerja dalam Alkitab tidak hanya berbicara tentang pekerjaan yang terkait dengan jabatan melainkan dengan seluruh kegiatan dan karya yang dilakukan manusia. Kalau dasar Alkitabiah kerja diletakkan dalam iman kepada Allah sang Pencipta, maka jelaslah bahwa kerja yang dimaksud bukan tugas dan jabatan melainkan kegiatan dan karya. Allah bukan seorang pejabat atau pegawai atau karyawan. Tetapi Ia adalah seorang pekerja karena Ia adalah Pencipta dan terus berkarya: “Bapaku berkerja sampai sekaranag, maka Akupun berkerja juga” (Yohanes 5:17).Jelas bahwa Allah bukanlah seorang karyawan atau pegawai atau pejabat, tetapi tidak berarti Allah adalah penganggur.Allah bekerja menciptakan segala sesuatu dan memelihara, menjaga segala ciptaan-Nya. Bahkan Allah juga berkarya dengan menebus, menyelamatkan manusia dan seluruh ciptaan-Nya dari kuasa dosa dan Allah terus menerus bekerja dan berkarya untuk mewujudkan karya penyelamatan-Nya sepanjang sejarah sampai kepada kesudahan alam: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 29:20-b). Jadi Allah tidak pernah menganggur, Allah tidak pernah diam. Ia selalu bekerja dan berkarya. Bekerja atau berkarya adalah hakekat Allah.Allah yang aktif, bukan Allah yang pasif.Allah yang rajin, bukan Allah yang malas.

I.2.  Etika Kerja

Dalam menjalankan kerja sebagai panggilan dan khrisma, tentu saja ada rambu-rambu atau norma-norma yang seharusnya diikuti. Misalnya, dalam matius 25 ditekankan, mereka yang menerima karunia, haruslah menjalankan karunia itu sedemikian rupa sehingga bertumbuh dan berbuah.Kerja yang diberkati adalah kerja yang dilaksanakan dengan rajin dan setia.Rajin adalah panggilan untuk semua orang (Ams. 10:45; Rm. 12:8). Kemudian norma rajin itudapat diimplementasikan dalam aturan jam kerja, prestasi kerja dan lain sebagainya. Dalam bagian-bagian Alkitab yang disebutkan di atas tadi sangat ditekankan agar setiap orang menjalankan tugasnya sesuai dengan kharismanya. Etos kerja yang dibangun dari dalam kesadaran akan kepribadian selaku orang peraya akan memberi motivasi, tujuan dan hasil kerja yang optimal dan sekaligus mengandung di dalamnya nilai-nilai kepelayanan kepada sesama.[1]

I.3.  Etos Kerja

Menurut Weber, di sinilah etika Protestan itu mempunyai sangkut-paut dengan roh kapitalisme. Sekali lagi terlepas dari penilaian teologis kita terhadap semua itu, kita kini dapat merangkum etos yang bagaimana yang kemudian terbentuk. (1) etos yang berorientasi kepada prestasi (2) Sikap produktif itu hanya dapat diwujudkan dengan bekerja sekeras kerasnya. (3) Etos kerja ini membentuk sikap terhadap waktu (4) Tidak hanya berboros-boros mengenai waktu, tetapi juga berboros boros mengenai materi, adalah dosa besar..[2]

I.4.  Pandangan Perjanjian Lama tentang Kerja

Dalam Perjanjian Lama kerja amat dihormati, pekerjaan keahlian. Orang-orang yang mempunyai ke mampuan untuk membuat barang-barang seperti tu kang perak, pengasah batu, tukang kayu, tukang tenun khususnya amat dihormati. Di seluruh Perjanjian Lama prinsip-prinsip berikut amat menonjol:

