wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Pentakostal dan Kharismatik, tokoh-tokoh, paham-pahamnya, serta perkembangannya di dunia

 

Kharismatik



II.      Pembahasan

2.1.       Sejarah Pentakosta

Charles Fox Parham pendiri Episcopal Methodis, pada tahun 1900, mendirikan “The Bathel Bible School” di Topeka, Kansas. Menurut Aritonang, Gerakan Pentakosta dimulai sejak Parham mempelajari ajaran tentang kesucian, lebih lanjut Aritonang mengatakan “Semula Parham adalah pendeta Episcopal Methodis Church. Disinilah ia mempelajari ajaran kesucian sebagai berkat atau karunia kedua. Untuk mendukung gerakannya maka ia mendirikan “The Bathel Bible School”. Sekolah ini mempersiapkan calon misionari. Ia percaya bahwa “hujan akhir” dari Roh Kudus akan segera membanjiri orang-orang percaya. Peristiwa itu (hujan akhir) itu akan diikuti kedatangan Kristus kali kedua. Dalam ajarannya, ia menekankan untuk mempelajari Kisah Para Rasul tentang tanda dan pengalaman orang-orang Kristen dengan Roh Kudus, dengan harapan para murid sendiri akan menerima berkat itu.

Sekalipun pada akhirnya terjadi kemunduran dalam karya Seymour, misi jalan Azusa berfungsi sebagai pusat dorongan penginjilan, yang menjalar ke Amerika Utara dan ke seluruh dunia. Akhir tahun 1906 sudah terdapat sembilan gereja Pentakosta di Los Angeles, sekalipun tidak semuanya dalam hubungan yang baik satu dengan lainnya. Gereakan ini cepat menyebar dengan cepat ke California. Orng-orang dari daerah lain, yang menerima “baptisan” di dalam kebaktian di jalan Azusa membawa pengalaman mereka kembali ke tempat mereka di seluruh Amerika Serikat dan Canada.[1]

2.2.       Pengertian Kharismatik

Secara etimologis istilah Kharismatik merupakan suatu perkembangan dari istilah alkitabiah yunani “Kharismata”, yang dipakai untuk karunia-karunia rohani.[2]Kharismata juga dapat diartikan sebagai Karunia-karunia yang diberikan kepada orang Kristen melalui pekerjaan Roh Kudus.[3] Gerakan kharismatik atau sering juga disebut pembaruan Kharismatik (Charismatic Renewal) dikenal juga dengan nama gerakan pentakosta baru (New Pentakostal).[4]Gerakan Kharismatik merupakan suatu gerakan yang terkait erat dan memiliki banyak persamaan dengan gereja Pentakosta tetapi belum diinstitusionalisasikan sebagai satu institusi gereja.Gerakan Kharismatik merupakan gabungan dari sejumlah manusia dari berbagai ras, bangsa dan bahasa, bahkan juga dari berbagai dominasi dan organisasi gereja.Kalangan Kharismatik sering kali tidak menggunakan gedung gereja dari salah satu denominasi atau organisasi gereja yang sudah mapan dan bercorak historis tradisional.[5]Di kalangan gerakan Kharismatik, struktur juga dianggap kurang penting dalam umat yang antusias dan penuh semangat sehingga data-data yang akurat mengenai Kharismatik sulit didapatkan.[6]

 

 

 

 

2.3.       Latar Belakang munculnya Aliran Kharismatik

Pada akhir tahun 1960-an terjadi lagi suatu kebangunan Pentakosta.[7]Gerakan Kharismatik (sering juga disebut Pembaruan Kharismatik: Charismatic Renewal) dikenal juga dengan nama gerakan Pentakosta Baru. Karena itu, sering kali gerakan ini diidentikkan atau dicampuradukkan dengan gerakan/aliran/gereja-gereja Pentakostal yang sudah muncul.Tak dapat disangkal bahwa gerakan Kharismatik mempunyai banyak persamaan dengan gerakan atau aliran Pentakostal [lama].[8]Montanisme merupakan titik berangkat adanya gerakan Kharismatik karena memiliki kemiripan mencakup fokus pada pribadi ketiga dari Trinitas, kembalinya Kristus dengan segera, aturan moral yang ketat, ucapan dan nubuatan, kelanjutan dan kerohanian-kerohanian Rohani dan pengharapan akhir zaman. Gerakan Kharismatik ini disebut dengan Gerakan Kebangkitan (revival movement).[9]

Walaupun gerakan Kharismatik mewarisi berbagai karakteristiknya dari banyak gerakan yang mendahuluinya, banyak tokoh sejarawan gereja yang mengaitkan nama Full Gospel Bussinismen Men’s Fellowship International (FGBMFI), yang dipelopori oleh Demos Shakarian, seorang petani jutawan dengan latar belakang Armenian sebagai salah seorang tokoh pemicu lahirnya gerakan Kharismatik ini. Shakiran mengalami baptisan Roh Kudus pada usia 13 tahun (1926, berlatar belakang Pentakosta), dengan disertai kesembuhan pada telinganya. Ia bekerja sama dengan Dr. Charles S. Price setelah kesembuhan adiknya yang mengalami kecelakaan fatal melalui penumpangan tangannya. Kerinduannya adalah mendukung segala upaya untuk kebaktian-kebaktian kebangunan rohani. Tahun 1951 ia mengatakan kerinduannya untuk membentuk FGBMFI kepada Oral Roberts. Allah meneguhkan kerinduannya itu melalui pengelihatan.

Peristiwa bersejarah itu diawali dengan pertemuan Morning Breakfast antara Shakarian dengan Oral Roberts . Dari pertemuan ini lahirlah FGBMFI, yang akhirnya berkembang menjadi pertemuan konvensi berskala besar, suatu organisasi penguasa Kristen yang dipenuhi Roh Kudus dan berbahasa Roh. Misi mereka adalah bersaksi kepada orang Kristen non Pentakosta dengan sarana majalah bulanan mereka yang bernama Voice.[10]

Kelahiran gerakan Kharismatik semakin kuat dengan kehadiran David J. Du Plessis.Pelayanannya diawali oleh nubuat Smith Wigglesworth di Afrika Selatan (1936). Ia mempunyai kecakapan dan kedalaman teologi yang luar  biasa, sehingga ia sering diundang menjadi penceramah di perguruan-perguruan teologi ternama. Pada 1951 ia bersaksi bahwa Tuhan memanggilnya untuk pergi dan memberi kesaksian kepada para World Council of Churches/ DGD. Ia mewakili kalangan Pentakostal dan Kharismatik karena pada kesempatan itu digunakannya untuk memperkenalkan gerakan atau aliran Pentakostal dan pembaruan Kharismatik di lingkungan gereja-gereja protestan arus utama.[11]

Awal publikasi kelahiran Gerakan Kharismatik dimulai di kalangan Episkopalian tahun 1959 saat John dan Joan Baker mengalami baptisan Roh Kudus dengan tanda bahasa Roh, disusul oleh Dennis Bennet dan Frank Maguire pada tahun yang sama, Bennetlah yang pertama kali mengumumkan pengalaman Kharismatiknya di hadapan anggota jemaat gereja lokalnya di Van Nuys yang menyebabkan pemecetannya (tahun 1959). Setelah itu ia ditawari mengembalakan gereja St. Luke, gereja yang nyaris tutup karena mengalami kemunduran. Akhirnya, gereja ini menjadi pusat penyebaran gerakkan Kharismatik di seluruh Amerika.[12]

Khusus di AS, kemunculan gerakan ini, perkembangan gerakan Kharismatik berlangsung dalam beberapa tahap. Kita akan meninjau tahap demi tahap, sambil mengaitkannya dengan perluasan ke negeri-negeri lain termasuk ke Indonesia, juga dengan mengandalkan beberapa literatur yang sudah diacu diatas.

