Hadaulaton ni Na Marroha
Ibadah Yang Sejati Rom 12: 1 - 8
1.
Pengantar
Ibadah adalah pelayananan dan persembahan umat kepada Tuhan. Apa yang harus dipersembahkan? Tidak lain adalah tubuh, dalam arti seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan kepada Tuhan. Ini berarti penyerahan secara total akan hidup kita. Oleh karena itulah persembahan itu disebut juga sebagai persembahan yang hidup. Dan karena tubuh kita dipersembahkan khusus menjadi milik Tuhan, maka persembahan itu disebut juga kudus. Ibadah adalah persekutuan antara umat dengan Tuhan. Yang bersekutu di sini bukan hanya jasmani tetapi juga pikiran, hati, dan jiwa kepada Tuhan. Ibadah tidak terbatas pada puji-pujian bersama dan pelayanan Firman, tetapi seharusnya diteruskan dan dijadikan sikap seluruh hidup. Ibadah harus menjadi pola hidup, sehingga terwujudlah apa yang dikatakan dalam Kolose 3:17 "segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita". Banyak pemahaman orang tentang hakikat dan makna ibadah. Ada yang memahami ibadah itu sebagai sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Ada juga yang memahami ibadah itu sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu tertentu, dan ada juga yang mengatakan bahwa ibadah itu adalah urusan pribadi dengan Tuhannya, tidak perlu dilakukan di tempat ibadah berkumpul dengan saudara seimannya. Karena kenyataan itu dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan jemaat itu tak jarang menjadi kacau. Salah satu nats yang menjadi dasar alkitabiah yang digunakan dalam pemaknaan ibadah adalah Roma 12:1–8, di mana Paulus menasihatkan jemaat agar mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan. Kepada Tuhan. Itulah ibadah yang sejati.Peter Salim, dalam kamusnya yang berjudul Ni Rapids nth Collegiate English-Indonesia Dictionary, memberikan definisi ibadah sebagai "Worship" the Worship of God, yang berarti pemujaan kepada Tuhan.Dalam bahasa Ibrani dikatakan hillel dari kata piel yang berarti: memuji (Mzm 117:1), juga zibbakh yang mengandung arti mempersembahkan kurban (1Raj 3:2,3) dan ada juga yang berasal dari kata shakha yang mengandung arti menundukkan diri. Dalam Novum, kata ibadah yang terdapat dalam kitab Roma 12 ini berangkat dari bahasa Yunani, yaitu λατρείαν (Laterian) dengan kata dasar λατρεία (lateria). Yang berarti mempersembahkan seluruh tubuh kepada Allah.12 Martin Luther mendefinisikan ibadah sebagai saat dimana Allah berbicara kepada jemaat lewat FirmanNya (revelation) dan jemaat berbicara kepadaNya (merespons) dalam doa dan ¼ pujian. Jadi, dalam ibadah terjadi dialog (komunikasi) antara Allah dan jemaat. Tuhan lebih dahulu berinisiatif menyatakan diri, baru kemudian jemaat menanggapi. Adanya dua pihak yang terlibat ini tergambar jelas dalam istilah bahasa Jerman untuk "ibadah": Gottesdienst. Kata ini bermakna ganda: Pelayanan Allah (God's service) dan pelayanan kita kepada Allah (our service to God).
2. Penjelasan Teks
Dalam Pasal 12 dibuka dengan tiga seruan kepada orang Kristen di Roma: (1) hendaknya mereka mempersembahkan diri sebagai kurban hidup kepada Allah; (2) hendaknya mereka jangan serupa dengan budaya mereka (melainkan membentuknya); (3) hendaknya mereka membiarkan Allah mengubah mereka melalui Roh-Nya. Seruan-seruan dibuat berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam surat mengenai hal ini, yaitu sejarah belas kasih Allah terhadap ciptaan-Nya.
Ayat 1-3: Nasihat-nasihat dari Paulus.
Orang percaya
seharusnya mempunyai keinginan tulus-ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta mempersembahkan tubuh
untuk pelayanan yaitu: Keinginan terbesar
kita seharusnya hidup kudus dan berkenan kepada Allah. Ini menuntut memisahkan diri
dari dunia dan makin mendekati Allah. Kita harus hidup bagi Allah, menyembah
Dia, menaati Dia, bersama
dengan Dia menentang dosa dan membela kebenaran,
menolak dan membenci kejahatan, melakukan pekerjaan baik untuk orang lain, meniru Kristus, mengikut Dia, melayani
Dia, hidup sesuai dengan Roh dan dipenuhi
oleh Roh Kita harus mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai
sudah mati kepada dosa dan sebagai rumah Roh Kudus.
Dengan menambahkan kata ‘yang berkenan dihadapan
Allah’ menjelaskan sekali lagi apa itu
yang baik. Yang baik itu bukanlah abstrak, tetapi menyendiri dalam pergaulan antara orang yang percaya
dengan Allah. Pergaulan itu
menuntut pengabdian sepenuhnya (Mark. 12:30). orang Kristen tidak boleh lagi membiarkan pola hidupnya
ditentukan oleh dunia. Menurut
terjemahan harafiah; “jangan lagi biarkan dirimu menjadi sepola dengan dunia ini”. Secara positif, anjuran
Paulus berbunyi:
Ayat 4 – 5:
Tubuh Yang Satu
Tubuh yang satu
tapi punya beranggota yang banyak, hal tersebut bisa dianggap walaupun
anggotanya banyak namun tiap-tiap anggotanya punya tugas sama demikian juga di jemaat gereja walaupun jemaatnya banyak tapi tiap-tiap
jemaat punya tugasnya sendiri-sendiri,
hal tersebut mencerminkan satunya obyek yaitu satu tubuh dan pemiliknya hanyalah Kristus sendiri
sebagai sumber pancaran
hidup.
Ayat 6 – 8: Berbagai Karunia.
Berbagai nasihat
yang telah diberikan Paulus kepada jemaat yang
berada di Roma agar persembahkanlah hidupmu seluruhnya pada Allah agar terjadi kekudusan untuk
berkenan di hati Allah, sehingga hal
tersebut bisa dikatakan kita sudah melaksanakan ibadah sejati. Akibat dari itu yang dikehendaki Paulus
dari Jemaat Roma untuk tidak ikuti
keinginan dunia yang selalu lakukan dosa namun prilaku jemaat bisa mengalami
perubahan secara terobosan
besar- besar yang tidak mikirkan hal-hal duniawi lagi
yang yang membuat kita manusia terperangkap dosa ataupun diluar
jangkauan prilaku kita
dalam keinginan
daging. Hal tersebut sesuai arahan Paulus kepada Jemaat Roma bahwa tiap karunia dari pemberian Allah kepada tiap- tiap manusia haruslah
bisa dipertanggungjawabkan sepenuh
hati disertai ketulusan hati termasuk sukacita.
1.
Renungan
a.
Tubuh sebagai
Ibadah Sejati
Orang-orang percaya
hanya dituntut untuk mempersembahkan dirinya kepada Allah, yaitu melakukan
ibadah dengan benar, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial sebagai
aplikasi responnya terhadap
kasih Allah. Allah tidak meminta
orang-orang percaya untuk mempersembahkan seluruh
harta miliknya atau tubuhnya untuk dijadikan korban persembahan (korban
sajian atau bakaran), tetapi menjadikan
dirinya seorang hamba yang taat kepada Allah.
Hanya satu yang diinginkan-Nya, yaitu mengasihi Dia dengan sepenuh hati, jiwa, dan kekuatan kita.
Kita mengasihi Dia, tentu juga mengasihi
semua ciptaan yang lain. Kita melayani sesama dengan kasih kita tehadap
Dia, menyayangi makhluk
ciptaan yang lain sebagai
ucapan syukur kita atas segala karunia-Nya, itulah ibadah kita yang
sejati.
b.
Mempersembahkan tubuh
Firman Tuhan
menuliskan orang percaya peduli akan tubuhnya atau hidup orang percaya bukanlah milik sendiri lagi, sebab hidup
atau tubuh orang percaya telah
terlunaskan. Oleh karena itu hidup orang percaya hendaknya
dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk memuliakan nama
Tuhan. Hidup orang percaya dipakai Tuhan untuk
melanjutkan kabar sukacita dan menuntaskan amanat Allah.
c.
Melakukan Ibadah Sejati
Dalam aspek kehidupan orang percaya, melakukan
Ibadah yang sejati itu sudah seharusnya dilakukan
oleh orang percaya
karena darah penebusan
Kristus memampukan untuk melakukan penyembahan yang menyenangkan hati Allah
sehingga Perkenanan Allah akan tergenapi.
Post a Comment