1.
Patujolo
Mangihuthon pande
bisuk Padan na Robi, ia buku Jesaya si 66 bindu on, disagi tu tolu bagian bolon, hombar tu tingki
panurirangon ni Panurirang Jesaya.
a.
Proto Yesaya (Yesaya 1-39)
Bagian ini umumnya diatribusikan kepada Nabi Yesaya
sendiri, yang aktif pada abad ke 8 sM. Proto Jesaya berfokus
pada penghakiman dan hukuman atas dosa-dosa bangsa Israel dan bangsa-bangsa
di sekitarnya. Nabi Yesaya mengingatkan bangsa
Israel tentang kewajiban
mereka kepada Allah dan berbicara
tentang masa depan yang cerah jika mereka bertobat. Peristiwa yang terjadi di dalamnya antara lain: 1. Peringatan akan penghukuman
yang akan datang atas dosa-dosa bangsa Israel. 2. Penggambaran masa depan yang cerah jika mereka bertobat dan kembali kepada Allah. 3. Pembicaraan
tentang raja-raja pada masanya, seperti Hizkia.
b.
Deutro Yesaya (Yesaya 40-55)
Bagian ini sering dianggap sebagai tulisan oleh
pengikut atau murid-murid Yesaya, dan
diperkirakan pada masa pembuangan Babel (akhir abad ke 6 sM). Deutro Yesaya menekankan pembaharuan, harapan, dan penghiburan. Ada
tiga hal peristiwa yang terjadi
di dalamnya, yaitu: 1. Penghiburan bagi bangsa Israel yang sedang mengalami masa
pembuangan di Babel. 2. Nubuat tentang
pemulihan bangsa Israel
dan Yerusalem. 3.
a.
Trito Yesaya (Yesaya 56-66)
Bagian ini juga sering dianggap ditulis pada masa
pembuangan Babel atau setelahnya.
Trito Yesaya menyoroti pemulihan sosial dan rohani,
serta panggilan kepada umat Allah untuk hidup sesuai
dengan kehendak-Nya. Beberapa peristiwa yang terjadi di dalamnya antara lain: 1. Panggilan kepada bangsa Israel untuk hidup dengan adil dan taat. 2. Nubuat tentang kebangkitan spiritual dan pemulihan
Yerusalem. 3. Penggambaran masa depan yang cerah bagi umat Allah yang setia.
Dan Yesaya 40:1-5 ini adalah periode pembuangan
bangsa Israel di Babel, yang terjadi
sekitar abad ke 6 sM. Pada masa itu, bangsa
Israel mengalami penindasan oleh bangsa lain, khususnya oleh Kerajaan Babel yang dipimpin
oleh Raja Nebukadnezar II. Akibatnya, banyak orang
Israel dibuang dari tanah air mereka
dan dibawa ke Babel sebagai tawanan. Situasi
ini mencerminkan kondisi
fisik dan rohani yang suram bagi bangsa Israel saat itu. Yesaya 40:1-5 ini,
merupakan bagian dari serangkaian nubuat yang menjanjikan penghiburan dan pemulihan bagi bangsa Israel. Nubuat ini
diucapkan oleh Nabi Yesaya untuk menghibur umat Allah yang sedang menderita
akibat pembuangan dan menjanjikan pembebasan serta pengampunan dari Tuhan. Ini merupakan pesan pengharapan yang diberikan oleh Nabi Yesaya kepada
umat Israel ditengah- tengah kesulitan hidup yang mereka alami.
Dengan memahami konteks
sejarah dan tema-tema
yang ada dalam setiap bagian Kitab Yesaya ini, kita
dapat lebih memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada
umat Allah pada masa itu, serta relevansinya bagi kita saat
ini.
2.
Hatorangan ni Turpuk
a. Jesaya 40:1-2:
Apuli Ma Bangsong-Ku
Halak na dibagasan sitaonon,
berduka, (1 Musa 37:35), roha na magopu dohot na marsahit (Job 2:11) tung
ringkot situtu taruli di apulapul; songon i do nang halak Israel dung halelengse ni Jerusalem: “ndang adong nanggo sahalak na sai laon na mangapuli ibana” (And. 1:2). Tartaban di
habuangan Babel, halak Israel
manghilala tung so adong be panghirimon di nasida. Didok nasida: “Ai holang do sian ahu sipangapul na pasabam rohangku” (And. 1:16). Holan sada nama sipangurupi:
Ima Debata sandiri, marhitehite jala
na marojahan tu hata-Na. Pada hakekatnya
Allah sendiri yang melakukannya “Akulah,
Akulah yang menghibur
kamu” (Yes. 51:12) dan pokok penghiburan ialah bahwa Tuhan memanggil
orang-orang yang tersebar
di Babel itu. “Engkau adalah
umat-Ku!” (Yes. 51:16).
Karena Allah setia, maka tetaplah janji yang diikrarkan-Nya pada
zaman Musa: “Aku akan menjadi
Allahmu, dan kamu menjadi umat-Ku” (Im. 26:12). Janji yang lama itu kini diaktualkan. Dimana Allah mengikat
diri kepada umat-Nya,
disanalah Ia memberikan keluasan hidup. Inilah penghiburan yang sungguh-sungguh. Marhite
on tangkas ma, Debata ro ndang dibagasan rimas-Na alai dibagasan
holong na manjanghon dohot paluahon.
Didok Debata mandok bangso- Na marhite
haluaon i: “Nunga marujung
parungkilonna.”
Na gabe unok pamaritahonon ni Panurirang Jesaya tu bangso
Israel na tongon marsitaonon di habuangan Babel, ima tona pangapulion, penghiburan. Tona i dipungka
marhite pandohan joujou laho “mangapuli” bangso ni
Debata. On patuduhon, nang pe bangso i naung mardosa, manundalhon jala manadingkon Debata, alai tongtong do Debata marasi ni
roha, memiliki belas kasihan,
laos marsangkap mangapuli
bangso-Na i. Pandohan:
Apulapul ma dok hamu tu roha ni isi ni Jerusalem. Tona i dipasahat
tu bangso ni Debata asa taruli di hasesaan ni dosa nasida huhut nunga marujung parungkilon nasida, ai nunga salese
dosa na i, ai nunga
dijalo sian tangan ni Jahowa silompit dua singkat ni saluhut dosana (ay.2).
b.
Jesaya 40:3-5:
Patigor Hamu Dalan di Debata Pandohanon martudutudu tu haroro ni sahalak partogi
nanaeng “patigor diadaran dalan balobung
tu Debata.” Torop angka pande
bisuk mandok sebagai penggenapan dalam figur Yohanes
Pembaptis, yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus. Ayat on marlapatan, nang halak Israel
na manghilala terabaikan dan dilupakan, namun Allah tetap memiliki rencana penyelamatan yang besar. Pangondolhonon di hata “dalan”,
marlapatan ringkot laho paradehon, mempersiapkan, roha
dohot pingkiran nang sude gulmit ni ngolu laho
manomunomu haroro ni Tuhan na Badia i. Jala dung masa saluhutna i, hasangapon ni Debata dipapatar
tu saluhut bangso, laos sude rap
marnida songon dia huaso dohot holong ni Debata mangula dingolu ni bangso na hinaholonganNa i.
3.
Sipahusorhusoron
Nunga bongot hita
tu Minggu Advent II, na marojahan tu tema “Pauli
Hamu Dalan Di Jahowa.” Tema on mangarahon hita asa parade roha dohot pingkiranta be laho manomunomu haroro ni Tuhan Sipalua,
Sipangapul dohot Sibahen las ni roha i.
Tahun Orientasi Pelayanan
“Oikumene Inklusif” yang kalau kita kaitkan
dengan Minggu Advent II ini, sebagai perspektif membangun komunitas yang inklusif, terbuka
dan saling mendukung. Pesan Nabi Yesaya tentang mempersiapkan jalan untuk Tuhan dapat diinterpretasikan sebagai panggilan untuk membangun komunitas
yang ramah dan inklusif bagi semua orang, tanpa melihat
atau memandang latar belakang sosial,
budaya atau pun agama. Hal ini sejalan
dengan semangat Oikumene,
yang menekankan persatuan
dan kolaborasi lintas denominasi dan agama dalam melayani Tuhan dan sesama.
Dengan mempersiapkan jalan bagi Tuhan, kita juga berpartisipasi dalam membangun Kerajaan-Nya di bumi, dimana
semua orang disambut dengan kasih dan keadilan. Oleh
karena itu, setiap kita terpanggil untuk
membawa visi dan misi:
a. Penghiburan bagi umat yang menderita.
Dalam nubuatan Nabi Yesaya dimulai dengan panggilan
untuk menyampaikan penghiburan kepada
umat yang menderita, yang sedang
mengalami pembuangan di Babel. Sama halnya dengan bangsa kita saat ini yang sedang mengalami
berbagai penderitaan, seperti
bencana alam, banjir, gunung meletus, tanah
bergerak, dan berbagai
macam penderitaan lainnya.
Hal ini mengingatkan kita bahwa sebagai umat yang percaya
kepada Kristus, kita
dipanggil untuk menjadi sumber penghiburan dan
harapan bagi mereka yang sedang mengalami penderitaan tersebut.
b. Persiapan Untuk Kedatangan Tuhan
Nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Yesaya mengajarkan kepada kita untuk mempersiapkan jalan bagi
kedatangan Tuhan. Dalam konteks
Advent ke II, kita dipanggil untuk mempersiapkan hati dan pikiran
serta totalitas hidup kita untuk menyambut kedatangan Kristus, baik sebagai Bayi yang
lahir di Betlehem maupun sebagai raja yang mulia yang akan
datang kembali.
c. Penabur Kabar
Baik
Nabi Yesaya menggambarkan seorang yang disebut
sebagai “Penabur Kabar Baik” yang dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Ini mengingatkan akan
panggilan kita sebagai orang percaya
dan pengikut Kristus
untuk menjadi pembawa
kabar baik dan mempersiapkan jalan bagi kemurahan Allah di dunia ini.
d. Inklusifitas dan Kolaborasi Dalam
Pelayanan
Tahun Orientasi Pelayanan
Oikumene Inklusif dapat dilihat dalam pesan Yesaya tentang mempersiapkan
jalan bagi Tuhan. Hal ini menekankan pentingnya membangun komunitas yang inklusif,
terbuka dan ramah bagi semua
orang, tanpa memandang
perbedaan agama, budaya, maupun latar belakang sosial. Oikumene Inklusif mengajak dan mengajarkan kita tentang pentingnya kerjasama, kolaborasi lintas denominasi dan agama dalam melayani Tuhan dan sesama. Dengan mempersiapkan jalan bagi Tuhan, kita dipanggil untuk bekerja sama dengan semua orang yang mencari kebenaran dan keadilan, tanpa memandang perbedaan doktrin atau pun kepercayaan.
Post a Comment