Engkau Beroleh Kasih Karunia Allah
Lukas 1:26-28
1.
Pengantar
Perayaan Advent bagi umat Kristen bukan sekedar ikut mengenang penantian
para nabi dan umat Allah di masa
Perjanjian Lama, tetapi juga harapan
ke masa depan, yaitu penantian
gereja kepada Kristus
yang akan datang kembali. Kapan? Alkitab mengatakan kedatangan Kristus di saat tidak terduga, persis seperti kedatangan “seorang pencuri”. Yang penting:
nantikanlah terus kedatangan-Nya, dan sambil menanti: tetaplah bekerja dan tunaikan semua tugas dan
tanggung jawab.
Melalui minggu
Advent yang ke-3 ini kita semakin memahami bahwa
Kelahiran/Natal Yesus Kristus adalah peristiwa besar yang membawa pengharapan bagi dunia bahwa
telah lahir Juruslamat yaitu Yesus Kristus dalam karya keselamatan yang berpuncak pada kematian dan kebangkitan Yesus.
Inilah kasih karunia Allah yang
diberikan kepada kita manusia yang hina penuh dosa dan harusnya binasa, sehingga
kita manusia yang tidak layak ini dilayakkan karena kasih
karunia.
Dalam Perjanjian
Lama, Kasih karunia berasal dari kata Khen, yang dikenakan kepada perbuatan kebaikan
seorang atasan kepada
bawahan, yang sebenarnya tidak layak diterima
oleh bawahannya. Kasih karunia
secara sederhana dipahami sebagai pemberian
Allah kepada manusia, padahal manusia tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya. Seperti misalnya kita dapati dalam Kejadian 6:8, yang ditujukan kepada Nuh,
dikatakan “tapi Nuh mendapat
kasih karunia/Khen dimata Tuhan”. Dan juga kepada Musa
dalam Keluaran 33:12,16,17, 19.
Dalam Perjanjian
Baru, Kasih karunia dalam bahasa Yunani dari
kata Kharis, yang secara umum
berarti Kasih karunia, anugerah atau Kemuarahan hati. Kasih karunia
dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan keselamatan dari Allah bagi manusia di dalam Kristus.
Dengan kata lain, kemurahan, anugerah
yang diberikan kepada
orang berdosa yang tidak layak menerimanya.
2.
Penjelasan Nas
Dalam teks ini, Maria dipanggil bahkan dipilih untuk ambil bagian dalam Misi Allah menyelamatkan dunia lewat mengandung dan melahirkan Yesus Kristus Sang Juruslamat. Ayat 26 ini tidak bisa dipisahkan dari
ayat sebelumnya tentang kisah Imam Zakharia dan isterinya Elisabeth
yang merupakan saudara
Maria. Mareka juga dipilih masuk dalam Misi Allah dengan sebuah mukjizat yang dialami oleh
Zakharia dan Elisabeth yang telah
lanjut usia dan Elisabeth yang mandul. Tapi mereka juga mengalami kasih karunia, karena Elisabeth boleh mengandung di usian lanjutnya. Anak yang akan dilahirkannya itu oleh malaikat
Tuhan dikatakan akan diberi nama Yohanes (Luk.
1:13), yang kemudian
kita kenal sebagai
Yohanes Pembaptis, orang yang
dipilih untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus (Luk. 3:3-6).
Ayat 26 memberikan
penjelasan, bulan keenam dari kandungan Elisabeth saat mengandung Yohanes
Pembaptis, pada saat itu juga Allah menyuruh malaikat Gabriel,
malaikat yang sama yang datang kepada Zakharia untuk memberitahu akan kelahiran Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:11). Malaikat
ini diutus menjumpai Maria untuk memberitahu tentang kelahiran Yesus
Kristus.
Ayat 27 menerangkan tentang
siapa sosok Maria. Dia adalah seorang perempuan
perawan yang berasal
dari kota Nazareth
Galilea. Pada saat itu, Maria sudah bertunang dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga
Daud. Hal ini pun sudah dinubuatkan
sebelumnya oleh para Nabi. Seperti dalam Yesaya 7:14, bahwa Mesias
akan dikandung oleh perempuan muda dan
Mesias akan berasal
dari keturunan Daud atau Tunggul Isai (Yes. 11: 28-38),
seluruhnya menceritakan tentang
perjumpaan dan percakapan antara malaikat
dengan Maria.
Ayat 28 – 29. Saat
pertama berjumpa dengan Maria, malaikat memberinya
salam dengan sapaan, “Hai engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau”. Maria adalah orang yang beroleh kasih karunia dan disertai Tuhan. Disini kita
dapati, Tuhan memilih Maria bukan
dari orang yang latar belakang, misalnya: anak orang besar, kaya, terkenal. Tetapi hanya seorang perempuan
sederhana, ia dipilih dan beroleh
karunia Tuhan. Hal ini mengejutkan Maria, ada pertanyaan dalam hatinya tentang
apa yang dikatakan
malaikat, bahwa ia dikarunia
dan disertai Tuhan.
Malaikat itupun menguatkan dia dengan ungkapan,
“Jangan takut” dan lagi-lagi manyatakan ia beroleh kasih karunia dihadapan Allah. Mengapa demikian? Karena
di zaman itu tidak lazim untuk orang
biasa didatangi oleh Malaikat, hanya orang- orang tertentu
dan khusus (keturunan Imam) saja. Dan jika didatangi oleh Malaikat, itu artinya hanya
dua pesan yang akan disampaikan yaitu
Kabar Sukacita (Kehidupan) atau Kabar Buruk (Kematian). Maka wajar
saja jika Malaikat itu merasakan
ada ketakutan dalam diri Maria perihal kedatangannya.
Namun, Malaikat
itupun kemudian memberitahukan perihal tugas
yang harus diemban
Maria, bagaimana ia akan terlibat
dalam karya keselamatan
Allah bagi dunia, yakni bawa ia terpanggil dan
terpilih menjadi ibu Yesus. Hidupnya yang sederhana dan saleh begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia
telah memilihnya untuk tugas yang paling penting ini (bd. 2 Tim. 2:21).
Ayat 31-33 menjelaskan, “sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang
anak laki-laki dan hendaklah
engkau menamai dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi
dan Tuhan Allah
akan mengaruniakan kepadaNya
takhta Daud bapa leluhurnya
dan
Ia akan menjadi
Raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-
lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan”. Dan maria pun memberi respon,
mengungkapkan cara pikirnya
sebagai manusia yang terbata.
Ia bertanya, bagaimana mungkin hal itu terjadi, karena
aku belum bersuami.
Wajar Maria
mempertanyakan itu, karena secara akal, perempuan akan mengandung jika bersuami atau ada hubungan
secara biologis antara laki-laki dan perempuan. Tetapi Maria baru bertunangan dengan Yusuf, belum menjadi suami-isteri. Di sinilah Maria disadarkan pada kuasa Allah,
sebagaimana dikatakan di ayat
37, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”, bahwasanya kelahiran Yesus
memang memakai rahim seorang perempuan karena Ia sering disebut Anak
Manusia, maka ia harus sungguh-sungguh
menjalani kehidupan manusia yang dilahirkan melalui
prsoses dikandung, tetapi Ia adalah Anak Allah, maka ia tidak dikandung melalui proses hubungan biologis antara
laki-laki dan perempuan, tetapi oleh kuasa Roh Kudus. Karena itu dikatakan kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau,
sebab anak yang akan engkau
lahirkan itu akan disebut Kudus, Anak Allah”.
Malaikat pun memberitahukan perihal Elisabeth, saudara Maria yang juga sementara mengalami karunia, mukjizat Allah, karena Elisabeth yang sudah lanjut usia
itu dan disebut mandul itu pun, sudah enam bulan mengandung
seorang anak laki-laki.
Ayat 38 merupakan sebuah ungkapan Maria yang penuh penyerahan diri, kesediaan, ketundukan, kepercayaan dan bisa disimpulkan dengan kata Kerendahan Hati terhadap panggilan
yang penuh kasih karunia baginya. Ia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah
padaku menurut perkataanmu itu”.
3.
Perenungan
Bagaimana
dengan kita, adakah dalam hidup kita dengan semua yang ada pada kita, kita mengungkapkan seperti ungkapan Maria,
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan/ kehendak Tuhan”.
Lewat perenungan di Minggu Advent
ke-3 ini, kita diingatkan lagi bahwa kita adalah orang-orang yang
dikarunia Tuhan. Betapa tidak, kita
dikarunia lewat keselamatan yang sudah kita terima dalam Yesus Kristus.
Kita adalah orang-orang yang telah menerima kasih karunia ketika kita
menjadikan Yesus Tuhan dan Juruslamat
kita. Karena itu, berangkat dari pengalaman Maria, seorang perempuan sederhana, tetapi ia dipanggil
dan dipilih masuk dalam rencana
Allah yang besar. Maria yang penuh keterbatasan sempat tidak mengerti dengan
rencana Allah karena berfikir dari
sisi manusia yang terbatas, akhirnya berserah dalam kuasa Allah yang berdaulat dan tak terbatas. Dengan rendah hati, Maria tunduk dan taat masuk dalam rencana
Allah. Dia menempatkan dirinya, tidak lebih tinggi,
tidak lebih pintar dan tidak lebih benar dari orang lain dan selalu mau mendengar
pendapat saran bahkan kritikan orang lain, seperti Maria yang dengan rendah hati mendengar perkataan
malaikat, demikian kita manusia yang
hina, kecil, rendah, penuh kertebatasan, tetapi kita adalah orang-orang yang sangat dikasihi Tuhan. Lewat Natal kita harusnya sadar, betapa Allah mengasihi
kita, memberi kita kasih karunia sehingga
rela mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, hadir ke dunia, menjadi sama dengan kita
bahkan mati disalib untuk menyelamatkan.
Karena itu kita
terpanggil untuk menyambut kasih karunia yakni
Yesus Kristus itu sendiri dengan kerendahan hati, ketaatan, ketundukan kita pada kuasa, kehendak dan
rencana-Nya bagi kita. Selalu
bersedia mendengar suara Tuhan lewat Firman-Nya. Tidak merasa diri hebat, kuat ataupun
pintar, tapi menyadari
semua yang ada pada kita adalah
karunia Tuhan.
Post a Comment