 

2.3.1.       Tahap Pertama (1960-1967), khusus di lingkungan Protestan

Peristiwa yang membuat khalayak ramai sadar akan munculnya sebuah gerakan baru yang disebut pembaruan Kharismatik, dan yang lazim diacu sebagai penanda kemunculan gerakan ini, berlangsung di lingkungan gereja Episcopal di sekitar kota Los Angeles-California. Pada 1959 sepasang suami-istri yang masih muda, John dan Joan Baker, anggota jemaat Episcopal di Monterey Park, di pinggiran Los Angeles, menerima baptisan Roh, yang ditandai oleh ‘Berbahasa Roh’ setelah bersentuhan dengan kalangan Pentakostal. Segera menyusul sekitar sepuluh orang lagi, lalu mereka berhimpun mengadakan kebaktian tersendiri.Pendeta setempat, Frank Maguire, menjadi bingung dan merasa terganggu, lalu berkonsultasi dengan rekannya, Pendete Dennis Bennett, dari jemaat tetangga St. Markus di Kota Van Nuys.Pada November 1959 malah kedua Pendeta itu ikut mendapat Baptisan Roh. Benner segera membagikan pengalaman itu kepada warga jemaat dan anggota majelisnya yang berminat, dan pada musim semi tahun 1960 sekitar 70 orang, termasuk tokoh-tokoh penting dan pemegang posisi kunci di jemaat itu, mendapat Baptisan Roh. Sementara itu, tanpa diketahui oleh kedua jemaat tadi, sekelompok kecil di jemaat Episcopal St. Lukas di Monrovia, masih di kawasan pinggiran Los Angeles, pada musim gugur tahun 1959 juga mendapat karunia berbahasa roh, menafsirkannya, dan bernubuat.

2.3.2.      Tahap Kedua (1967-1977), khusunya di lingkungan GKR

Pada tahap kedua ini, yang juga sering disebut tahap pemantapan dan puncak perkembangan, gerakan/pembaruan Kharismatik semakin meluas ke seluruh gereja historis-tradisional atau arus utama. Tetapi pada bagian ini kita terutama akan membicarakan terobosannya di lingkungan Gereja Katolik Roma (GKR), karena perkembangan gerakan ini di GKR pada periode ini sangat pesat sekaligus unik. Secara individual sebenarnya sebelum 1967 sudah ada beberapa warga dan imam Katolik yang menerima Baptisan Roh, antara lain mereka yang mengunjungi jemaat Episcopal yang dilayani Pendeta Bennet di Seattle tersebut di atas. Tetapi dalam bentuk massal, yang lazim disebut Pembaruan Kharismatik Katolik (PKK), awal gerakan ini di GKR berlangsung di Universitas Duquesne, Pittsburgh-Pennsylvania, dan Universitas Notre Dame, South Bend-Indiana, sejak Februari 1967. Kehadiran dan perkembangan di lingkungan GKR ini menjadi unik dan berbeda dari yang terjadi di lingkungan Protestan, antara lain karena:

1.    Peristiwa-peristiwa yang menandai kehadiran gerakan ini berlangsung di lingkungan perguruan tinggi; jadi kalangan Kharismatik pertama di lingkungan GKR adalah orang-orang berpendidikan tinggi. Ini sekaligus menepis cemoohan bahwa gerakan Kharismatik bersifat anti-intelektual.

2.    Pelopor-peloprnya, yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin PKK, adalah kaum awam muda; para imam lebih berperan sekedar sebagai penasihat rohani dan teologi.

3.    Para pemimpin awam ini tiga-empat tahun sebelumnya telah bersama-sama bekerja dan beribadah di lingkungan kampus, sehingga gerakan ini jadi sangat padu-hal yang tidak terdapat di gereja-gereja lain.

4.    Para pelopor ini sebelumnya telah sangat kuat dipengaruhi serangkain debat, etos, dan dekrit Konsili Vatikan II (1962-1965) yang ketika itu baru saja berakhir.

2.3.3.        Tahap Ketiga (1977 dst.)

Tahap ini, khususnya di AS, sering juga disebut tahap Konsolidasi.Istilah Konsolidasi di satu sisi bisa berarti bahwa gerakan ini semakin mewujud-nyata sebagai salah satu persekutuan keagamaan yang masuk kategori arus utama. Di sisi lain itu berarti bahwa gerakan ini sudah semakin ‘kalem’ dan ‘tenang’ berdiam di dalam gereja-gereja arus utama; tidak lagi meledak-ledak dan bergegap-gempita seperti ‘saudara-tuanya’ kalangan Pentakostal, melainkan bekerja secara tersembunyi membawa pembaruan dalam kehidupan gereja. Tetapi dari penampilan lahiriah dan secara kuantitatif, keadaan ini bisa pula ditafsirkan sebagai pertanda bahwa gerakan Kharismatik sudah mengendor; masa puncak perkembangannya sudah berlalu.[13]

2.4.       Tokoh-tokoh Aliran Kharismatik

a.        Demos Shakarian

Shakarian adalah seorang milyuner, pengusaha peternakan di California, berasal dari keluarga imigran Armenian. Di negeri asalnya mereka sudah mengenal praktek berbahasa roh.[14] Shakiran adalah seorang pelopor sebuah organisasi yang merupakan pemicu lahirnya Kharismatik ini.[15] Di California bagian selatan ia mendirikan Full Gospel Businessmen’s Fellowship International, sebuah organisasi interdenominasional yang terdiri dari para usahawan. [16]Peristiwa bersejarah itu diawali dengan Pertemuan Morning Breakfast antara Shakiran dan Oral Roberts dalam suatu konvensi nasional perdana para pelayan kesembuhan ilahi tahun 1953, dimana Oral Roberts menjadi pembicaranya.[17] Didirikan untuk mendorong orang-orang terbuka kepada Roh walau tetap setia kepada gereja mereka. Pada 1951, pusat pertama FGBMFI diresmikan di Los Angeles dimana kelompok itu secara teratur bertemu di Clifton’s Cafetaria pada hari sabtu pagi. Pada pertengahan tahun 1960-an, organisasi ini dinyatakan telah mendirikan lebih dari tiga ratus pusat dengan keanggotan yang diperkirakan mencapai seratus ribu orang percaya. PGBMFI mengambil gagasan tentang kuasa injil untuk menyembuhkan serta melepaskan dan tentang baptisan Roh Kudus. Kontribusi Shakarian meyakinkan komunitas bisnis elite di dalam denominasi sangatlah besar karena karakter oikumenisnya serta kemampuannya dengan mudah mendanai pengkabaran Injil, menerbitkan literature dan mendelegasikan para pekabar injil di seluruh dunia (para penginjil penyembuhan) telah membuat organisasi itu menjadi suatu alat yang kuat dalam pengkabaran injil.[18]

b.        David J. Du Plessis

Kelahiran gerakan Kharismatik semakin kuat dengan kehadiran David J. Du Plessis.[19] Du Plessis lahir 1905 di Afrika Selatan di lingkungan Hugenot (Protestan) Prancis. Du Plessis sering disebut sebagai “Bapak Pentakosta” dan merupakan tokoh utama dalam kekristenan pada abad XX.[20]Ia mengalami pertobatan versi injil pada tahun 1916 dan menerima baptisan Roh tahun 1918 di salah satu gereja Pentakostal  di Afsel, sementara ia dan orang tuanya masih merupakan anggota Reformed Belanda. Hal ini membuat mereka dikeluarkan dari gereja itu, karena paham dan Gereja Pentakostal di nilai gereja itu bersifat keskretariatan dan sesat. Du Plessis menjadi pendeta Gereja Pentakostal itu, bahkan menjadi seorang pemimpin tertingginya, kendati tanpa pendidikan teologi yang formal, sama seperti kebanyakan pendeta Pentakostal pada masa itu. Sejak tahun 1949 ia menetap di AS dan menjadi pendeta gereja “The Assemblies of God”. Ia mempunyai kecakapan dan kedalaman teologi yang luar biasa, sehingga ia sering di undang menjadi memberi ceramah di perguruan-perguruan teologi ternama. Pada tahun 1951 ia bersaksi bahwa Tuhan memanggilnya untuk pergi dan memberi kesaksian kepada para World Council of Churches/ DGD. Ia mewakili kalangan Pentakostal dan Kharismatik karena pada kesempatan itu digunakannya untuk memperkenalkan gerakan atau aliran Pentakostal dan pembaruan Kharismatik di lingkungan gereja-gereja Protestan arus utama.[21]

c.         Dennis Bennett

Orang ketiga yang berperan besar dalam kelahiran gerakan Kharismatik ini semula melayani di Gereja Kongregasional sejak tahun 1949-1950 di San Diego, California. Tetapi kemudian ia menjadi vikaris di Paul’s Episcopal Church, serta menjadi imam (tahun 1952) di situ, dan menjabat rektor di St. Mark’s Episkopal Church di Van Nuys, California (tahun 1953). Setelah ia dipecat dari gereja terakhir karena ia mengalami baptisan Roh Kudus, ia ditawari menggembala di gereja St. Luke’s Episcopal Church, gereja yang nyaris ditutup karena mengalami kemunduran.[22]Pada suatu minggu di tahun 1960, dia mengumumkan bahwa dia dan beberapa jemaat mengalami baptisan Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa Roh.[23] Akhirnya gereja ini menjadi pusat penyebaran gerakan Kharismatik di seluruh Amerika. Ia juga mendirikan Episcopal Charismatic Fellowship.[24] Sebuah gereja terkenal dengan ritual penyembahannya yang agung. Dan Christian Renewal Association sebuah badan antar denominasi untuk penginjilan, kesembuhan dan pembaruan gereja. Bennet lahir di London. Mereka berdua menulis beberapa buku diantaranya The Holy Spirit and You (1971). Bennet adalah tokoh yang amat disegani sebagai perintis kegerakan rohani Kharismatik abad ke XX.[25]

 

 

d.        Agnes Sanford

Agnes Sanford adalah anggota gereja Episcopal dan ordo Santo Lukas, yakni yang berupaya memajukan pemulihan “Praktik penyembuhan rasuli sebagaimana diajarkan dan diperagakan Yesus Kristus”. Selama bertahun-tahun ia giat melaksanakan pelayanan penyembuhan, dan sambil menyelenggarakan serangkaian konferensi yang bertema “Kuasa Roh Kudus bekerja di dalam diri banyak orang untuk memberi kesembuhan atas penyakit fisik, mental, dan sosial”. Setelah bertahun-tahun mengalami depresi, Sanford mengaku telah mengalami kesembuhan Ilahi dan ia memiliki karunia kesembuhan.[26]Tahun 1953 ia percaya bahwa Roh Kudus memberinya kuasa yang dahsyat dan mendapat karunia bahasa Roh. Bukunya antara lain; The Healing Light Gifts of the Spirit dan The Healing Power of the Bible.[27]

2.5.       Ciri – Ciri Kharismatik

Gerakan Kharismatik menekankan bahwa karisma yang lebih spektakular seperti karunia berbahasa lidah, kenabian dan penyembuhan diberikan kepada gereja sepanjang masa, tetapi biaanya tanpa menegaskan bahwa salah satu dari karunia-karunia ini diberikan kepada setiap orang Kristen. Gerakan Kharismatik menekankan kepada Roh Kudus, ibadah yang meriah dan karunia-karunia rohani yang sangat berpengaruh dalam kehidupan.[28]

Untuk mengenal dan mengetahui lebih dekat aliran Kharismatik, ada beberapa ciri-ciri khas aliran ini, sebagai berikut, antara lain:

1.      Tekanan utama iman adalah pada kemampuan memanifestasikan pekerjaan Roh kudus dalam hidup orang percaya. Orang yang beriman adalah orang yang kehidupannya sudah dimenangkan oleh Kritus sehingga dapat menikmati kekayaan anugerah sorgawi.

2.      Perjuangan iman adalah melawan  kuasa setan yang menggoda orang percaya yang mencobai mereka untuk berbuat dosa yang memberikan sakit penyakit, dan menghambat mereka dari kehidupan untuk menikmati sukacita dalam anugerah Allah yang berkelimpahan (Yohanes 10:10).

3.      Respon dalam hubungannya dengan gereja-gereja lain bernuansa negatif, semata-mata bertujuan menarik anggota-anggota jemaat lain keluar dari non-Kharismatik.

4.      Bersikap toleransi semu atau doktrin-doktrin yang berbeda-beda, bahkan cenderung mengajarkan semangat “anti doktrin” untuk dapat menarik semua orang Kristen dari segala macam gereja.

5.      Mengembangkan berbagai macam semi doktrin, yaitu berupa semacam doktrin yang baru yang dapat menarik banyak orang. Misalnya doktrin bahwa mereka yang benar-benar diselamatkan akan mendapat baptisan Roh yang diikuti dengan karunia-karunia, tanda dan keajaiban. (bahasa lidah, nubuat dan visi). Doktrin bahwa iman memberi jaminan segala permintaan “yang baik” (siapa yang menetapkan mana yang baik) akan dikabulkan (Matius 21:22).

6.      Percaya bahwa menjadi orang Kristen adalah hidup dalam karunia-karunia sorgawi. Perjuangan Kristiani adalah perjuangan untuk mendapatkan karunia  yang lebih besar.

7.      Percaya pentingnya penghayatan keselamatan melalui pengalaman yang non rasional dan adikodrati. Seolah-olah ada doktrin yang menggaris bahwa kehidupan dengan Allah yang adikodrati harus ditandai dengan pengalaman yang adikodrati pula. Percaya bahwa pertumbuhan rohani dapat dicapai melalui jalan pintas yang ditandai dengan kehadiran karunia-karunia rohani.

8.      Percaya bahwa baptisan roh ditandai dengan buah-buah kehidupan yang baru. Setelah itu, ia dapat meminta karunia kepenuan roh yang ditandai dengan kehadiran karunia-karunia sorgawi yang mengherankan. Lukas 11:9-22, dilepaskan dari konteks keseluruhan Alkitab. Kepenuhan Roh Kudus dapat dicapai melalui jalan pintas. Asal mau meminta dengan iman pasti akan mendapatkan kepenuhan Roh Kudus yang ditandai dengan karunia-karunia yang ajaib dari sorga.

9.      Kepenuhan Roh dapat didemonstrasikan melalui kemampuan melakukan keajaiban-keajaiban, misalnya: doa yang manjur dapat berkuasa menyembuhkan penyakit, mengusir kuasa setan, kemampuan melihat tanda-tanda dari Allah.

10.  Perjuangan iman adalah untuk memiliki karunia-karunia Roh.

11.  Karunia-karuni Roh harus diminta. Oleh sebab itu hampir setiap individu mempunyai karunia glossolalia (mungkinkah Roh Kudus ceroboh? 1 Korintus 14:33).

12.  Percaya bahwa ketekunan doa adalah manifestasi iman yang benar (Lukas 18:1-8). Oleh sebab itu demi pengabulan doa, orang Kristen harus mendemonstrasikan imannya dalam keyakinan dan kebenaran permintaannya (Yakobus 1:6). Orientasi iman bermanfaat untuk memperoleh apa yang diinginkan bukan untuk merespon pekerjaan Allah yang sedang menyempurnakan keselamatan dalam kehidupan orang percaya (Galatia 2:20).

13.  Percaya bahwa pengorganisasian gereja mematikan kebebasan pekerjaan Roh Kudus. Oleh sebab itu, ada kecenderungan untuk menjadi anti organisasi, anti perencanaan, anti formalisme, anti intelektualisasi.[29]

2.6.       Perkembangan Aliran Kharismatik di Dunia

Terobosan awal terbesar dari gerakan ini adalah di kalangan Episcopal. Tetapi segera menyusul di lingkungan Protestan arus utama lainnya, yaitu Methodis, Lutheran, Presbyteran, dan Mennonit. Di beberapa gereja atau jemaat cukup banyak warga dan rohaniawannya yang menyambut positif, bahkan menerima baptisan Roh. Contoh gereja The American Lutheran Church (ALC) antara lain lewat tokohnya, pendeta Larry Christenson, dari kota San Pedro-California. Oleh karena pengaruh dan kepemimpinan Christenson di dalam ALC sangat kuat, pada tahun 1962 gereja itu membuat pernyataan resmi menyangkut pembaruan dan kebangunan Kharismatik, dan itu menjadi pernyataan resmi pertama dari gereja arus utama tentang hal itu. Reaksi yang lebih keras dari kalangan Lutheran dikeluarkan oleh The Lutheran Church-Missiouri Synod (LC-MS). Sebagian besar warga jemaat dan pendetanya menerima Baptisan Roh maupun karunia nubuat. Dari AS gerakan ini dengan cepat meluas dan mendapat sambutan hangat di seluruh dunia, terutama ke lingkungan gereja-gereja mapan, seperti misalnya Gereja Anglican di Inggris, Australia di Selandia Baru, gereja-gereja Lutheran di Jerman dan Skandanavia, dan juga ke banyak gereja penginjilan berbagai lembaga zending Eropa di Asia (termasuk Indonesia). Sama seperti tahap perintisan (sebelum 1960), pada tahap ini pun sangat besar peranan media cetak bersama dengan sejumlah lembaga penerbitan yang khusus dibentuk untuk memajukan dan meluaskan gerakan ini ke seluruh dunia.[30]

 

2.7.       Perkembangan Kharismatik di Indonesia

Untuk Indonesia sendiri, gerakan Kharismatik mulai masuk pada bagian kedua tahun 1960-an melalui penginjil-penginjil dari Amerika Serikat dan Eropa, tetapi pengaruhnya baru menonjol pada dasawarsa berikutnya. Latar belakangnya adalah kenyataan gereja-gereja yang kurang tanggap terhadap kebutuhan rohani warga jemaat yang terkait dengan perkembangan masyarakat.Dasawarsa pertama setelah G30S/PKI (1965) ditandai dengan pembangunan nasional oleh pemerintah Orde Baru yang memberi tekananan pada pembangunan ekonomi.Pembangunan ini memperhadapkan suatu kejutan, khususnya di kota-kota besar, yang diperumit oleh kontrol politik yang ketat dari pihak militer dan oleh ketegangan tersembunyi antar-penganut agama-agama yang berbeda, khususnya antar Islam dan Kristen.Ada kebingungan dan kekosongan rohani. Orang mencari kepastian dan pegangan hidup, tetapi pelayanan gereja berlangsung secara statis seperti sediakala: kurang penggembalaan, khotbah hambar dalam kebaktian yang tidak menyapa hati warga jemaat.[31]

2.8.       Dasar Pandangan dan Ajaran Kharismatik

1.      Berpusat pada Kristus

Pengalaman baptisan Roh Kudus secara konstan mengalami perjumpaan dengan Kristus, penyerahan total kepada Yesus, dan penerimaan Yesus sebagai Tuhan. Diyakini Kristus sebagai Pembaptis Roh Kudus dan dipahami bahwa Yesus hadir di dalam setiap ibadah, sebab Tuhan bericara pada masa kini melalui Firman-Nya. Kristus memberikan kesembuhan, membebeaskan belenggu dosa, mengusir setan dan sebagainya.[32]

2.      Kuasa Rohani

Kaum Kharismatik menerima kuasa rohani ketika mengalami baptisan Roh Kudus, sebab Roh Kudus memberi kuasa untuk mengusir setan, menyembuhkan, berani memberitakan Injil, mempraktekkan karunia-karunia. Kuasa rohani akan dialami kaum Kharismatik akibat kepatuhan terhadap Alkitab.

 

3.      Pujian

Akibat baptisan Roh Kudus secara langsung adalah luapan dari hati orang-orang yang penuh Roh Kudus mempunyai kemampuan untuk memuliakan dan menyembah Allah, sebagaimana yang nampak dalam lagu-lagu pujian Kharismatik.

4.      Komunikasi dengan Tuhan

Banyak kaum Kharismatik dalam persekutuan maupun pribadi yang sering mengungkapkan bahwa Allah berbicara kepada saya, yang sama seperti terjadi pada abad pertama. Sebab orang yang mengalami baptisan Roh Kudus dapat mendengar suara Tuhan dan dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Orang-orang yag mengalami baptisan Roh Kudus mendengar Suara Tuhan. Mereka mengalami bahwa Tuhan berkomunikasi dan menuntun mereka secara langsung melalui cara-cara yang menarik perhatian, mengaggetkan, membingungkan, menimbulkan rasa yang tidak senang pada orang Kristen lainnya. Lewat pengalaman ini mereka mengenal Allah sebagai Bapa yang penuh kasih, yang menyapa anak-anak-Nya dan menyatakan bahwa mereka ahli waris-Nya.[33]

5.      Karunia-karunia Roh

Ciri-ciri gerakan Kharismatik adalah karunia-karunia Roh (charismata). Sekalipun dalam Alkitab banyak menyebut charismata, tetapi kaum Kharismatika hanya menekankan karunia glososalia (bahasa lidah), nubuat dan penyembuhan.[34]

                        5.1. Dengan roh

               Memuji dan menyembah bisa juga dengan roh, bukan dengan daging, bukan dengan jiwa (walaupun melibatkan tubuh dan jiwa). Penyembahan yang keluar dari roh (hati nurani) berdasar roh, berakar dari roh, bersumber dari roh. Menyembah dengan roh, berarti juga kita harus penuh Roh Kudus, Roh Kkudus penuh di roh kita, di jiwa kita (perasaan, pikiran dan kehendak yang kudus).

               Memuji dan menyembah dengan roh, maka roh kita yang berdoa, tetapi akal budi tidak ikut berdoa, caranya adalah dengan bahasa roh (1 Kor 14:14). (roh, bukan Roh, r-nya kecil). Baca pula ( 1 Kor 14:2;5;14;15).

               Kita perlu mengorbankan roh kita dengan berdoa dan menyembah dalam roh, yaiutu dengan berbahasa roh. Firman Allah dalam surat Korintus pasal 12 dan 14 dengan jelas menyarankan supaya kita semua mengejar karunia – karunia Roh Kudus, dan juga berbahasa roh. Firman Allah melalui Paulus berkata; “ Saya suka kalau kamu semua berbahasa roh”, walaupun Paulus juga menekankan bahwa bernunuat lebih pentong dan lebih berguna dari bahasa roh, tetapi bahasa roh bukannya tidak perlu dan bukannya sesat. Bahasa roh perlu untuk membangun diri sendiri, untuk ibadah peribadi kepada Tuhan, dalam penyembahan pribadi.

               Bahasa roh, bukan bahasa Roh, alkitab menulis dengan r bukan R, maksudnya bahasa dari roh kita, roh manusia kita, supaya roh kita aktif, sehingga lebih peka dengan suara Roh Kudus yang ada di roh kita. ( 1 Kor 14:18-19).

               Saran; baca selengkapnya 1 Korintus pasal 12, 13, 14, sehingga kita juga mengerti apa yang utama dan juga hikmat kapan dan dimana menggunakan ‘bahasa roh’ sehingga tidak menjadi ‘batu sandungan’.

               Saya lebih menekankan penyem,bahan dalam roh dalam arti kita yang menyembah, hidup dalam penuh Roh Kudus, penuh di roh kita, di jiwa dan tubuh kita, dengan bukti kepenuhan Roh Kudus yang sangat jelas dan tidak terbantahkan, tidak mungkin dipalsukan, yaitu keluarnya buah – buah Roh Kudus, kekudusan, kasih dan kebenaran dalam hidup kita. Dengan hidup, sikap hidup perilaku yang mencerminkan bahwa kita penuh Roh Kudus, itulah penyembahan yang sejati. ( Ingat kembali akar kata penyembahan LATREUO dan PROSKUNEO yang lebih menekankan ke sikap hidup).

               Bahasa roh, mujizat, nubuatan masih bisa dipalsukan, tetapi tidak dengan buah roh, tidak dengan tiga tanda utama anak Allah yaitu benar, kasih dan kudus ( 1 Yohanes 3:7-10). Walaupun demikian, kita juga jangan apriori apalagi menghakimi bahasa roh. ( 1 Yohanes 3:7-10).

               Dari buahnyalah kita mengenai siapa benar siapa sesat. Biarlah Tuhan yang menghakimi, dan janganlah kita menghakimi satu dengan lainnya.

( 1 Korintus 14: 39-40).[35]

   5.2. Bahasa Roh Sebagai Suatu Tanda

               Sekali lagi, Paulus menjelaskan bahwa ia tidak mengetakan bahasa roh tidak perlu dalam kebaktian umum. Berkata – kata dengan bahasa roh merupakan tanda untuk orang – orang yang tidak percaya yang masih diperlukan. Pertama, bahasa roh merupakan tanda penghakiman, sama dengan logat ganjil atau bahasa asing yang disebut dalam Yesaya 28:11. Sebagaimana telah kita lihat, Yesaya sedang memberi peringatan kepada orang – orang yang telah menutup telinga mereka terhadap pernyataan Allah yang jelas. Allah akan mengutus kepada mereka penjajah – penjajah asing (orang Asyur) yang bahasanya akan kedengaran aeperti suku kata yang tak ada artinya, tetapi tindakannya akan menjelaskan bahwa Israel telah terpisah dari Allah, kehilangan berkat-Nya, dan hidup di bawah penghakiman-Nya. Demikianlah bahasa roh dewasa ini menjadi tanda untuk orang yang tidak percaya yang menyadarkan dirinya bahwa ia terpisah dari Allah dan tidak dapat mengerti berita dari Allah. Bahasa roh (juga) merupakan tanda untuk orang yang tidak percaya karena menarik perhatian dan memberitahukan adanya sesuatu yang adikodrati. Hal ini terjadi pada Hari Pentakosta ketika bunyi bahasa roh “terdengar” dan orang banyak berkerumun.

               Karena Roh Kudus bekerja melalui kebenaran, dan menerapkan kebenaran itu pada hati orang yang tidak percaya dalam pekerjaan-Nya untuk menginsafkan dan meyakinkan (Yoh. 16:8), orang yang tidak percaya itu harus dapat mengerti apa yang diberitakan oleh Roh. Berita itu harus melalui pikirannya agar dapat mencapai hatinya. Itulah sebabnya, nubuat, yang diberikan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang, membawa orang-orang yang tidak percaya atau yang tidak mengerti hal-hal rohani ke dalam suatu keadaan di mana mereka melihat diri sendiri dalam terang Injil dan menyadari bahwa barita nubuat itu datang dari Tuhan. Kesadaran ini mendorong mereka untuk sujud menyembah dan memuliakan Allah. Mereka bukannya mengatakan bahwa pembicara itu hilang akal, tetapi, mereka mengaku, “Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu” (1 Kor. 14:25).

               Hal ijuga yang terjadi pada hari Pentakosta. Ketika Petrus berdiri untuk berbicara, ia tidak menyampaikan alasan-alasan atau pemikirannya sendiri. Ia berbicara (mengucapkan) apa yang diberikan oleh Roh kepadanya untuki diucapkan, tetapi pada saat itu dengan bernubuat dan bukan dengan bahasa roh. Perkataan nubuat itu mengena hati mereka seperti yang ditunjukkan oleh Kisah Para Rasul 2:37, 41.

               Dengan melanjutkan perbandingan dengan hari Pentakosta, kita melihat bahwa gereja yang baru berdiri itu tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kis.2:42). Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid makin bertambah (Kis. 6:7). Stefanus, “yang penuh dengan iman dan kuasa, mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda...mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong ia berbicara” (Jis. 6:8,10). Dari permulaan, berbagai macam karunia Roh dinyatakan dalam Gereja.

               Paulus mengaku bahwa keanekaragaman ungkapan itu adalah normal. Kata-kata “jadi bagaimana sekarang?” (1Kor. 14:26) menunjukkan bahwa Paulus ingin agar orang-orang Korintus mengerti hal itu. Peraturan pertama untuk menyatakan karunia-karunia Roh, seperti yang ditunjukkan pasal 12, adalah bahwa tidak ada karunia yang tidak penting dan tak satu karunia pun boleh dikesampingkan. “Hendaklah tiap-tiap orang”, berarti bahwa semua orang harus mempunyai sesuatu untuk disumbangkan guna meneguhkan atau membangun Tubuh Kristus. Tak seorang pun boleh duduk bersenang-senang dan hanya menikmati apa yang diterimanya. Dalam ayat ini tidak tersirat perbedaan antara yang wajar dan yang persediaan Kristus ( EF. 4:16), dan dikerjakan oleh dan melalui Roh Kudus.[36]

6.      Peperangan Rohani

Menurut Ed. Murpy seorang wakil presiden dan direktur dari International Ministry Team of Overseas Crusades Menyatkan bahwa tiga penjelasan peperangan rohani. Pertama; peperangan ini adalah peperangan melawan dosa. Kedua; peperangan ini adalah peperangan melawan dosa yang multidimensi (dosa pribadi, dosa sosial, dam dosa supranatural). Dam Ketiga; peperagan ini adalah peperangan rohani melawan dosa. Di belakang melawan kejahatan daging dan kebobrokan dunia berdiri oknum yang menjadi sumber utama sega dosa itu, yaitu Iblis.[37]

7.      Penginjilan

Baptisan Roh Kudus bagi kalangan Kharismatik menggerakkan dan memimpin kepada gerakan penginjilan. Karena pandangan kalangan Kharismatik pemberitaan Injil sangan efektif dengan peperangan rohani dan dapat mengadakan peperangan rohani apabila dibaptis dan diurapi Roh Kudus.

8.      Pengusiran Setan atau Pelayanan Pelepasan

Secara spesifik pelayanan pelepasan adalah pelepasan dari roh jahat meskipun dlm pengertin umum dapat berkaitan dengan kelepasan dari roh jahat, penyakit, depresi dan sebagainya. Umumnya orang yang mempunyai pelayanan pelepasan menunjukkan kemampuan mengusir roh jaht, ini telah diabaikan selama berabad-abad, terutama sejak pemikiran ilmiah modern yang membuat orang percaya bahwa setan dan roh jahat itu tidak ada dan tidak nyata. Maka kalangan Kharismatik terbeban untuk menolong orang-orang untuk membebaskan dari kuasa kegelapan.

9.      Pengharapan Akhir Zaman

Jemaat mula-mula tahu bahwa Yesus telah naik ke surga dan mereka menantikan kedatangan-Nya kembali dari surga bagi umat-Nya. Kita menyebut peristiwa yang tak terduga ini sebagai kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Para penulis kitab Perjanjian Baru jelas mengharapkan peristiwa itu di dalam hidup mereka. Dan peristiwa itu belum terjadi. Tidak diragukan bahwa para penulis kitab Perjanjian Baru selalu mengulangi pesan mereka: berjaga-jagalah. Kalangan Pentakosta percaya (dengan benar), karena ini adalah kepercayaan yang utama di kalangan Kharismatik.

10.  Kecintaan pada Alkitab

Sekalipun kalangan Kharismatik menekankan karunia-karuna Roh Kudus tidak merosotkan nila dan kewibawaan Alkitab dengan otoritas, Karena kehausan dan kecintaan terhadap Alkitab. Kaum Kharismatika cukup dikenal sebaga pembawa Alkitab. Hal ini disatu sisi membuat banyak orang menuduh kaum Kharismatik sebagai Fundamentalis, sementara di lain pihak kaum Fundamentalis (bersama sebagai kaum Injili yang memang dekat dengannya) justrun menilai bahwa pandangan dan praktek kaum Kharismatik bersama kaum Pentakosta telah sangan jauh menyimpang dari Alkitab.[38]

Perbedaan dan Persamaan Aliran Kharismatik dengan Pentakosta

Ø PerbedaanAliran Kharismatik dengan Pentakosta

Dari seluruh uraian terdahulu, termasuk dari data statistik di atas, yang masih harus diuji keabsahannya, bisa muncul kesan bahwa kaum Pentakostal dengan kaum Kharismatik tak bisa dibedakan/dipisahkan, atau paling tidak sangat akrab satu sama lain. Dalam banyak hal dan perkembangan awalnya memang demikian, sehingga tak sedikit dari kalangan Pentakostal yang mendaku bahwa gerakan Kharismatik antara lain merupakan buah pekerjaan mereka atau bagian dari keberadaan dan sejarah mereka. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya terlihat beberapa perbedaan yang penting dan mendasar, yang membuat banyak kalangan Pentakostal merasa bahwa kaum Kharismatik bukan [lagi] bagian mereka, antara lain:

a.       Latar belakang dan Lingkungan Sosial

Gerakan Pentakostal, sekurang-kurangnya pada mulanya, merupakan gerakan masyarakat pekerja kelas bawah dari segala jenis ras dan warna kulit (namun  kulit hitam, termasuk ‘muatan budaya Afrika’nya, cukup dominan). Sedangkan gerakan Kharismatik (terutama di AS) lebih didominasi oleh masyarakat kulit putih dari kelas menengah ke atas.

b.         Latar belakang Pendidikan

Gerakan Pentakostal untuk waktu yang cukup lama-bahkan di banyak negara hingga kini-terlihat sebagai gerakan masyarakat kurang berpendidikan, dan karena itu terkesan anti-intelektual. Sedangkan kaum Kharismatik justru sebagian besar dari kalangan berpendidikan tinggi. Ini membuat kaum Kharismatik lebih agresif dan lebih percaya diri dalam pergaulan di dalam dan di luar lingkungan gereja, sementara kaum Pentakostal lebih banyak mengurung diri dalam persekutuan yang eksklusif.

 

 

c.       Kadar ‘kesucian’

Sebagai pelanjut gerakan kesucian, kaum Pentakostal memelihara kesucian dan penjauhan diri dari ‘dunia yang penuh dosa’ melalui penanaman nilai-nilai moral yang ketat. Sedangkan kalangan Kharismatik, oleh karena latar belakang denominasionalnya yang beraneka-ragam dan karena latar belakang sosial ekonominya tadi, tidak terlalu ketat mengurusi soal-soal seperti itu.

d.      Pemahaman atas Baptisan Roh dan Karunia Roh

Bagi kaum Pentakostal, Baptisan Roh tak bisa tidak harus disertai oleh karunia berbahasa lidah. Sedangkan bagi kaum Kharismatik, kendati Baptisan Roh juga merupakan pengalaman rohani yang mutlak, namun tidak mesti disertai oleh bahasa Roh. Sebab bagi kaum Kharismatik bukan itu saja yang merupakan karunia utama. Perbedaan ini bagi pengamat tertentu sekaligus menunjukkan bahwa kaum Pentakostal dalam arti tertentu masih mempertahankan ciri sektariannya, sedangkan kaum Kharismatik lebih menampilkan diri sebagai persekutuan antar-denominasi (bahkan sering menyebut diri sebagai persekutuan oikumenis).

e.         Corak dan Suasana Ibadah

 Di lingkungan Kharismatik yang berlatar belakang atau sangat di denominasi oleh kaum Pentakostal, corak dan suasana kebaktian tidak ada bedanya dengan yang terdapat di gereja-gereja Pentakostal. Seperti telah kita lihat, salah satu faktor penentu corak dan suasana kebaktian yang demikian adalah ‘muatan kultural-psikologis Afrika’ di kalangan kulit hitam: mereka menghayati ibadah sebagai ungkapan pembebasan dari keadaan tertekan dan tertindas secara sosial, ekonomi, dan politik, sehingga kebaktian penuh dengan luapan emosi yang spontan. Padahal kaum Kharismatik yang berlatar belakang gereja arus utama dan tingkat sosial-ekonomi tinggi, corak dan suasana seperti itu kurang menyenangkan, bahkan menimbulkan perasaan kurang nyaman. Karena itu, di berbagai persekutuan Kharismatik ungkapan-ungkapan emosional dan spontan sangat dibatasi, agar hal itu tidak menjadi penghalang bagi orang yang tidak terbiasa akan hal itu untuk bergabung ke dalamnya.[39]

 

 

Ø Persamaan Kharismatik Dengan Pentakosta

a. Corak dan Suasana Ibadah

Lingkungan Kharismatik yang berlatar belakang atau sangat didominasi oleh kaum Pentakostal memiliki corak peribadahan dan suasana kebaktian yang sama dengan yang ada di gereja-gereja Pentakosta. Sama-sama menghayati ibadah sebagai ungkapan pembebasan dari keadaan tertindas dan tertekan secara sosial, ekonomi dan politik sehingga kebaktian penuh dengan luapan emosi yang spontan, meskipun kadang Kharismatik lebih membatasi.

b. Posisi Jemaat Dalam Peribadahan

Jemaat bukan hanya sebagai penonton dalam sebuah kebaktian atau ibadah, melainkan mereka juga berperan baik membantu dalam pelayanan Pendeta juga dalam melancarkan proses peribadahan. Lebih ditekankan agar jemaat bersifat aktif dan partisipatif sehingga tidak ada rasa hambar dalam kebaktian.

c. Tema Ibadah Minggu

Bagi kaum Pentakostal dan Kharismatik, tema-tema ibadah minggu dan khotbah yang disampaikan tidak ditentukan oleh kantor pusatnya. Sebagian besar dari pelayan Firman mengambill bahan khotbah sesuai dengan kebutuhan jemaat mereka masing-masing. Pelayan firman akan menampung keluhan dan permintaan dari jemaat, dan memilih tema yang sesuai dengan keluhan jemaat pada waktu itu juga. Tema-tema ibadah yang sering mereka tekankan adalah kasih, persembahan, semangat melayani Tuhan serta hidup yang kudus.

a.             Kelebihan dan Kekurangan Kharismatik

Ø Kelebihan Kharismatik

1) Adanya Injil.

Dibandingkan dengan kebanyakan gereja Protestan, apalagi gereja-gere-ja Protestan yang sudah dikuasai golongan Liberal (yang mempercayai bahwa di luar Kristus ada jalan keselamatan), maka pada umumnya dalam gereja-gereja Kharismatik lebih banyak pemberitaan Injil (sekalipun juga ada banyak di antara mereka yang menyelewengkan Injil, karena mereka tidak menekankan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tetapi sebagai Pelaku mujijat / Penyembuh / Pemberi berkat / kekayaan).

2) Pada umumnya mereka lebih berani.

Pada umumnya mereka lebih berani dalam melakukan sharing, dan juga dalam menyatakan Yesus sebagai Tuhan / Juruselamat, dan juga Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, kepada orang-orang yang beragama lain sekalipun.

Keberanian ini seharusnya ditiru oleh gereja-gereja Protestan, yang biasanya selalu bersikap 'bijaksana' (atau 'bijaksini'?) dengan tidak memberitakan Injil kepada orang non kristen.

3) Pada umumnya mereka lebih berkobar-kobar bagi Tuhan, baik dalam hal melayani, memberitakan Injil, mensharingkan pengalaman mereka / ber-kat Tuhan yang mereka terima, mengajak orang lain ke gereja, maupun dalam memberi persembahan (sekalipun dalam hal ini motivasinya seringkali salah).

Ø Kekurangan Kharismatik

 Ajaran mereka sering didasarkan pada 'Kitab Suci + sesuatu'.'Sesuatu' itu bisa berupa pengalaman, penglihatan, mimpi, nubuat, kata-kata Tuhan secara langsung, Rhema. Bahkan ada banyak orang Kharismatik yang lebih mengandalkan 'sesuatu' ini dari pada Kitab Suci / Firman Tuhannya sendiri. Bandingkan dengan semboyan Reformasi, yaitu SOLA SCRIPTURA (= hanya Kitab Suci).

2.9         Gereja-gereja Beraliran Kharismatik di Indonesia

Ada banyak contoh gereja kharismatik yang terdapat di Indonesia, namun sering kali hal-hal semacam ini terlewatkan oleh umat Kristen. Sebagian terkadang kurang paham jenis aliran gereja dan doktrin yang berkembang di Indonesia. Beberapa contoh gereja aliran kharismatik, yaitu:

1.      GBI Bethany

Salah satu gereja karismatik yang sempat berkembang pesat dan berdiri di Surabaya yaitu GBI Bethany. Sebagai salah satu gereja dengan konsep karismatik, gereja ini beribadah sesuai tuntunan Allah melalui cara berdoa dalam Roh. Oleh sebab itu ada banyak yang merasa senang beribadah di gereja ini karena pujiannya yang sangat baij dan beraneka ragam. Sehingga menarik minat orang Kristen untuk menyembah dan memuji Tuhan lebih lagi melalui lagu yang dinyanyikan sepanjang permulaan ibadah.

2.      GBI Tiberias

Selanjutnya salah satu gereja yang cukup terkenal yaitu GBI Tiberias. Hal ini karena gereja yang satu ini menekankan pada pelayanan yang sangat besar misalnya dengan mengadakan kebaktian penyembuhan secara massal. Sehingga sering kali kita dengan acara ibadah GBI Tiberias yang dilakukan di luar gereja. Tujuannya supaya visi dan misi yang dibangun dapat terwujud dengan maksimal. Oleh sebab itu sering kali GBI Tiberias menjadi salah satu tempat favorite untuk beribadah bagi orang-orang yang suka merasakan sensai ibadah karismatik pada jenis gereja dengan aliran tersebut berbeda-beda.

3.      Gereja Pusat Pentakosta Indonesia

Gereja berikutnya yang termasuk pada beberapa contoh gereja karismatik di Indonesia yaitu Gereja ini telah lama berdiri dan merupakan salah satu gereja yang menaungi aliran karismatik sejak dahulu kala di Indonesia. Oleh sebab itu jika ingin tahu secara jelas konsep pada gereja karismatik ini bisa dengan mencari tau lebih lanjut pada ibadah mingguan yang diadakan di dalam gereja.

4.      Gereja Bethel Tabernakel

Ada pula gereja dengan aliran karismatik yang bernama gereja Bethel Tabernakel. Gereja ini sering kali menaungi pemberian dana pendidikan pada siswa berprestasi. Sehingga tak heran jika gereja Bethel yang satu ini memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan banyak orang melalui institusi pendidikan yang mereka dirikan. Bahkan juga ada banyak sekolah yang bernaung di bawah gereja yang satu ini. Sehingga banyak umat Kristen yang mengenal gereja tersebut. Gereja ini juga mendirikan beberapa sekolah Alkitab yang bertujuan untuk mendukung visi dan misi Amanat Agung Penginjilan.

5.      Gereja Mawar Sharon

Gereja Mawar Sharon merupakan salah satu gereja yang didirikan di Surabaya dan pada perkembangannya juga bercabang hingga kota yang lain. Gereja ini juga dikenal sebagai salah satu gereja yang memiliki aliran karismatik. Dimana ibadahnya berfokus pada aliran karunia Roh Kudus yang khusyuk selama jalannya ibadah. Oleh sebab itu penyampaian Firman juga dilakukan secara berapi-api dan penyembahan maupun pujiannya cukup menarik untuk diikuti.[40]

 

 

 

 

 

2.10     Tata Ibadah


Tata ibadah Gereja Kristen Perjanjian Baru  Masa Depan Cerah Rantauprapat

 

1. Doa pembuka oleh Worship Leader

2. Bernyanyi dipimpin oleh Worship Leader ( Kunaikan Syukurku)

3. Bernyanyi dipimpin oleh Worship Leader ( Ajaib Kau Tuhan)

4. Berdoa dipimpin oleh Worship Leader

5. Bernyanyi dipimpin oleh Worship Leader ( Bapa Kau setia )

6. Doa sebelum firman dibawakan oleh hamba Tuhan

7. Penyampaian Firman oleh Hamba Tuhan (Tema: Pengharapan di masa yang mengecewakan)

8. Bernyanyi dipimpin oleh hamba Tuhan ( Kuasa-Mu Terlebih  Besar )

9. Berdoa oleh hamba Tuhan

10. Warta jemaat melalui proyektor

11. Berdoa sebelum mengambil persembahan

12. Persembahan dengan bernyanyi ( Kunaikan syukurku) sambil berdiri

13. Doa penutup dan menerima berkat.

 

III.             Kesimpulan

Dapat kami simpulkan bahwa Gerakan Kharismatik (sering juga disebut Pembaruan Kharismatik: Charismatic Renewal) dikenal juga dengan nama gerakan Pentakosta Baru. Karena itu, sering kali gerakan ini diidentikkan atau dicampuradukkan dengan gerakan/aliran/gereja-gereja Pentakostal yang sudah muncul.Tak dapat disangkal bahwa gerakan Kharismatik mempunyai banyak persamaan dengan gerakan atau aliran Pentakostal (lama).Gerakan Kharismatik merupakan suatu gerakan yang terkait erat dan memiliki banyak persamaan dengan gereja Pentakosta tetapi belum diinstitusionalisasikan sebagai satu institusi gereja.Gerakan Kharismatik dimulai di kalangan Episkopalian tahun 1959 M, saat John & Joan Baker mengalami baptisan Roh Kudus dengan tanda bahasa Roh, disusul oleh Dennis Bennet dan Frank Maguire pada tahun yang sama, bersama dengan beberapa orang dari persekutuan-persekutuan doa di Moneterey Park dan Van Nuys, St. Luke, dan persekutuan yang disertai nubuat dan penafsiran bahasa roh. Mengenai doa Bapa kami, tidak ada kewajiban dalam beribadah harus disertai dengan doa Bapa kami. Tetapi, karena tradisi dalam gereja protestan disertai dengan doa Bapa kami maka kita sebagai penganutnya jika tidak disertai dengan doa Bapa kami sepertinya ibadah tersebut kurang lengkap. Oleh sebab itu, apa yang menjadi tradisi dalam gereja kita tidak dapat dijadikan standart dalam aliran lain.[41]

 

IV.             Daftar Pustaka

Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 1993

Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan? Yogyakarta: ANDI, 2001

Heuken A., Ensiklopedi Gereja Indonesia, Jakarta: Yayasan Cipta Loka, 1993

Horton Stanley M, Oknum Roh Kudus, Malang; Gandum Mas, 2019

J.Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, Jakarta: Yayasan Perkabaran Injil, 2002

Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018

Jonar S. Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014

Murpy Ed, Kita Sedang Berperang dalam C. Peter Wagner dan F. Douglas

Pennover (ed), Adu Kuasa demgan Penghulu Kegelapan, Bandung: Kalam Hidup, 1990

Rijnardus A. Kooji & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain Dengan Api, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007

Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta¸Yogyakarta: Yayasan Andi, 1988

Tony Lane, Runtut Pijar Tokoh dan pemikiran Kristen Dari Masa Ke Masa, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016

Wijanarko Jarot, Roh Sukacita, Jakarta : Suara Pemulihan, 2007

Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007

 

 

V.                Sumber Lain

Tambahan Penjelasan Dosen: Berthalyna Tarigan M.Th

https://tuhanyesus.org/contoh-gereja-karismatik. Diakses pada tanggal 08 November 2020, pukul 15:47.

 

 



[1]Steven H. Talumewo, Sejarah Gerakan Pentakosta¸(Yogyakarta: Yayasan Andi, 1988), 4.

[2] Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 3.

[3] J.Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Perkabaran Injil, 2002), 259.

[4] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 243.

[5] Rijnardus A. Kooji & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain Dengan Api, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 32.

[6] A. Heuken, Ensiklopedi Gereja Indonesia, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka, 1993), 345.

[7]Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, Kapita Selekta Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 53.

[8]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 244-245.

[9]Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 29.

[10]Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?,(Yogyakarta: ANDI, 2001), 25-26.

[11]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 248-249.

[12]Ibid, 249-250.

[13]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 251-262.

[14]Ibid, 245.

[15]Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, 25-26.

[16]Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta: BPK-GM, 2007),28- 29.

[17]Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta: ANDI, 2001), 25.

[18]Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 28-29.

[19]Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik Bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta: ANDI, 2001), 26.

[20]J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 206.

[21]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 248-249.

[22]Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta:ANDI, 2001), 27.

[23]J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 204.

[24] Djaka Christianto Silalahi, Kharismatik bercampur dengan Perdukunan?, (Yogyakarta:ANDI, 2001), 27.

[25]J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 205.

[26]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 249-250.

[27]J. Stephen Lang, 1001 Hal yang Ingin Anda Ketahui Tentang Roh Kudus, (Jakarta: Yayasan Pengkabaran Injil, 2002), 204.

[28] Tony Lane, Runtut Pijar Tokoh dan pemikiran Kristen Dari Masa Ke Masa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 219.

[29] Jonar S. Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2014), 419-421.

[30]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2016), 263-264.

[31]Ibid, 265-266.

[32]Juga perlu dicatat bahwa kaum Kharismatik sangat gemar menyebut Yesus sebagai Juruselamatku pribadi, sehingga memberi kesan penghayatan dan individualistic, namun kurang melihat Yesus sebagai Juruslamat dunia, yang menyelamatkan dan memperbaharui seluru aspek kehidupan manusia. Aritonang, op. Cit., 217

[33]Ibid., hlm. 218

[34] Ed Murpy, Kita Sedang Berperangdalam C. Peter Wagner dan F. Douglas Pennover (ed), Adu Kuasa demgan Penghulu Kegelapan (Bandung: Kalam Hidup, 1990), 49

[35] Jarot Wijanarko, Roh Sukacita, (Jakarta : Suara Pemulihan, 2007), 102-105

[36] Stanley M Horton, Oknum Roh Kudus, (Malang; Gandum Mas, 2019), 192-194

[37]Ed Murpy, Kita Sedang Berperang dalam C. Peter Wagner dan F. Douglas Pennover (ed), Adu Kuasa dengan Penghulu Kegelapan (Bandung: Kalam Hidup, 1990), 49-51

[38]Ibid.

[39]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta:BPK-GM,2016), 275-277.

[40]https://tuhanyesus.org/contoh-gereja-karismatik. Diakses pada tanggal 08 November 2020, pukul 15:47.


Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Mundosaragi
Total Pageviews