Tema: Diutus untuk Memberitakan Firman Tuhan
Nats: Kisah Para Rasul 8:14-25
Pendahuluan
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita hidup di zaman yang membutuhkan penyampaian Firman Tuhan secara konsisten dan penuh kuasa. Kisah Para Rasul 8:14-25 mengajarkan kita tentang panggilan gereja untuk terus memberitakan Firman Tuhan. Dalam kisah ini, para rasul di Yerusalem mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria, tempat di mana Firman Tuhan telah diterima, tetapi pelayanan itu membutuhkan kehadiran Roh Kudus agar pertobatan menjadi lengkap.
Apa yang bisa kita pelajari dari bagian ini? Mari kita merenungkan beberapa poin penting yang menekankan panggilan kita sebagai orang yang diutus untuk memberitakan Firman Tuhan.
1. Diutus untuk Meneguhkan Firman Tuhan (ayat 14-17)
Ketika para rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah menerima Firman Tuhan, mereka segera mengutus Petrus dan Yohanes. Pengutusan ini menunjukkan tanggung jawab gereja dalam memastikan Firman Tuhan diberitakan dengan benar dan memberikan dampak nyata.
Petrus dan Yohanes tidak hanya datang untuk memastikan berita itu sampai, tetapi mereka juga berdoa agar orang-orang di Samaria menerima Roh Kudus. Hal ini menunjukkan pentingnya kehadiran Roh Kudus dalam setiap pelayanan Firman. Tanpa Roh Kudus, pelayanan menjadi kosong dan tidak memiliki kekuatan transformasi.
Refleksi: Kita sebagai gereja modern harus bertanya: Apakah pelayanan kita terfokus pada kehadiran Roh Kudus? Apakah kita sekadar menyampaikan Firman sebagai informasi, atau kita juga berdoa agar Firman itu menghasilkan perubahan hati?
2. Melawan Motivasi yang Salah dalam Pelayanan (ayat 18-24)
Dalam kisah ini, kita diperkenalkan kepada Simon, seorang mantan penyihir yang telah percaya dan dibaptis. Namun, ketika dia melihat kuasa Roh Kudus diberikan melalui penumpangan tangan, dia mencoba membeli kuasa itu dengan uang.
Petrus dengan tegas menegur Simon dan memperingatkannya bahwa pelayanan Tuhan tidak bisa dicampuri dengan motif duniawi. “Bertobatlah dan berdoalah kepada Tuhan,” kata Petrus, mengingatkan bahwa pelayanan harus dilandasi oleh hati yang murni.
Refleksi: Di zaman sekarang, godaan untuk melayani dengan motif yang salah masih ada. Apakah kita melayani untuk kemuliaan Tuhan, atau ada keinginan untuk mencari pengakuan, keuntungan materi, atau kekuasaan? Kisah ini mengajarkan bahwa pelayanan yang murni lahir dari hati yang berserah kepada Tuhan.
3. Tetap Setia dalam Memberitakan Firman Tuhan (ayat 25)
Setelah menyelesaikan tugas mereka di Samaria, Petrus dan Yohanes kembali ke Yerusalem sambil memberitakan Injil di banyak desa orang Samaria. Mereka tidak hanya puas dengan hasil awal, tetapi mereka terus menyampaikan Firman Tuhan.
Ini adalah contoh kesetiaan dalam pelayanan. Mereka memahami bahwa penginjilan adalah tugas seumur hidup, bukan hanya pekerjaan sesaat.
Refleksi: Apakah kita memiliki kesetiaan seperti Petrus dan Yohanes? Apakah kita terus memberitakan Injil, meskipun menghadapi tantangan, atau kita mudah menyerah?
Refleksi Teologi
Kisah Para Rasul 8:14-25 menyoroti beberapa kebenaran teologis penting:
1. Kuasa Firman Tuhan yang Membawa Hidup Baru: Firman Tuhan adalah alat utama dalam membawa manusia kepada keselamatan. Namun, Firman itu harus dilengkapi oleh kehadiran Roh Kudus agar transformasi yang sejati terjadi.
2. Panggilan Gereja untuk Meneguhkan Pelayanan: Sama seperti para rasul di Yerusalem yang mengutus Petrus dan Yohanes, gereja memiliki tanggung jawab untuk mendukung dan memastikan pelayanan Firman Tuhan dilakukan dengan benar dan efektif.
3. Motivasi Murni dalam Pelayanan: Pelayanan harus lahir dari kasih kepada Tuhan dan sesama, bukan karena ambisi pribadi atau keinginan untuk mendapatkan keuntungan duniawi.
4. Kesetiaan dalam Misi Allah: Mengikuti teladan para rasul, kita dipanggil untuk terus memberitakan Firman Tuhan di mana pun kita berada, tanpa mengenal lelah.
Penutup
Saudara-saudara, kita semua adalah utusan Tuhan untuk memberitakan Firman-Nya. Seperti Petrus dan Yohanes, mari kita melayani dengan kuasa Roh Kudus, hati yang murni, dan kesetiaan yang tidak tergoyahkan. Tuhan telah mempercayakan misi ini kepada kita. Maukah kita menanggapinya dengan sungguh-sungguh? Amin.
Post a Comment