    Kerja adalah Bagian yang Utuh dari Kehidupan

    Setiap Orang Harus Berkerja

    Kerja keras memberikan kepuasan

I.5.  Pandangan Perjanjian Baru tentang Kerja

Di dalam Perjanjian Baru kerja diasumsikan sebagai cara yang normal bagi kehidupan setiap orang. Tak satupun dari konsep-konsep Perjanjian Lama dibuang, melainkan justru dikuatkan, dengan penekanan tambahan pada sikap orang yang bersangkutan terhadap kerjanya dan majikan nya. Jadi bahkan dalam konteks anugerah, orang tidak dapat lolos dari tanggung jawabnya untuk bekerja. Malah, kini bukan hanya kerja, tetapi seberapa baik ia melak sanakan tugasnya.

    Tidak Berkerja, Tidak makan[3]

I.6.  Allah sang Pekerja Agung

PADA MULANYA ALLAH menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:1). Demikianlah sejak ayat pertama Alkitab memproklamirkan bahwa Allah adalah Sang Pekerja Agung. Digambarkan jelas, Dia sedang mencipta. Dan sepanjang enam hari penciptaan itu Dia giat dan sibuk bekerja. Ia mencipta dengan sabda atau firman, melengkapi serta memperindah pekerjaan-Nya dengan hasil yang Dia nilai sendiri baik (Kej. 1:10,12,18,21,25). Dan semua hal itu menyenangkan hati-Nya akhirnya (Kej. 1:31). Rasul Paulus sangat mengakui peran Roh Kudus dalam pekerjaannya: Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh (1Tes. 1:5). Lantas, apa makna semua hal di atas bagi kita kaum pemercaya Alkitab?

1.    Bekerja adalah hakikat manusia karena Allah Sang Pekerja Agung itu telah menciptakan kita segambar dengan Dia (Kej. 1:26-27).

2.    Allah tidak membeda-bedakan pekerjaan.: Allah tidak membeda-bedakan manusia.

3.    Allah dan manusia bekerja di dunia.[4]

I.7.  Berdoa dan Berkerja

TIDAKADA DOA yang popularitasnya melebihi Doa Bapa Kami, satu-satunya doa yang diajarkan Yesus kepada murid murid-Nya menurut catatan Injil. Memang terdapat berbagai versi terjemahannya maupun tafsiran, makna, dan kedudukannya sebagai doa. Namun satu hal yang tampaknya disepakati seluruh umat percaya ialah: Doa Bapa Kami adalah sebuah doa yang efektif justru karena kesederhanaannya, merupakan model doa yang dikehendaki Yesus, serta sebagai panduan utama memberi jemaat komponen yang harus ada dalam setiap doa.

Dalam berbagai komunitas Kristiani di Indonesia, ternyata terdapat sejumlah variasi maka Ora Et Labora ini, yaitu:

       Berkerja sambil berdoa

       Sesudah berdoa lalu berkerja

       Kekuatan doa setengah dari kerja

Tetapi makna Ora Et Labora yang lebih tepat adalah:

     Berdoa sama pentingnya dengan bekerja

     Doa dan kerjaa berkedudukan setara, simetris dan setangkup

     Doa harus dilaksanakan dengan kerja

     Kerja adalah perwujudan doa

Sesungguhnya, berdoa itu sendiri adalah bekerja. Menurut definisi fisika, kerja adalah gaya-bisa gaya gravitasi, elektro magnetik, atau mekanik-yang dikenakan pada sebuah objek yang mengakibatkan bergeraknya objek tersebut. Jadi, kerja adalah energi yang operasional, energi yang sedang bertugas, atau energi yang sedang dipertukarkan dengan hasil yang jelas dan terukur, misalnya dari sebuah batere kepada motor listrik, atau dari sistem pembangkit listrik tenaga air di pegunungan kepada sebuah sistem industri di perkotaan.

I.8.  Pandangan Etika Kristen terhadap kerja

Kerja merupakan bagian yg utuh dari kehidupan manusia karena bagi Allah kerja itu adalah baik (Kej 2 : 15). Oleh karena semua orang harus bekerja untuk kemuliaan Tuhan (Kel 34 : 21), maka bekerja adalah merupakan salah satu wujud kesetiaan kepada Allah. Manusia tidak dapat lolos dari tanggungjawabnya bekerja (2 Tes 3 : 10) dan harus mencukupi keluarganya (1 Tim 3 : 8). Yang ditekankan disini adalah mencukupi bukan kemewahan, ttp lebih daripada itu yaitu demi kemuliaan Tuhan. Pekerjaan yg diberkati adalah pekerjaan yg dilakukan dengan tekun dan setia dan penuh kejujuran yaitu kerja yang dilakukan karena kasih kepada Allah (Luk 10: 38 – 42) dan kasih kepada manusia (Kis 20:33-35). Alkitab juga mencela orang yg malas bekerja (Ams 18: 9; 2 Tes 3:10). Sebab itu manusia harus selalu bekerja dan berdoa karena dgn demikian kerja itu adalah ibadah apabila dilakukan dengan setia, tekun, rajin dan jujur serta bertanggung jawab terhadap Allah maupun terhadap sesama.[5]

I.9.  Pengangguran ditinjau dari Etika Kristen[6]

Pengangguran bukanlah sesuatu yang diinginkan tiap manusia.  Pengangguran dapat kita bedakan menjadi beberapa jenis dan akan membantu kita untuk melihat apa yang menjadi penyebabnya.

      Pengangguran struktural

      Pengangguran sementara

      Pengangguran tidak tetap

      Pengangguran teknologis

      Pengangguran residu

II.                Kesimpulan

Kerja merupakan bagian yang utuh dari kehidupan manusia karena bagi Allah kerja itu adalah baik (Kej 2 : 15). Oleh karena itu semua orang harus bekerja untuk kemuliaan Tuhan (Kel 34 : 21), maka bekerja adalah merupakan salah satu wujud kesetiaan kepada Allah. Manusia tidak dapat lolos dari tanggungjawabnya bekerja (2 Tes 3 : 10) dan harus mencukupi keluarganya (1 Tim 3 : 8). Dan dalam hidup ini tidak semua orang bekerja atau disebut dengan penganguran. Umumnya pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada serta mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

III.             Daftar pusataka

Eben Ezer Siadari dan Jansen Sinamo, Teologi Kerja Modren dan Etos Kerja Kristiani, (Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2013).

Mary White & Jerry, Pemahaman Kristiani Tentang Berkerja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997).

Bertens Kees, ETika Bisnis Kristen, (Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi (UPI)& Pusat Studi Etika (PSE),2006).

Darmaputera Phil. Eka, Etika Sederhana untuk Semua, (Jakarta: BPK GM,1990).

Christoper Danes dan Simon, Masalah-masalah Moral Sosial Aktual dalam perspektif Iman Kristen,(Kanisius: Semarang,2000).

Sumber Lain

http://ernestchris.blogspot.com/2014/10/etika-kerja.html


[1]Kees Bertens, ETika Bisnis Kristen, (Jakarta: Unit Publikasi dan Informasi (UPI)& Pusat Studi Etika (PSE),2006), 28-34.

[2]Phil. Eka Darmaputera,Etika Sederhana untuk Semua, (Jakarta: BPK GM,1990),109-110.

[3] Jerry& Mary White,Pemahaman Kristiani Tentang Berkerja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997),16-20.

[4]Jansen Sinamo dan Eben Ezer Siadari, Teologi Kerja Modren dan Etos Kerja Kristiani, (Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2013), 14-20.

[5]http://ernestchris.blogspot.com/2014/10/etika-kerja.html diakses pada tanggal 22 April 2021, PUKUL 12:01 WIB

[6] Simon dan Christoper Danes , Masalah-masalah Moral Sosial Aktual dalam perspektif Iman Kristen,(Kanisius: Semarang,2000), 117.


Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews