wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Khotbah Minggu Advent III, 15 Desember 2024

 


Dapotan Asi ni Roha do ho di Debata

Engkau Beroleh Kasih Karunia Allah

Lukas 1:26-28


1.      Pengantar

Perayaan Advent bagi umat Kristen bukan sekedar ikut mengenang penantian para nabi dan umat Allah di masa Perjanjian Lama, tetapi juga harapan ke masa depan, yaitu penantian gereja kepada Kristus yang akan datang kembali. Kapan? Alkitab mengatakan kedatangan Kristus di saat tidak terduga, persis seperti kedatangan “seorang pencuri”. Yang penting: nantikanlah terus kedatangan-Nya, dan sambil menanti: tetaplah bekerja dan tunaikan semua tugas dan tanggung jawab.

Melalui minggu Advent yang ke-3 ini kita semakin memahami bahwa Kelahiran/Natal Yesus Kristus adalah peristiwa besar yang membawa pengharapan bagi dunia bahwa telah lahir Juruslamat yaitu Yesus Kristus dalam karya keselamatan yang berpuncak pada kematian dan kebangkitan Yesus. Inilah kasih karunia Allah yang diberikan kepada kita manusia yang hina penuh dosa dan harusnya binasa, sehingga kita manusia yang tidak layak ini dilayakkan karena kasih karunia.

Dalam Perjanjian Lama, Kasih karunia berasal dari kata Khen, yang dikenakan kepada perbuatan kebaikan seorang atasan kepada bawahan, yang sebenarnya tidak layak diterima oleh bawahannya. Kasih karunia secara sederhana dipahami sebagai pemberian Allah kepada manusia, padahal manusia tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya. Seperti misalnya kita dapati dalam Kejadian 6:8, yang ditujukan kepada Nuh, dikatakan “tapi Nuh mendapat kasih karunia/Khen dimata Tuhan”. Dan juga kepada Musa dalam Keluaran 33:12,16,17, 19.


Dalam Perjanjian Baru, Kasih karunia dalam bahasa Yunani dari kata Kharis, yang secara umum berarti Kasih karunia, anugerah atau Kemuarahan hati. Kasih karunia dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan keselamatan dari Allah bagi manusia di dalam Kristus. Dengan kata lain, kemurahan, anugerah yang diberikan kepada orang berdosa yang tidak layak menerimanya.

2.      Penjelasan Nas

Dalam teks ini, Maria dipanggil bahkan dipilih untuk ambil bagian dalam Misi Allah menyelamatkan dunia lewat mengandung dan melahirkan Yesus Kristus Sang Juruslamat. Ayat 26 ini tidak bisa dipisahkan dari ayat sebelumnya tentang kisah Imam Zakharia dan isterinya Elisabeth yang merupakan saudara Maria. Mareka juga dipilih masuk dalam Misi Allah dengan sebuah mukjizat yang dialami oleh Zakharia dan Elisabeth yang telah lanjut usia dan Elisabeth yang mandul. Tapi mereka juga mengalami kasih karunia, karena Elisabeth boleh mengandung di usian lanjutnya. Anak yang akan dilahirkannya itu oleh malaikat Tuhan dikatakan akan diberi nama Yohanes (Luk. 1:13), yang kemudian kita kenal sebagai Yohanes Pembaptis, orang yang dipilih untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus (Luk. 3:3-6).

Ayat 26 memberikan penjelasan, bulan keenam dari kandungan Elisabeth saat mengandung Yohanes Pembaptis, pada saat itu juga Allah menyuruh malaikat Gabriel, malaikat yang sama yang datang kepada Zakharia untuk memberitahu akan kelahiran Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:11). Malaikat ini diutus menjumpai Maria untuk memberitahu tentang kelahiran Yesus Kristus.

Ayat 27 menerangkan tentang siapa sosok Maria. Dia adalah seorang perempuan perawan yang berasal dari kota Nazareth Galilea. Pada saat itu, Maria sudah bertunang dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud. Hal ini pun sudah dinubuatkan sebelumnya oleh para Nabi. Seperti dalam Yesaya 7:14, bahwa Mesias akan dikandung oleh perempuan muda dan


Mesias akan berasal dari keturunan Daud atau Tunggul Isai (Yes. 11: 28-38), seluruhnya menceritakan tentang perjumpaan dan percakapan antara malaikat dengan Maria.

Ayat 28 – 29. Saat pertama berjumpa dengan Maria, malaikat memberinya salam dengan sapaan, “Hai engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau”. Maria adalah orang yang beroleh kasih karunia dan disertai Tuhan. Disini kita dapati, Tuhan memilih Maria bukan dari orang yang latar belakang, misalnya: anak orang besar, kaya, terkenal. Tetapi hanya seorang perempuan sederhana, ia dipilih dan beroleh karunia Tuhan. Hal ini mengejutkan Maria, ada pertanyaan dalam hatinya tentang apa yang dikatakan malaikat, bahwa ia dikarunia dan disertai Tuhan.

Malaikat itupun menguatkan dia dengan ungkapan, “Jangan takut” dan lagi-lagi manyatakan ia beroleh kasih karunia dihadapan Allah. Mengapa demikian? Karena di zaman itu tidak lazim untuk orang biasa didatangi oleh Malaikat, hanya orang- orang tertentu dan khusus (keturunan Imam) saja. Dan jika didatangi oleh Malaikat, itu artinya hanya dua pesan yang akan disampaikan yaitu Kabar Sukacita (Kehidupan) atau Kabar Buruk (Kematian). Maka wajar saja jika Malaikat itu merasakan ada ketakutan dalam diri Maria perihal kedatangannya.

Namun, Malaikat itupun kemudian memberitahukan perihal tugas yang harus diemban Maria, bagaimana ia akan terlibat dalam karya keselamatan Allah bagi dunia, yakni bawa ia terpanggil dan terpilih menjadi ibu Yesus. Hidupnya yang sederhana dan saleh begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia telah memilihnya untuk tugas yang paling penting ini (bd. 2 Tim. 2:21).

Ayat 31-33 menjelaskan, “sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud bapa leluhurnya dan


Ia akan menjadi Raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama- lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan”. Dan maria pun memberi respon, mengungkapkan cara pikirnya sebagai manusia yang terbata. Ia bertanya, bagaimana mungkin hal itu terjadi, karena aku belum bersuami.

Wajar Maria mempertanyakan itu, karena secara akal, perempuan akan mengandung jika bersuami atau ada hubungan secara biologis antara laki-laki dan perempuan. Tetapi Maria baru bertunangan dengan Yusuf, belum menjadi suami-isteri. Di sinilah Maria disadarkan pada kuasa Allah, sebagaimana dikatakan di ayat 37, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”, bahwasanya kelahiran Yesus memang memakai rahim seorang perempuan karena Ia sering disebut Anak Manusia, maka ia harus sungguh-sungguh menjalani kehidupan manusia yang dilahirkan melalui prsoses dikandung, tetapi Ia adalah Anak Allah, maka ia tidak dikandung melalui proses hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan, tetapi oleh kuasa Roh Kudus. Karena itu dikatakan kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi engkau, sebab anak yang akan engkau lahirkan itu akan disebut Kudus, Anak Allah”. Malaikat pun memberitahukan perihal Elisabeth, saudara Maria yang juga sementara mengalami karunia, mukjizat Allah, karena Elisabeth yang sudah lanjut usia itu dan disebut mandul itu pun, sudah enam bulan mengandung seorang anak laki-laki.

Ayat 38 merupakan sebuah ungkapan Maria yang penuh penyerahan diri, kesediaan, ketundukan, kepercayaan dan bisa disimpulkan dengan kata Kerendahan Hati terhadap panggilan yang penuh kasih karunia baginya. Ia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.

3.      Perenungan

Bagaimana dengan kita, adakah dalam hidup kita dengan semua yang ada pada kita, kita mengungkapkan seperti ungkapan Maria,


“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan/ kehendak Tuhan”.

Lewat perenungan di Minggu Advent ke-3 ini, kita diingatkan lagi bahwa kita adalah orang-orang yang dikarunia Tuhan. Betapa tidak, kita dikarunia lewat keselamatan yang sudah kita terima dalam Yesus Kristus. Kita adalah orang-orang yang telah menerima kasih karunia ketika kita menjadikan Yesus Tuhan dan Juruslamat kita. Karena itu, berangkat dari pengalaman Maria, seorang perempuan sederhana, tetapi ia dipanggil dan dipilih masuk dalam rencana Allah yang besar. Maria yang penuh keterbatasan sempat tidak mengerti dengan rencana Allah karena berfikir dari sisi manusia yang terbatas, akhirnya berserah dalam kuasa Allah yang berdaulat dan tak terbatas. Dengan rendah hati, Maria tunduk dan taat masuk dalam rencana Allah. Dia menempatkan dirinya, tidak lebih tinggi, tidak lebih pintar dan tidak lebih benar dari orang lain dan selalu mau mendengar pendapat saran bahkan kritikan orang lain, seperti Maria yang dengan rendah hati mendengar perkataan malaikat, demikian kita manusia yang hina, kecil, rendah, penuh kertebatasan, tetapi kita adalah orang-orang yang sangat dikasihi Tuhan. Lewat Natal kita harusnya sadar, betapa Allah mengasihi kita, memberi kita kasih karunia sehingga rela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, hadir ke dunia, menjadi sama dengan kita bahkan mati disalib untuk menyelamatkan.

Karena itu kita terpanggil untuk menyambut kasih karunia yakni Yesus Kristus itu sendiri dengan kerendahan hati, ketaatan, ketundukan kita pada kuasa, kehendak dan rencana-Nya bagi kita. Selalu bersedia mendengar suara Tuhan lewat Firman-Nya. Tidak merasa diri hebat, kuat ataupun pintar, tapi menyadari semua yang ada pada kita adalah karunia Tuhan.

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: