Ayat diatas dengan tegas menjelaskan bahwa rancangan Allah tidak sama dengan rancangan manusia. Bagi orang Kristen ayat ini pasti sudah tidak asing lagi. Tanpa dihafalpun sudah terhafal sendiri karena terlalu sering di dengar. Dikatakan memang mudah tapi di praktekkan sangat sulit. Saya jadi teringat apa yang ditulis Yohannes ketika di pulau Patmos. Wahyu 10:10 Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya. Firman Tuhan itu mudah sekali diperkatakan, bahkan cukup enak untuk disampaikan namun pada prakteknya sangat susah, dengan kata lain terasa pahit.
Pada umumnya manusia lebih memilih rancangannya sendiri dari pada rancangan Tuhan. Karena rancangan manusia lebih terfokus kepada hal-hal duniawi sementara rancangan Tuhan lebih terfokus kepada hal-hal rohani. Manusia lebih memilih mengembangkan kehidupan jasmani dari pada kehidupan rohani. Contohnya dalam memilih pasangan hidup, manusia lebih cenderung memilih pasangan yang cantik/ganteng, sementara rancangan Tuhan lebih terfokus kepada kecantikan rohaniah.
Karena rancangan Tuhan lebih tertuju kepada hal-hal yang bersifat rohani maka orang yang hidup dalam keinginan daging akan sangat sulit mengikutinya. Itulah sebabnya mereka lebih cenderung memilih rancangan sendiri karena rancangan Tuhan sangat menyakitkan dan melelahkan.
Ada satu tokoh di Alkitab yang lebih memilih mengikuti rancangan Tuhan walaupun karena itu dia harus sangat menderita. Namanya Yusuf. Yusuf adalah anak yang paling dikasihi Yakub. Dalam kehidupan sehari-hari Yakub senatiasa memberikan yang terbaik kepadanya. Bahkan ia mendapatkan jubah maha indah yang tidak di dapatkan oleh saudara-saudaranya yang lain. Tuhan mempunyai rencana yang besar buat Yusuf dan Yusuf tahu akan hal itu karena Tuhan menyatakannya melalui mimpi-mimpi. Namun untuk rencana besar itu Yusuf harus mengalami proses yang sangat menderita. Dia harus meninggalkan zona nyaman dan turun kedalam zona penderitaan. Pertama ia dijual menjadi budak, Setelah menjadi budak Yusuf harus turun lagi kepada penderitaan yang lebih dalam yaitu menjadi tahanan, ia ditahan karena suatu kesalahan yang tidak dilakukannya. Menyakitkan sekali bukan? Namun tidak ada satu ayatpun yang saya temukan di Alkitab Yusuf bersungut-sungut. Ia tidak menyalahkan siapa-siapa. Ia tidak menyalahkan saudara-saudaranya apalagi menyalahkan Tuhan. Saya yakin Yusuf bisa berbuat begitu karena ia menyadari bahwa ia sedang berada dalam rencana Tuhan dan Tuhan sedang mempersiapkan dia untuk suatu rencana yang besar yaitu menyelamatkan keturunan Israel. Memang benar ia berada dalam rencana Tuhan, karena setelah itu ia diangkat menjadi penguasa atas Mesir dan dengan demikian ia dapat menyelamatkan kaum keturunan ayahnya dari bahaya kelaparan yang sedang melanda dunia.
Kejadian 50:19-20 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Ayat ini menguatkan keyakinan saya bahwa Yusuf menyadari sejak awal bahwa Tuhan punya rancangan besar dalam hidupnya dan ia memilih rancangan Tuhan itu.
Bagaimana dengan kita, apakah kita mau memilih rancangan Tuhan? Atau memilih rancangan kita sendiri?
Sekitar empat tahun yang lalu saya berada dalam puncak karir saya. Saya menjabat posisi Top Management pada sebuah perusahaan. Namun dengan posisi itu saya tidak mempunyai banyak waktu untuk beribadah, bahkan terkadang hari minggupun saya harus kerja untuk mengejar target perusahaan. Hati saya tidak damai sejahtera, karena di dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya merasa kering dan senantiasa merindukan untuk dapat selalu beribadah kepada Tuhan. Saya berdoa kepada Tuhan: Tuhan, apakah memang ini rencana-Mu untuk hidupku? Jika ya, kenapa saya tidak mempunyai waktu untuk beribadah? Jika tidak maka berikanlah saya pekerjaan yang tidak menghalangi saya beribadah. Setelah dua bulan lebih berdoa, sebuah tawaran pekerjaan datang kepada saya dari perusahaan lain. Jabatan lebih rendah dan pasti gajinyapun lebih rendah. Saya harus memilih apakah saya harus mempertahankan pekerjaan yang sekarang? Posisi lebih tinggi dan gaji lebih besar ataukah saya harus memilih pekerjaan yang baru? Harus memulai dari nol, posisi lebih rendah dan gaji lebih rendah pula? Tetapi mempunyai banyak waktu untuk beribadah. Setelah beberapa waktu berdoa, dengan hati yang damai akhirnya saya pilih pekerjaan baru itu karena saya tahu itulah rencana Tuhan untuk saya. Konsekuensinya saya dan istri harus hidup lebih berhemat lagi. Namun sampai saat ini Tuhan tetap memelihara kami. Tuhan mencukupkan segala kebutuhan kami.
Saudaraku, Tuhan punya rencana yang indah buat kehidupan kita. Saya tidak tahu apa rencana Tuhan untuk saudara namun satu hal yang pasti bahwa rencana Tuhan tidak merancangkan rancangan kecelakaan melainkan rancangan yang damai sejahtera yaitu masa depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11). Amin.
Doa:
Tuhan, inilah hidupku. Kuserahkan pada-Mu segala cita-citaku dan masa depanku. Biarlah kami menjadi terang-Mu ditengah-tengah dunia ini. Dan jadilah kehendak-Mu didalam kehidupan kami. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.